Nini Thowok
Nini Thowok adalah film horor Indonesia perdana pada tahun 2018 yang disutradarai oleh Erwin Arnada.[1] Film ini diangkat dari legenda urban masyarakat Jawa yakni Nini Thowok, sebuah boneka yang terbuat dari siwur atau batok kelapa, mirip jelangkung namun berukuran lebih besar, berpakaian seperti seorang perempuan dan berfungsi sebagai media pemanggil arwah.[2] Film ini diproduseri oleh Ronny Irawan, Hendro Djasmoro dan Andreas Setia Putra di bawah naungan TBS Films.[2] Poster dan trailer resmi Nini Thowok diluncurkan pada 11 Januari 2018. Sementara itu, filmnya ditayangkan secara perdana di bioskop di tanah air pada 1 Maret 2018.[3][4] AlurNadine (Natasha Wilona) dan adiknya, Naya (Nicole Rossi) pindah ke Solo untuk mengelola losmen warisan sang nenek (Mbah Marni) yang bernama Mekar Jiwo. Bangunan tua tersebut berisi beberapa kamar yang salah satunya tak boleh dibuka. Nadine yang penasaran kemudian menjebol kamar tersebut. Di sana ia menemukan sebuah lukisan bergambar seorang perempuan keturunan Tionghoa bernama Nyonya Oey dan boneka Nini Thowok. Nadine membakar boneka tersebut. Ternyata tindakannya membawa petaka. Sejak itu ia mengalami berbagai teror dari Nini Thowok.[5][6] Naya, adik Nadine, yang datang ke losmen tersebut pun hilang secara misterius. Ia diculik oleh arwah Nyonya Oey yang merasa bahwa Naya mirip dengan Yinyin, anak Nyonya Oey yang hilang puluhan tahun lalu. Nadine akhirnya mendapatkan jawaban atas semua misteri tersebut lewat Pak Rahman, mantan orang kepercayaan Mbah Marni. Semasa kecil, Rahman tanpa sengaja mendorong Yinyin dari ayunan hingga jatuh dan meninggal. Karena takut, Rahman menguburkan Yinyin secara diam-diam dan melapor pada Nyonya Oey bahwa Yinyin hilang entah kemana. Nyonya Oey yang terlalu sedih kemudian memelihara Nini Thowok sebagai media untuk mencari anaknya, namun usahanya sia-sia hingga ia pun meninggal. Pemeran
ProduksiNini Thowok dibuat setelah melalui riset selama satu tahun.[7] Pengambilan adegan dilakukan di beberapa tempat bersejarah di Solo, Klaten, Sukoharjo dan Yogyakarta seperti Pasar Klewer dan Pabrik Gula Gondang Winangoen. Adapun proses shooting film ini memakan waktu selama 12 hari.[5] Referensi
Pranala luar |