Share to:

 

Muhammad Hayat as-Sindi

Muhammad Hayyat ibn Ibrahim Al-Sindi
Informasi pribadi
Lahir
Meninggal03 Februari 1750
AgamaIslam
Zamanabad ke-18
Wilayahsaat ini Kufa
DenominasiSunni
MazhabHanafi,
Hanbali[1]
KredoAthari[2]
GerakanSufisme[3]
TarekatNaqshbandiyah[3]
Pemimpin Muslim
Siswa
Dipengaruhi oleh
Pengaruh

Muhammad Hayyat al-Sindhi juga dikenal sebagai محمد حيات سنڌي dalam bahasa Sindh, meninggal pada 3 Februari 1750. Dia adalahseorang ulama Islam klasik yang hidup selama masa Kesultanan Utsmaniyah. Dia termasuk dalam tarekat tasawuf Naqsybandi. [9] [10] [11]

Pendidikan dan Tarekat

Al-Sindhi berasal dari wilayah Sindh, yaitu wilayah yang berada di negara Pakistan saat ini. Dia mengenyam pendidikan dasar di tanah kelahirannya. [12] Setelah itu, dia pergi ke Madinah untuk belajar. Dia dan belajar banyak dari Ibrahim al-Kurani dan putranya Muhammaad Tahir al-Kurani. [13] Di tempat itu, dia dimasukkan ke dalam tarekat Naqsybandi . [12]

Murid Ternama

Muhammad ibn Abd al-Wahhab adalah salah satu murid terkenalnya. Pada tahun 1136 Hijriah, Al-Shindi dan Ibnu Abdul Wahab bertemu. Keduanya diperkenalkan oleh Abdullah ibn Ibrahim ibn Sayf. Al-Sindhi kemudian membentuk teologi dan perspektif reformis Ibnu Abdul Wahab. Al-Shindi disebut oleh penulis sejarah Wahhabi awal sebagai “percikan yang menerangi jalan ibn ʿAbdul Wahhab". [12] [6]

Pandangan

Ia sendiri adalah ulama mazhab Hanbali, meskipun dia dididik dalam lingkungan fikih Hanafi. [12] Al-Sindhi adalah tokoh penting dalam menghidupkan kembali ilmu hadis pada abad ke-18. Di sepanjang tulisannya, Al-Sindhi menekankan pentingnya menjalankan praktik Ijtihad, mengutuk Taqlid, mendorong kebangkitan doktrin Salaf al-Salih, dan mendukung hadis lebih dari pendapat hukum yang telah ditetapkan sebelumnya. Al-Sindhi juga terkenal karena kritiknya yang keras terhadap praktik masyarakat yang umum, termasuk dengan pemujaan terhadap orang suci dan pemujaan terhadap tempat suci. [14]

Referensi

  1. ^ Allen, Charles (2009-03-01). The Deobandi Cult and the Hidden Roots of Modern Taqleed in the name of Imam Abu Hanifa (dalam bahasa Inggris). Da Capo Press. ISBN 978-0786733002. 
  2. ^ M. Naf'i, Basheer (2006). "A Teacher of Ibn 'Abd al-Wahhāb: Muḥammad Ḥayāt al-Sindī and the Revival of Asḥāb al-Ḥadīth's Methodology Section: The Return of Ashab al Hadith". Islamic Law and Society. Brill Publishers. 13 (2): 234–239 – via JSTOR. 
  3. ^ a b Allen, Charles (2009-03-01). The Deobandi Cult and the Hidden Roots of Modern Taqleed in the name of Imam Abu Hanifa (dalam bahasa Inggris). Da Capo Press. ISBN 978-0786733002. 
  4. ^ Voll, John (1975). "Muḥammad Ḥayyā al-Sindī and Muḥammad ibn 'Abd al-Wahhab: An Analysis of an Intellectual Group in Eighteenth-Century Madīna". Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of London. 38 (1): 32 – via JSTOR. Many of his students became men of some importance... Although Muhammad ibn 'Abd al-Wahhab is now the best-known 'revivalist' among his students, he was not the only student with that approach. The others included... Muhammad al-Saffarini, who came to dominate Hanbali scholarship in: Nablus, one of the smaller centres of the madhhab. 
  5. ^ M. Naf'i, Basheer (2006). "A Teacher of Ibn 'Abd al-Wahhāb: Muḥammad Ḥayāt al-Sindī and the Revival of Asḥāb al-Ḥadīth's Methodology". Islamic Law and Society. Brill Publishers. 13 (2): 235 – via JSTOR. Ibn 'Abd al-Wahhab was not the only student of al-Sindhi, and on an intellectual level, others may have been no less influential. Among them is Muhammad b. Sadiq al-Sindi (known also as Abu al-Hasan al-Sindi the younger, 1125-87/1713-73) .... Another eminent student of Hayat al-Sindi is Muhammad b. Ahmad b. Salim al-Saffarini (1114-88/ 1702-74) ... Another student of Hayat al-Sindi, and a major figure in early modern Islamic culture, is Muhammad b. Isma'il al-Hasani al-San'ani (known also as Ibn al-Amir al-San'ani, 1099-1182/1688- 1768)...  
  6. ^ a b Haj, Samira (2009). "1: The Islamic Reform Tradition". Reconfiguring Islamic Tradition: Reform, Rationality, and Modernity. Stanford, California: Stanford University Press. hlm. 16. ISBN 978- 0- 8047- 5250- 3.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Haj 2009 16" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  7. ^ M. Naf'i, Basheer (2006). "A Teacher of Ibn 'Abd al-Wahhāb: Muḥammad Ḥayāt al-Sindī and the Revival of Asḥāb al-Ḥadīth's Methodology". Islamic Law and Society. Brill Publishers. 13 (2): 208–241 – via JSTOR. ... it is perhaps impossible to understand the evolution of the Wahhabi and other modern Salafi currents without understanding the contribution of 'ulamda such as Muhammad Hayat al Sindi. 
  8. ^ Voll, John (1975). "Muḥammad Ḥayyā al-Sindī and Muḥammad ibn 'Abd al-Wahhab: An Analysis of an Intellectual Group in Eighteenth-Century Madīna". Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of London. 38 (1): 32–39 – via JSTOR. 
  9. ^ John L. Esposito (edited by), The Oxford Dictionary of Islam, Oxford University Press (2004), p. 296
  10. ^ Islamic Law and Society (dalam bahasa Inggris). E.J. Brill. 2006-01-01. hlm. 216. 
  11. ^ Haj, Samira (2008-10-02). Reconfiguring Islamic Tradition: Reform, Rationality, and Modernity (dalam bahasa Inggris). Stanford University Press. hlm. 214. ISBN 9780804769754. 
  12. ^ a b c d Voll, John (1975). "Muḥammad Ḥayyā al-Sindī and Muḥammad ibn 'Abd al-Wahhab: An Analysis of an IntellectualGroup in Eighteenth-Century Madīna". Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of London. 38 (1): 32–39. doi:10.1017/S0041977X00047017. Diakses tanggal 26 April 2015. 
  13. ^ Robinson, Francis (2001). The 'Ulama of Farangi Mahall and Islamic Culture in South Asia (edisi ke-Illustrated). C. Hurst & Co. Publishers. ISBN 1850654751. Diakses tanggal 30 April 2015. 
  14. ^ Haj, Samira (2009). Reconfiguring Islamic Tradition: Reform, Rationality, and Modernity. Stanford, California: Stanford University Press. hlm. 15, 16, 214. ISBN 978- 0- 8047- 5250- 3. 
Kembali kehalaman sebelumnya