Teruntum putih
Teruntum putih (Lumnitzera racemosa) adalah sejenis pohon kecil yang hidup di wilayah mangrove, anggota suku Combretaceae. Di pelbagai daerah, tumbuhan ini juga dikenal dengan nama-nama lain seperti truntum (Jw.); duduk (Jw., Bal.); duduk laki-laki (Lam.); adu-adu (Md.); api-api balah (Sim.); api-api jambu (Bjr.); dan knias (Timor).[2] Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Black Mangrove atau White-flowered Black Mangrove. PengenalanPohon kecil atau perdu, hingga tinggi 8–9 m. Pepagan cokelat kemerahan, kasar memecah memanjang. Tanpa akar napas. Ranting-ranting yang muda kemerahan atau abu-abu, kadang-kadang sedikit berambut, dan gundul ketika menua.[3] Daun-daun berkumpul di ujung ranting, bertangkai pendek hingga 10 mm. Lembaran daun menjangat, sedikit berdaging, agak kaku; bundar telur terbalik menyempit, 2–10 × 1–2,5 cm, ujung membundar dengan sedikit lekukan.[3] Perbungaan terletak di ketiak, panjang lk. 2–7 cm. Bunga-bunga duduk, berkelamin ganda, berbilangan 5; sedikit harum namun kaya akan nektar. Tabung kelopak agak gepeng memanjang, lk. 6–8 mm, hijau muda, di pangkalnya dilindungi sepasang anak daun bentuk bundar telur melebar, lk. 1,5 mm; taju kelopak melebar, tinggi lk. 1 mm, kadang-kadang dengan kelenjar di ujungnya. Taju mahkota bentuk jorong, 4 × 2 mm, putih. Benang sari 10 helai, sama atau sedikit lebih panjang daripada taju mahkota. Buah berserat dan mengayu, jorong kembung (elipsoid) agak gepeng, 10–12 × 3–4 mm.[3] Ekologi dan PenyebaranTeruntum putih terutama didapati di sepanjang tepi vegetasi mangrove ke arah daratan. Tumbuhan ini menyukai substrat berlumpur padat dan berpasir. Teruntum juga acap dijumpai di sepanjang saliran yang dipengaruhi oleh air tawar.[3] Spesies ini adalah jenis khas yang tumbuh di hutan bakau. Bunganya yang putih, agak harum, dan banyak mengandung nektar, diserbuki oleh serangga. Buahnya yang berserat teradaptasi untuk pemencaran melalui air (hidrokori).[3] Teruntum menyebar luas mulai dari bagian timur Afrika tropis dan Madagaskar, melalui Asia Selatan hingga ke Asia Tenggara dan Tiongkok selatan, seluruh Nusantara, Papua Nugini, Australia utara dan Polinesia. Di Asia Tenggara, jenis ini hampir tidak ditemukan di sepanjang pantai yang menghadap ke Samudra Hindia.[3] KegunaanKayunya berat dan keras, kuat serta awet. Cocok digunakan sebagai konstruksi bangunan, jembatan, kapal, dan perabotan rumah tangga.[3] Akan tetapi kayu ini jarang didapat dan ukurannya kecil-kecil, batang bebas cabang jarang melebihi 5 m, sementara batang yang tua acap bergeronggang.[2] Kayu teruntum juga merupakan kayu bakar yang baik.[2] Pepagannya kadang-kadang digunakan sebagai bahan penyamak.[3] Tumbuhan yang miripTeruntum merah (Lumnitzera littorea) memiliki bentuk yang serupa, kecuali bahwa mahkota bunganya berwarna merah cerah. Teruntum merah juga dapat tumbuh besar mencapai tinggi 25 m. Akan tetapi jenis ini tidak pernah dijumpai tumbuh berbarengan dengan teruntum (putih) pada tegakan mangrove yang sama. Sejauh ini belum diketahui penyebab situasi yang ganjil ini.[3] Cingam (Scyphiphora hydrophyllacea) sangat mirip, perawakan, daun maupun bunganya. Sukar dibedakan manakala tak berbunga, kecuali dengan memperhatikan duduk daunnya yang berhadapan, serta adanya daun penumpu interpetiolar yang kecil dan sedikit menggembung. Buah cingam beralur-alur memanjang, serupa belimbing yang kecil; kecoklatan bila tua. Baru-baru (Osbornia octodonta) secara sepintas mirip dalam bentuk daun dan bunganya. Akan tetapi jenis terakhir ini daunnya berbau aromatis apabila diremas, duduk daunnya berhadapan, pangkal daunnya dengan noda merah, dan bunganya berbilangan-8. Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Lumnitzera racemosa.
Referensi
|