Teresa Teng
Teresa Teng (Hanzi: 鄧麗君; Pinyin: Dèng Lìjūn; 29 Januari 1953 – 8 Mei 1995) adalah seorang penyanyi, aktris, pemusik, dan filantropis asal Taiwan. Dijuluki sebagai "Ratu Abadi Pop Asia", ia dianggap sebagai salah satu penyanyi populer Asia yang paling sukses dan berpengaruh di sepanjang masa.[1] Teresa Teng diakui sebagai ikon budaya atas kontribusinya pada pop Mandarin, yang melahirkan frasa, “Di mana pun ada orang yang berbahasa Mandarin, di situ ada musik Teresa Teng.” Sebagai seorang poliglot, suaranya yang jernih dan lagu-lagunya yang beresonansi secara emosional, telah melampaui batas-batas geografis, linguistik, dan politik, memikat para penonton di seluruh Asia selama beberapa dekade.[2] Dengan karier yang membentang selama hampir 30 tahun, Teng menjadi sebuah kekuatan yang dominan dan berpengaruh di Asia sepanjang sebagian besar kariernya,[3] termasuk Asia Timur, Asia Tenggara, dan, sampai batas tertentu, Asia Selatan.[4] Teresa Teng diakui sebagai superstar pop pertama dari Timur Jauh dan oleh beberapa orang sebagai pelopor musik pop Mandarin modern—sebuah kekuatan utama dalam perkembangan industri musik Tiongkok dengan menggabungkan gaya barat dan timur ke dalam musiknya, menggantikan lagu revolusioner yang saat itu paling banyak digunakan di daratan Tiongkok dan meletakkan dasar bagi musik populer Tiongkok modern.[5] Teng merekam lebih dari 1.700 lagu sepanjang kariernya, tidak hanya dalam bahasa Mandarin, tetapi juga dalam bahasa Hokkian, Kanton, Shanghai, Jepang, Indonesia, Inggris, dan Italia.[6] Teng dianggap berperan penting dalam menjembatani kesenjangan budaya di seluruh wilayah berbahasa Mandarin dan merupakan salah satu artis pertama yang menghubungkan Jepang dengan beberapa negara di Asia Timur dan Asia Tenggara dengan menyanyikan lagu-lagu pop Jepang, menurut Nippon. Di Taiwan, ia terkenal karena menghibur angkatan bersenjata dan menyanyikan lagu-lagu patriotik yang menarik bagi warga sipil di pulau itu. Teng dijuluki “penghibur patriotik” dan “kekasih para tentara”. Hingga saat ini, lagu-lagu Teng telah di-cover oleh ratusan artis di seluruh dunia. Menurut statistik IFPI, Teng telah menjual lebih dari 48 juta album, tidak termasuk penjualan di Tiongkok daratan.[7] Pada tahun 1986, Majalah Time menobatkannya sebagai salah satu dari tujuh penyanyi wanita terhebat di dunia. Pada tahun 2009, dalam sebuah jajak pendapat oleh portal web pemerintah Tiongkok untuk merayakan ulang tahun ke-60 Republik Rakyat Tiongkok, Teng dipilih sebagai "tokoh budaya paling berpengaruh di Tiongkok sejak tahun 1949" oleh 8,5 juta netizen. Pada malam "8 Maret Hari Perempuan Internasional" pada tahun 2010, ia dinobatkan sebagai “wanita paling berpengaruh di Tiongkok modern” dalam sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh banyak media terkenal di Tiongkok.[8] Pada tahun 2022, Teng menerima nama jalan di Ivry-sur-Seine, Paris Raya, dari dewan kota. Ia masuk ke dalam “Aula Kehormatan Musik Populer” di Museum Musik Koga Masao di Jepang pada tahun 2007, menjadikan Teng sebagai satu-satunya warga negara non-Jepang yang berhasil meraihnya. Masa kecilTeresa Teng lahir dengan nama Teng Li-yun dari orang tua waishengren di Baozhong, Kabupaten Yunlin, Taiwan pada tanggal 29 Januari 1953. Ayahnya adalah seorang tentara di Angkatan Bersenjata Republik Tiongkok dari Kabupaten Daming, Hebei, dan ibunya berasal dari Kabupaten Dongping, Shandong, yang melarikan diri ke Taiwan setelah partai komunis mengambil alih Tiongkok daratan pada tahun 1949.[9] Sebagai satu-satunya anak perempuan dari lima bersaudara, Teng dibesarkan dalam keluarga yang dilanda kemiskinan dan menghabiskan masa kecilnya di desa tanggungan militer, pertama di Yunlin dan kemudian di Pingtung. Ayah Teng pensiun pada tahun 1957, dan kemudian bekerja menjual kue untuk menghidupi keluarganya. Teng menerima pendidikan awalnya di SD Luzhou di Luzhou, Kabupaten Taipei, Taiwan.[10][11] Teng terpapar pada musik sejak usia dini melalui orang tuanya yang sangat menyukai musik. Ayahnya adalah seorang penggemar opera Beijing, dan ibunya menyukai opera Huangmei, sering menemani Teresa ke bioskop dan gedung opera Tionghoa. Pada usia enam tahun, Teng memulai kursus menyanyi melalui seorang kenalan ayahnya, yang menjadi instruktur band angkatan udara. Mengingat kondisi Taiwan tahun 1950-an yang berada di bawah darurat militer, mentor pertama Teng memperkenalkannya pada bernyanyi di depan para penonton militer, sebuah praktik yang Teng teruskan sepanjang hidupnya.[12] Teng mendapatkan penghargaan besar pertamanya pada tahun 1964, ketika ia menyanyikan "Visiting Yingtai" dari film opera Huangmei produksi Shaw Bersaudara, The Love Eterne, di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Broadcasting Corporation of China.[13] Tahun berikutnya, Teresa Teng pergi untuk melanjutkan pendidikannya di SMA Putri Ginling di Sanchong, Kabupaten Taipei. Namun, karena konflik antara waktu penampilan dan studinya, serta dipaksa oleh faktor ekonomi keluarga, Teng berhenti sekolah di tahun kedua dan mengejar kariernya sebagai penyanyi secara profesional. Tidak lama setelahnya, Teresa dapat menghidupi keluarganya dengan bernyanyi.[14][15] KarierKerana memiliki nama keluarga yang sama dengan Deng Xiaoping, Penyanyi berzodiak Aquarius ini dijuluki "Little Deng". Dikatakan bahwa ketika pemimpin komunis (Deng Xiaoping) memimpin China di siang hari, penyanyi Teresa Teng memimpin China pada malam hari. Teresa Teng, Agnes Chan, Yu Yar, Ouyang Feifei dan Judy Ongg semua dianggap sebagai "Lima Besar Diva Asia" selama tahun 1970 - 1980an, akan tetapi lagu Teresa Teng tetap yang paling populer. Gunther Mende, Mary Susan Applegate dan Candy de Rouge menulis lagu "The Power of Love" untuk Jennifer Rush. Teresa Teng menyanyikannya dan membuat lagu itu terkenal di kawasan Asia. Dia awalnya menyanyikannya di sebuah Konser di Tokyo - delapan tahun sebelum dinyanyikan dan dirilis oleh Celine Dion. Teresa merekam beberapa lagu terkenal, termasuk "Kapankah Kau Akan Kembali (pinyin: Hé Rì Jūn Zài Lái). Selain lagu-lagunya yang berbahasa Mandarin, ia juga pernah merekam lagu-lagu dalam Bahasa Indonesia, Hokkien, Kanton, Jepang dan Inggris. Seringkali Teresa disandingkan dengan aktris Leily Sagita kerana dinilai memiliki wajah yang hampir mirip. Dikagumi oleh rakyat dari kedua negara yang bersitegang, China dan Taiwan, Teresa Teng pada tahun 1989 mengadakan konser secara terang-terangan di Paris dan Hongkong untuk mendukung pergerakan mahasiswa dan pelajar melawan pemerintah RRC yang berpuncak pada kerusuhan di lapangan Tiananmen. Meskipun Teresa Teng tampil di banyak negara di seluruh dunia, ia tidak pernah tampil di China. Partai Komunis China akhirnya mengundangnya pada tahun 1990an tetapi Teresa tidak pernah melakukannya. Kehidupan pribadiMeskipun jenjang karir dan popularitasnya terus meningkat namun sayangnya urusan percintaan Teresa Teng tidak begitu beruntung. Cinta pertama Teresa Teng adalah Lim Zhen Fa bin Lim Shui Chen, seorang putra dari taipan kasino asal Malaysia. Pada saat itu (tahun 1972) Teresa baru berumur 19 sedangkan kekasihnya 8 tahun lebih tua (Lim Zhen Fa kelahiran 1945). Sayangnya hubungan mereka tidak sampai ke pernikahan dan pria tersebut meninggal akibat serangan jantung. Pada tahun 1976, pada konsernya di Hong Kong, Teresa menyanyikan lagu "Goodbye My Love" dan sempat menangis lalu menutup mulutnya dengan tangannya. Ia lalu melap air matanya dengan jari di pipi dan melanjutkan bernyanyi. Pada tahun 1979, aktor Hongkong terkenal Jackie Chan jatuh hati dengannya dan mengejar Teresa Teng. Namun menurut Jackie di buku autobiografinya, Teresa merupakan wanita pendiam, manis, pemalu, lembut, sopan, sedangkan Jackie adalah tipe orang yang cerewet, kasar, dan vulgar. Mereka berpisah karena kepribadian mereka yang berbeda. Jackie berakhir dengan wanita lain asal Taiwan yang juga merupakan aktris, Joan Lin Fong Chiao (yang dinikahinya setelah dia hamil). Ini menimbulkan pertanyaan apakah Jackie berpacaran dengan dua superstar Taiwan pada waktu yang bersamaan? Pada Februari 1982, Teresa Teng yang berusia 29 tahun mengumumkan pertunangannya dengan Beau Kuok bin Robert Kuok, anak pertama dari miliarder asal Malaysia, yang dijuluki dengan "Raja Gula", yang juga Pemilik Shagri-La hotel. Pernikahan telah dibahas dan direncanakan, namun Teresa Teng sangat keberatan dengan persyaratan dari keluarganya yang mengharuskan ia untuk memberikan rincian informasi tertulis tentang semua hubungan masa lalunya dengan mantan-mantannya. Dia juga harus menghentikan semua hubungan dari dunia hiburan. Pada tahun 1989 Teresa bertemu dengan berondong yang 15 tahun lebih muda bernama Quilery Faul Puel Stephane di Paris. Faul berusia 21 tahun (Faul kelahiran 1968) sedangkan Teresa sudah berusia 36 tahun. Faul adalah seorang fotografer dan Teresa memang hobi difoto sejak ia masih kecil. Teresa pernah berkunjung ke studio rekaman miliknya, mereka berdua saling jatuh cinta dan akhirnya berpacaran selama 6 tahun. Awalnya Teresa selalu didampingi oleh asisten pribadinya ketika berkencan tetapi seiring waktu setelah hubungannya makin dekat Faul menyuruh Teresa untuk tidak membawa pendamping pribadinya. Faul kemudian berhenti dari pekerjaannya sehingga bisa menemani Teresa secara fulltime. Hingga kematiannya, Teresa sama sekali belum pernah menikah. WafatTeresa Teng wafat akibat serangan asma akut ketika sedang berlibur di Chiang Mai, Thailand, dalam usia 42 tahun (43 tahun menurut Kalender Tionghoa) pada tanggal 8 Mei 1995. Almarhumah dimakamkan bagai seorang pahlawan di Taiwan, dengan bendera Taiwan menutupi peti matinya dan Presiden Taiwan saat itu, Lee Teng-hui, menghadiri pemakamannya. Teresa dimakamkan di sebuah kaki gunung di Chin Pao San (Jinbaoshan, arti harafiahnya Gunung Harta Karun Emas sedangkan Chin Pao San adalah sebutan dari bahasa hokkien), dalam sebuah kompleks pemakaman dekat Jinshan, dekat Taipei, Taiwan. Sebuah patung dirinya dalam pakaian pertunjukan dipajang, diiringi dengan musik lagu-lagunya sebagai latar belakangnya, didirikan sebagai tugu peringatan di tempat pemakamannya tersebut. Disana juga terdapat sebuah piano elektronik raksasa di mana para pelayat dapat memainkannya dengan menginjak balok-balok piano tersebut. Makamnya ini sering dikunjungi oleh para penggemarnya --- sebuah kebiasaan yang sangat berbeda dengan tradisi Tionghoa untuk mengunjungi pemakaman pada umumnya. Untuk memperingati tahun ke-10 kematiannya, Teresa Teng Culture and Education Foundation meluncurkan kampanye berjudul "Feel Teresa Teng". Selain merencanakan konser di Hongkong dan Taiwan, para penggemarnya juga melayat ke makamnya di Chin Pao San. Sebagian gaun-gaun, perhiasan, dan barang-barang pribadi Teresa juga dipajang dalam sebuah ekshibisi di Yuzi Paradise, sebuah taman kesenian di luar kota Guilin, Tiongkok. Pada bulan Mei 2002, patung lilin Teresa Teng dipajang untuk umum di museum lilin Madame Tussauds di Hongkong. KontroversiPada Februari 1979, gara-gara diketahui memiliki paspor palsu Republik Indonesia,[16][17] Teresa dicekal masuk ke Jepang. Ia kemudian terbang ke Amerika Serikat untuk mengambil kelas singkat bahasa Inggris. Dari sana jugalah dikabarkan mulainya hubungan mesra antara Teresa Teng dan Jackie Chan. Jackie berangkat ke Amerika untuk menggarap film barunya. Pada awal 1980an, ketegangan politik antara Taiwan dan Tiongkok mengakibatkan lagu Teresa bersama penyanyi lain dari Taiwan dan Hongkong dicekal selama beberapa tahun di Tiongkok kerana dianggap terlalu "borjuis". Meskipun demikian, popularitas Teresa Teng terus meningkat berkat pasar gelap. Lagu musiknya terus diputar dimana-mana, dari kelab malam sampai ke gedung-gedung pemerintah, sehingga larangan lagunya pun akhirnya dicabut. PeninggalanSebuah rumah yang dibeli Teresa pada tahun 1986 di Hong Kong beralamatkan Jalan Carmel Street nomor 18 juga menjadi tempat tujuan kunjungan para penggemarnya terutama begitu ketika berita kematiannya tersebar. Rencana penjualan rumah tersebut untuk membiayai sebuah museum di Shanghai diberitakan pada tahun 2002, dan kemudian menjadikannya terjual sebesar 32 juta dollar Hong Kong. Rumah itu ditutup untuk umum semenjak tanggal 29 Januari 2004, hari di mana Teresa seharusnya berulang tahun ke-51. Untuk memperingati tahun ke-10 kematiannya, Teresa Teng Culture and Education Foundation meluncurkan kampanye berjudul "Feel Teresa Teng". Selain merencanakan konser di Hongkong dan Taiwan, para penggemarnya juga melayat ke makamnya di Chin Pao San. Sebagian gaun-gaun, perhiasan, dan barang-barang pribadi Teresa juga dipajang dalam sebuah ekshibisi di Yuzi Paradise, sebuah taman kesenian di luar kota Guilin, Tiongkok. Pada bulan Mei 2002, patung lilin Teresa Teng dipajang untuk umum di museum lilin Madame Tussauds di Hongkong. Lihat pulaReferensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Teresa Teng.
Peringatan: Kunci pengurutan baku "teresa teng" mengabaikan kunci pengurutan baku "Teng, Teresa" sebelumnya. |