Nyi Supadmi
Nyi Supadmi memiliki nama asli Supadminingtyas (wafat 3 September 2015) adalah seorang pesinden asal Surakarta, Jawa Tengah. Nyi Supadmi dikenal sebagai salah satu pesinden wayang yang mampu bertahan dari modernisasi budaya, ia pun juga telah dianggap sebagai salah satu maestro kebudayaan dan kesenian Jawa.[1][2][3] Riwayat SingkatSemasa kecil Nyi Supadmi dapat dikatakan berasal dari keluarga yang serba kekurangan, bahkan untuk mengenyam pendidikan ia hampir tidak mampu. Himpitan ekonomi membuat Nyi Supadmi muda bahkan pernah berjualan kue hingga menjadi asisten rumah tangga bersama bibinya. Hasil kerja kerasnya dalam berjualan kue dan menjadi asisten rumah tangga itu perlahan membuahkan hasil, hingga akhirnya ia bisa menempuh pendidikan melalui program mengejar paket C.[2][1] Menjadi SindenPerkenalan Nyi Supadmi dengan dunia seni dimulai pada 1967, saat itu di sekitar rumahnya sedang diadakan pelatihan karawitan di sebuah sanggar. Awalnya Nyi Supadmi tidak bisa mengikuti pelatihan tersebut dikarenakan ia tidak memiliki cukup uang, akhirnya ia hanya bisa duduk dan memperhatikan saja. Namun karena memiliki semangat belajar yang tinggi, Nyi Supadmi tetap memperhatikan pelatihan meskipun dari luar sanggar latihan. Suatu hari saat sang pelatih meminta murid-muridnya untuk melantuntan tembang, suara merdu Nyi Supadmi jauh lebih terdengar daripada murid lainnya, sehingga ia mendapatkan perhatian dari pemilik sanggar. Akhirnya Nyi Supadmi pun diajak untuk berguru kepada salah satu pelatih sinden terbaik di sana yang bernama Sutarman.[1] Latihan dan kerja keras Nyi Supadmi untuk menjadi pesinden akhirnya membuahkan hasil. Nyi Supadmi pertama kali menjadi pesinden di Radio Republik Indonesia cabang Surakarta, sejak saat itu namanya mulai dikenal sebagai pesinden profesional. Karena kemahirannya dalam melantunkan tembang, Nyi Supadmi pun sempat menjadi utusan Radio Republik Indonesia cabang Surakarta untuk mengikuti lomba sinden nasional, dan ia pun berhasil memenangkan lomba tersebut. Sejak saat itu Nyi Supadmi semakin dikenal sebagai pesinden terbaik di Surakarta, ia bahkan pernah menjadi rombongan sinden Ki Narto Sabdo.[2][1] Karya dan PrestasiNama Nyi Supadmi semakin terkenal sebagai salah satu sinden terbaik di Indonesia, hal ini pula yang membuatnya sempat diundang untuk menjadi dosen tamu untuk mengajar sinden, bahkan hingga ke Amerika Serikat. Sepulang dari Amerika Serikat, nama Nyi Supadmi semakin terkenal ke seluruh dunia, ia juga pernah diutus untuk menjalankan misi kebudayaan Indonesia ke beberapa negara-negara Eropa seperti; Prancis, Belgia, dan Italia. Nyi Supadmi juga memiliki salah satu murid asal Jepang yang bernama Hiromi Kano, yang kini terkenal sebagai pesinden non-Indonesia. Selain menjalankan misi kebudayaan, Nyi Supadmi juga diangkat menjadi dosen di Institut Seni Indonesia Surakarta.[2][1] Selain menjadi dosen dan menjalankan misi kebudayaan, Nyi Supadmi juga tetap memberkarya. Selama kariernya sebagai seorang pesinden Nyi Supadmi telah membuat kurang lebih 160 rekaman tembang dan menulis beberapa buku tentang Kebudayaan Jawa, terutama mengenai sinden dan tembang.[1] Pada 2015 lalu, Nyi Supadmi juga diundang oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai salah satu maestro - dari 10 maestro yang diundang - untuk mengajar sinden dalam program Belajar Bersama Maestro.[4][5] Sayangnya hal itu adalah prestasi terakhirnya, karena Nyi Supadmi kemudian wafat pada 3 September pada tahun yang sama.[1][3] Referensi
|