Share to:

 

Pecuk-padi belang

Pecuk-padi Belang
M. melanoleucos
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
M. melanoleucos
Nama binomial
Microcarbo melanoleucos
(Vieillot, 1817)
Agihan pecuk-padi belang
Sinonim

Phalacrocorax melanoleucos
Anhinga parva

Pecuk-padi belang (Microcarbo melanoleucos), atau juga dikenal sebagai pecuk belang kecil, adalah sejenis burung laut anggota suku Phalacrocoracidae. Berwarna hitam dan putih, pecuk ini biasa ditemukan di badan-badan air di pesisir di wilayah Australasia. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Little Pied Cormorant, Little Shag atau Kawaupaka.

Close up wajah

Pengenalan

M. m. brevirostris berdada hitam

Burung pecuk berukuran sedang, dari paruh ke ekor sekitar 60 sentimeter (23,6 in), dengan bulu-bulu berwarna hitam dan putih. Di wilayah Indonesia, pecuk ini adalah satu-satunya yang memiliki bulu putih di sisi bawah tubuhnya. Namun ciri utamanya adalah paruh dan kulit wajahnya yang berwarna kuning; karena ada juga individu yang tanpa atau hanya sedikit warna putih. Burung remaja memiliki garis mata, mahkota, dan bercak sisi lambung berwarna hitam. Iris mata hijau biru, dan kaki hitam.[1]

Anak jenis dan agihan

Pecuk-padi belang merupakan burung penetap di Selandia Baru, Australia, Papua, Maluku, Nusa Tenggara dan Sulawesi. Burung pengunjung kadang-kadang mencapai Jawa dan Bali.[2]

Microcarbo melanoleucos mempunyai tiga anak jenis (subspesies):

  • M. m. melanoleucos. Penghuni tetap di seluruh wilayah sebaran jenis ini kecuali di Selandia Baru dan pulau-pulau sekitar Antartika.
  • M. m. brevicauda Mayr 1931. Endemik di Pulau Rennell, Kepulauan Solomon.
  • M. m. brevirostris Gould 1837. Penghuni tetap di Selandia Baru dan pengunjung pulau-pulau sekitar Antartika. Beberapa ahli memasukkannya dalam jenis tersendiri, Phalacrocorax brevirostris.
Menjemur sayap

Burung ini adalah jenis pecuk-padi yang paling tersebar luas di Papua. Merupakan penetap dan pengunjung lokal di seluruh dataran rendah Pulau Irian dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Kepulauan Aru, Salawati, Waigeo, Misool, dan Numfor. Ditemukan pula pada elevasi yang lebih tinggi, sampai 3.400 m dpl, tetapi kurang umum.[3]

Di kawasan Wallacea, pecuk-padi belang merupakan burung yang tersebar luas, umum secara lokal, dan berbiak lokal. Ditemukan mulai dari Sangihe di utara, hingga Timor dan Rote di selatan; mulai dari Kepulauan Kai dan Halmahera di timur, hingga Pulau Lombok di barat.[4]

Ekologi dan kebiasaan

Bertengger di pohon kering. Tasmania

Serupa dengan kebiasaan burung pecuk yang lainnya.[1] Pecuk ini sering terlihat sendirian atau dalam kelompok kecil; umumnya sibuk mencari krustasea di rawa-rawa, sungai, dan pesisir. Terdapat di seluruh habitat perairan tawar, dan sering bersama dengan pecuk-padi hitam.[3]

Bersarang dalam koloni di pohon-pohon, pecuk-padi belang adalah satu-satunya jenis pecuk yang mengunjungi bantaran sungai di zona alpin.[3]

Burung ini terutama pemakan benthos, yakni organisme yang hidup di dasar perairan. Pecuk-padi belang biasanya menjelajah dan menyelami perairan dangkal, tidak jauh dari tepian. Menyelam sebentar-sebentar, antara 15–20 detik, dan kemudian beristirahat di permukaan sekitar 5–10 detik di luar waktu untuk menelan makanannya. Mangsanya amat bervariasi, tetapi dengan proporsi krustasea yang di luar kebiasaan, yakni rata-rata mendekati 30%, bahkan ada yang hingga 80% bobot total makanan. Selain itu, pecuk-padi belang juga memangsa berbagai jenis ikan, belut, dan tempayak serangga air.

Musim berbiak berlangsung sekali setahun, di musim semi atau awal musim panas di selatan, atau setelah musim pancaroba di wilayah tropika. Sarangnya berupa panggung terbuat dari rerantingan, terkadang masih berdaun, yang disusun di percabangan pohon; biasanya jenis ekaliptus yang tumbuh di wilayah tergenang. Sering pula sarang ini berdekatan dengan sarang-sarang burung air lainnya seperti jenis pecuk yang lain, cangak, ibis, dan ibis-sendok. Telur-telurnya berwarna biru pucat, keputih-putihan karena lapisan kapur, bulat telur berukuran sekitar 46 x 31 mm, dan berjumlah 4-5 butir.[5]

Referensi

  1. ^ a b MacKinnon, J., K. Phillipps, & B. van Balen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Puslitbang Biologi LIPI dan BirdLife IP. Hal. 55
  2. ^ MacKinnon, J. 1990. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Penerbit Universitas Gadjah Mada. Hal. 62-63.
  3. ^ a b c Beehler, B.M., T.K. Pratt, & D.A. Zimmerman. 2001. Burung-burung di Kawasan Papua. Puslitbang Biologi LIPI dan BirdLife IP. Hal. 63
  4. ^ Coates, B.J., K.D. Bishop, D. Gardner. 2000. Panduan Lapangan Burung-burung di Kawasan Wallacea. BirdLife IP dan Dove Publication. Hal. 46
  5. ^ Beruldsen, G (2003). Australian Birds: Their Nests and Eggs. Kenmore Hills, Qld: self. hlm. 190. ISBN 0-646-42798-9. 
  • BirdLife International (2004). Phalacrocorax melanoleucos. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 12 May 2006. Database entry includes justification for why this species is of least concern
  • Johnsgaard, P. A. (1993). Cormorants, darters and pelicans of the world. Washington, D.C., Smithsonian Institution Press.



Kembali kehalaman sebelumnya