Operasi ChammalOpérasi Chammal adalah operasi Angkatan Bersenjata Prancis di Irak dan Suriah yang diluncurkan untuk membantu membatasi perluasan Negara Islam Irak dan Suriah dan untuk mendukung Tentara Irak. Namanya berasal dari Shamal (Chammal dalam bahasa Perancis), angin barat laut yang bertiup di Irak dan negara-negara Teluk Persia.[1] Serangan udara di Irak dimulai pada 19 September 2014 dan serangan udara di Suriah dimulai pada akhir September 2015. Operasi Prancis pada awalnya terbatas pada serangan udara dan presiden Prancis François Hollande telah menyatakan bahwa tidak ada pasukan darat yang akan dikerahkan dalam konflik tersebut.[2] Selain itu, fregat Perancis Jean Bart bergabung dengan Satuan Tugas Komandan 50 (CTF 50) Angkatan Laut Amerika Serikat sebagai pengawal. Pada 14 November 2015, ISIS mengklaim bahwa serangan teroris yang terjadi di Paris sehari sebelumnya adalah pembalasan atas Operasi Chammal.[3] Sebagai tanggapan, Prancis memutuskan untuk memperluas cakupan operasinya melawan kelompok Islam dan lebih banyak aset dikerahkan. Latar BelakangPada 10 Juni 2014, kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah serta beberapa pemberontak Sunni lainnya menguasai kota terpadat kedua di Irak, Mosul. Setelah melawan Tentara Irak, ISIS merebut kota-kota dan melakukan pembantaian dan kekejaman lainnya. ISIS melakukan pembunuhan massal dan kekejaman lainnya terhadap Asyur, serta Yazidi. ISIS juga melakukan pembantaian di Camp Speicher pada bulan Juni 2014, yang menewaskan ribuan orang. Hingga bulan Agustus, ISIS telah menguasai hampir sepertiga wilayah Irak. Pada tanggal 7 Agustus 2014, Presiden AS Barack Obama mengizinkan serangan udara di Irak. Keesokan harinya, Angkatan Udara AS melancarkan serangan udara yang menargetkan para pejuang ISIS, dengan dukungan bantuan kemanusiaan dari Britania Raya dan Prancis. Pada 10 September 2014, Obama menguraikan rencana untuk memperluas operasi AS ke Suriah. Pangkalan MiliterPada tahun 2018, pabrik semen Lafarge yang terletak di selatan Kobanî, Suriah digunakan sebagai basis operasi oleh Resimen Parasut Infanteri Marinir ke-1 dan pasukan Angkatan Darat Amerika Serikat.[4][5] Selama operasi, setidaknya ada tiga pangkalan di dekat Kobanî, Sarrin dan Ayn Issa.[6] Selain itu, tentara Perancis dan Amerika dilaporkan terlihat berpatroli di pusat kota Manbij, Suriah.[7] Referensi
|