Pelacuran jalananPekerja seks jalanan merupakan bentuk pekerjaan seks dimana tenaga kerja seks menawarkan jasanya kepada konsumen di tempat umum, terutama di jalan, dengan menunggu di ujung jalan atau berjalan sepanjang jalan, selain itu kegiatan ini bisa dilakukan di tempat umum lainnya seperti taman, bangku umum, dll. Pekerja seks jalanan biasanya memakai pakaian yang provokatif. Kegiatan seksual biasanya dilakukan di mobil pelanggan atau di lokasi jalan terpencil terdekat, atau di tempat tinggal pekerja seks atau di kamar motel sewaan.[1] LegalitasPekerja seks jalanan biasanya merupakan kegiatan ilegal, bahkan di yurisdiksi yang mengizinkan bentuk lagi dari kegiatan prostitusi.[2] Diperkirakan hanya 10% sampai dengan 20% pekerja seks yang bekerja di jalan, walaupun begitu, juga diestimasikan bahwa 90% penangkapan pekerja seks berasal dari pekerja seks jalanan.[3] Di beberapa yurisdiksi dimana kegiatan prostitusi merupakan kegiatan legal, seperti di Britania Raya, pekerja seks jalanan secara hukum merupakan kegiatan ilegal.[4] Beberapa yurisdiksi juga melarang kegiatan kerb crawling yaitu mengendarai kendaraan bermotor dengan kecepatan rendah dengan tujuan untuk mencari jasa dari pekerja seks. Di Australia, di New South Wales merupakan kegiatan legal untuk mencari pelanggan di jalanan, kecuali di beberapa area (seperti area dekat sekolah).[5] Negara bagian dan teritorial Australia lainnya melarang kegiatan prostitusi jalanan,[6] walaupun di beberapa yurisdiksi mengizinkan keberadaan rumah bordil yang berlisensi.[7] Prostitusi jalanan di Selandia Baru merupakan kegiatan legal.[8] Di Jerman kegiatan ini diizinkan juga, tetapi beberapa kota bisa menerapkan pembatasan wilayah atau jam operasional (variasi peraturan sangat beragam ).[9] Di Amerika Serikat, prostitusi jalanan merupakan kegiatan ilegal di 50 negara bagian, 49 negara bagian melarang seluruh bentuk dari prostitusi, Nevada mengizinkan operasional rumah bordil berlisensi, tetapi hanya di area-area luar kota, tidak di area metropolitan utama (hanya 8 kota yang memiliki rumah bordil dan kegiatan prostitusi di luar rumah bordi merupakan kegiatan ilegal). Empat kota di Belanda memiliki zona khusus (tippelzone) yang diperuntukan untuk kegiatan prostitusi jalanan secara legal.[10] Zona ini sering kali berupa daerah industri untuk menghindari ketidaknyamanan dari penduduk dan bisa memiliki fitur kotak seks (afwerkplek).[11] Pada zona ini pekerja seks membutuhkan lisensi.[10] Risiko dan PenelitianPekerja seks jalanan sangat rentan terhadap penyerangan fisik dan seksual[12] serta perampokan oleh pelanggan atau mucikari. Organisasi Kesehatan Dunia/WHO melaporkan pada salah satu penelitian di Bangladesh menemukan bahwa diantara 50% sampai dengan 60% pekerja seks jalanan pernah diperkosa oleh petugas berseragam dan diantara 40% sampai dengan 50% pernah diperkosa oleh pelanggan lokal.[12] Peneliti Melissa Farley melakukan penelitian terhadap 854 pekerja seks di sembilan negara - Kanada, Kolombia, Jerman, Meksiko, Afrika Selatan, Thailand, Turki, Amerika Serikat, dan Zambia - dan menemukan bahwa 95% pekerja seks pernah diserang secara fisik, dan 75% pernah diperkosa. 89% dari wanita yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka ingin meninggalkan dunia prostitusi.[13] Walaupun begitu metodologi dan netralitas penelitian Melissa Farley dikritisi oleh akademisi lain seperti Ronald Weitzer.[14] Weitzer juga menyatakan bahwa temuan Farley sangat dipengaruhi oleh ideologi feminisme radikal.[15][16] Pada penelitian tahun 2008 terhadap pekerja seks di Chicago, Amerika Serikat, ekonom Steven Levitt dan Sudhir Alladi Venkatesh menemukan bahwa pekerja seks wanita yang bekerja tanpa mucikari memiliki tarif sekitar $25 per jam, dan yang bekerja dengan mucikari mendapatkan penghasilan lebih tinggi 50%. Penghasilan ini secara kasar lebih tinggi empat kali dibandingkan dengan penghasian dari bentuk pekerjaan lain yang tersedia untuk mereka. Pekerja seks yang ditangkap berkisaran 1 dari setiap 450 pertemuan dan penangkapan ke-10 akan menghasilkan waktu di penjara.[17] Pada 2004, penelitian di Britania Raya menunjukan bahwa lebih dari 95% wanita yang bekerja sebagai pekerja seks jalanan memiliki masalah ketergantungan obat, dimana sekitar 78% menggunakan heroin, dan meningkatkan angka pecanducrack cocaine [2] Lihat juga
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Street prostitution.
|