Radar pencarian udara tiga dimensi DRBJ 11 B Thales SMART-S MK2 (menggantikan DRBJ 11B) Radar pencarian udara DRBV 26D Radar pencarian udara ketinggian rendah DRBV 15C Radar akuisisi target Arabel
Charles de Gaulle adalah kapal induk milik Angkatan Laut Prancis (Marine Nationale). Kapal induk yang ditugaskan pada tahun 2001 ini adalah kapal induk Prancis kesepuluh, kapal bertenaga nuklir Prancis yang pertama, dan satu-satunya kapal induk bertenaga nuklir yang beroperasi di luar Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy). Kapal induk ini dinamai dari nama presiden dan jenderal Prancis Charles de Gaulle.
Kapal induk ini membawa pesawat Dassault Rafale M dan E-2C Hawkeye, helikopter AS365F Dauphin Pedro, EC725 Caracal dan AS532 Cougar untuk pencarian dan penyelamatan tempur, serta elektronik modern dan rudal Aster. Ini adalah kapal induk tipe CATOBAR yang menggunakan dua katapel uap 75 m C13‑3 versi lebih pendek dari sistem katapel yang dipasang pada kapal induk kelas Nimitz AS, satu katapel terletak di haluan dan satu di depan area pendaratan.[1] Pada Juli 2021, Charles de Gaulle adalah satu-satunya kapal induk non-Amerika di dunia yang diberdayakan untuk mengoperasikan pesawat Amerika seperti F/A-18E/F Super Hornet[2] dan C-2 Greyhound yang beroperasi dari kapal induk Amerika.[3][4]
Pengembangan
Sebuah gagasan untuk menggantikan kapal induk Foch dan Clemenceau muncul pada pertengahan 1970-an.
Lambung kapal diletakkan pada bulan April 1989 di galangan kapal angkatan laut DCNSBrest. Kapal induk diluncurkan pada Mei 1994 dengan bobot 42.000 ton (muatan penuh).[5] Kapal ini awalnya diberi nama Richelieu pada tahun 1986, diambil dari Armand-Jean du Plessis, Kardinal Richelieu.[6] Namun, nama kapal diubah menjadi Charles de Gaulle pada tanggal 18 Mei 1987 oleh Jacques Chirac.[7] Konstruksi terlambat dari jadwal karena proyek sempat kekurangan dana, diperburuk oleh resesi ekonomi di awal 1990-an.[8][9] Kapal akhirnya ditugaskan pada 18 Mei 2001, terlambat lima tahun dari target yang diproyeksikan.[10]Charles de Gaulle memasuki uji coba laut pertamanya pada tahun 1999. Pada 24 Oktober 2000, kapal meninggalkan Toulon untuk uji coba laut terakhirnya.
Layanan operasional
Pada 21 November 2001, Prancis mengirim ke Samudera Hindia untuk mendukung Operasi Enduring Freedom melawan Afganistan yang dikuasai Taliban. Charles de Gaulle tergabung dalam Gugus Tugas 473 dan mulai berlayar pada 1 Desember 2001. Kekuatan udara yang diluncurkan terdiri dari 16 Super Étendard, 1 E-2C Hawkeye, 2 Rafale M dan beberapa helikopter. Super Étendard melakukan misi pertama mereka di atas Afganistan pada tanggal 19 Desember, melaksanakan misi pengintaian dan pengeboman, menempuh jarak lebih dari 3.000 kilometer. Secara keseluruhan mereka melakukan 140 misi, rata-rata 12 misi per hari. Sekitar 770 sorti dilakukan dari kapal induk.[11]
Pada bulan Juni 2002 ketika Charles de Gaulle berada di Laut Arab, pesawat tempur Rafale melakukan patroli udara dengan Angkatan Laut Amerika Serikat di lepas pantai India dan Pakistan.[12][13]
Charles de Gaulle berpartisipasi dalam tindakan lebih lanjut dari Operasi Enduring Freedom pada tahun 2005. Dia kembali ke Asia Barat Daya pada Mei 2006 dan tak lama kemudian mendukung upaya koalisi atas Afganistan.
Satuan tugas angkatan laut Prancis yang ditunjuk Gugus Tugas 473, dipimpin oleh Charles de Gaulle berangkat dari Toulon pada 30 Oktober 2010 untuk operasi empat bulan, dengan nama kode Operasi Agapanthus 2010, ke Laut Tengah, Laut Merah, Samudra Hindia, dan Teluk Persia.[14][15] Operasi Agapanthus 2010 berakhir pada 21 Februari 2011. Gugus Tugas 473 menyelesaikan lebih dari 1.000 jam terbang yang diterbangkan dari Charles de Gaulle untuk mendukung Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) NATO yang dikerahkan ke Afganistan.[16]
Pada tanggal 20 Maret 2011, Charles de Gaulle dikerahkan ke Laut Tengah untuk menegakkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1973 yang menyerukan zona larangan terbang di atas Libya.[17]
Pada 16 Maret 2012, Charles de Gaulle berangkat untuk penempatan selama satu bulan ke Laut Tengah.[18]
Pada akhir Februari 2015, Charles de Gaulle dan kelompok tempurnya memasuki Teluk Persia untuk berpartisipasi dalam Operasi Chammal melawan militan Negara Islam (ISIS) di Irak.[19] Grup tempur kapal induk tiba di Teluk Persia pada 15 Februari 2015 dan mulai melancarkan serangan udara pada 22 Februari. Ini dilakukan tujuh minggu setelah serangan Charlie Hebdo. Charles de Gaulle meninggalkan Teluk Persia pada akhir April 2015 setelah meluncurkan misi penyerangan dan pengintaian terhadap ISIS.[20]
Charles de Gaulle kembali beroperasi menuju Laut Mediterania Timur di lepas pantai Suriah pada 23 November 2015, 10 hari setelah serangan teroris ISIS di Paris.[21] Sumber menyatakan Charles de Gaulle membawa pesawat tempur yang lebih banyak dari biasanya dengan 26 pesawat tempur yang terdiri dari 18 Rafale dan 8 Super Étendard.[22]
Pada akhir September 2016, Charles de Gaulle dikerahkan ke pantai Suriah untuk Pertempuran Mosul. Skuadronnya yang terdiri dari 24 pesawat Rafale M mendukung koalisi internasional melawan ISIS melalui serangan udara dan misi pengintaian.[23][24]
Pada tahun 2020, saat melanjutkan Operasi Chammal di Mediterania Timur, Charles de Gaulle bergabung dengan kapal perusak USS Ross milik Angkatan Laut AS. Sepanjang misi, satuan penyerang kapal induk bergabung dengan kapal angkatan laut sekutu dari Belanda, Belgia, Denmark, Jerman, Portugal, Spanyol, dan Yunani.[25]
Charles de Gaulle memimpin gugus tugas kapal induk 473 dalam operasi selama lima bulan yang dimulai pada Maret 2019, melalui Laut Mediterania. Pesawat dari Charles de Gaulle berpartisipasi dalam pertempuran besar terakhir melawan ISIS di Pertempuran Baghuz Fawqani, dan kemudian berlayar ke Samudera Hindia menuju Singapura.[26]
Pada April 2020, 40 awak kapal menunjukkan gejala COVID-19, mengharuskan Charles de Gaulle untuk kembali ke pelabuhan Toulon lebih awal dari yang direncanakan, seperti yang dilaporkan pada 8 April oleh Kementerian Angkatan Bersenjata.[27][28]
Charles de Gaulle memimpin satuan penyerang kapal induk (CSG) dalam misi “Clemenceau 21”, yang berlayar pada 21 Februari 2021. CSG dikerahkan selama beberapa bulan ke Laut Mediterania, kemudian ke Samudra Hindia dan Teluk Persia, dan akan kembali ke Toulon pada bulan Juni.[29]
Charles de Gaulle berlayar pada 1 Februari memimpin satuan penyerang kapal induk (CSG) ke Mediterania dalam misi "Clemenceau 22" dari Februari hingga April 2022. CSG ini akan bergabung dengan 3 kapal lainnya dan 1 kapal selam sekutu.[30]
Galeri
Referensi
^"Charles de Gaulle". web.archive.org. 2015-11-10. Archived from the original on 2015-11-10. Diakses tanggal 2023-01-07.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^"defence.professionals | defpro.com". web.archive.org. 2010-11-06. Archived from the original on 2010-11-06. Diakses tanggal 2023-01-09.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
Roche, Jean-Michel (2005). Dictionnaire des bâtiments de la flotte de guerre française de Colbert à nos jours. 2. Group Retozel-Maury Millau. hlm. 423. ISBN978-2-9525917-0-6. OCLC165892922.