Ulugh Beg
Sumbangan Ulugh BegIa adalah cucu Timur Leng (Tamerlan) yang disebut sebagai penakluk Asia. Ulugh Beg masih keturunan Genghis Khan; pendiri Bangsa Mongol. Jika Timur Leng dan anggota keluarganya yang lain adalah tentara, maka Ulugh Beg adalah seorang ilmuwan. Dia diamanahkan ayahnya untuk menjadi raja di daerah Samarkand, Uzbekistan. Sesuai dengan minatnya yang sangat besar terhadap ilmu pengetahuan, dia bangun kota tersebut menjadi sebuah pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan muslim. Di kota Samarkand, ia membangun madrasah atau semacam universitas saat ini, dan mengundang banyak ilmuan untuk melakukan riset. Riset yang dilakukan bukan terbatas pada bidang sastra dan kajian Al Quran saja. Ia bahkan fokus pada penelitian di bidang matematika, trigonometri, dan geometri. Sampai sekarang bangunan-bangunan dan monumen-monumen peninggalan Ulugh Beg dapat kita lihat di kota Samarkand. Di sanalah ia menulis lirik-lirik syair, buku-buku sejarah dan mengkaji Qur’an. Meskipun demikian, astronomi dan matematika merupakan bidang utama yang sangat menarik perhatiannya. Ia turun tangan secara langsung melakukan kajian dan pengamatan tentang bintang-bintang. Pada tahun 1420 ia membangun sebuah observatorium di Samarkand untuk meneliti planet-planet dan bintang-bintang. Ulugh Beg membuat gedung pengamatan bintang terbesar di dunia. Gedung itu berupa busur derajat setinggi 40 meter (setinggi gedung 10 lantai). Gedung itulah yang kemudian menjadi observatorium terbesar di dunia. Bersama beberapa sarjana, ia menyusun data-data astronomis, yang dikenal dengan naman Zeij Ulugh Beyj. Zeyj (tabel) tersebut selesai disusun pada tahun 1437 M, dan pada abad 17, zeij ini diterjemahkan ke bahasa Barat. Di observatorium inilah Ulugh Beg dan timnya mewujudkan cinta mereka kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh bekerja dan beribadah. Dari hasil observasi tersebut, mereka menyiapkan tabel-tabel astronomi matahari, bulan, dan planet yang telah diamati dengan tingkat kecermatan tinggi dan akurasinya tidak terlalu jauh berbeda dengan hasil pengamatan astronom modern yang menggunakan berbagai teleskop canggih. Dari hasil pengamatan dan perhitungannya, ia dan timnya juga mengoreksi perhitungan yang pernah dibuat oleh astronom-astronom Romawi seperti Ptolemeus. Hasil-hasil observasi mereka terhimpun antara lain dalam kitab “Zij-i- Djadid-iSultani”[1] Selain itu, masih banyak kitab-kitab lain yang mereka tulis dalam bahasa Arab. Beberapa hasil karya mereka diterjemahkan oleh astronom Inggris dan Prancis beberapa ratus tahun kemudian. Hal ini menunjukkan bahwa hasil observasi dan perhitungan mereka sangat canggih untuk ukuran zaman itu sehingga datanya masih sangat berguna ratusan tahun kemudian. Bangunan observatorium Ulugh Beg di Samarkand berwujud sebagai peralatan raksasa yang dirancang sedemikian rupa untuk mengamati bintang-bintang di satu lokasi yang tetap di cakrawala. Interiornya berupa sebuah terowongan batu yang cukup lebar dan panjang di mana pangkalnya berada di bawah tanah dan berujung pada alam terbuka beratapkan langit. Di dalamnya dilengkapi dengan 2 (dua) jeruji batu yang ditempatkan pada posisi tepat sehingga memberi hasil yang maksimal dalam menghitung ketinggian jarak bintang-bintang. Observatorium Ulugh Beg di Samarkand pun terbukti sangat canggih sehingga peralatan seperti ini masih ditiru dan digunakan oleh astronom-astronom Eropa pada masa kini. Beberapa di antaranya yakni observatorium Uraniborg (1576) dan observatorium Stierneborg (1584). Tidak hanya dari segi penampilan fisik dan arsitekturnya yang mencontoh observatorium Ulugh Beg, melainkan juga dari sisi kualitas dan kuantitas peralatan, bahkan manajemen operasinya. Catatan Kaki
Referensi
|