Dinasti Utara dan Selatan
Dinasti-Dinasti Selatan dan Utara (Hanzi: 南北朝; Pinyin: Nán-Běi Cháo) adalah sebuah periode dalam sejarah Tiongkok yang berlangsung dari tahun 420 hingga 589, setelah era penuh gejolak dari Enam Belas Kerajaan dan negara-negara bagian Wu Hu. Periode ini terkadang dianggap sebagai bagian akhir dari periode yang lebih lama yang dinamakan Enam Dinasti (tahun 220 hingga 589).[1] Meskipun terjadi perang saudara dan kekacauan politik, periode ini merupakan masa berkembangnya seni dan budaya, kemajuan teknologi, penyebaran Buddha Mahayana serta Daoisme. Selain itu, periode ini juga menyaksikan migrasi besar-besaran Han Tiongkok ke tanah selatan Yangtze. Periode Dinasti-Dinasti Selatan dan Utara berakhir dengan penyatuan semua Tiongkok Dalam oleh Kaisar Wen dari Dinasti Sui. Selama periode ini, proses sinifikasi dipercepat di antara pendatang non-Tiongkok di utara dan di antara penduduk asli di selatan. Proses ini juga disertai dengan meningkatnya popularitas Buddhisme (diperkenalkan ke Tiongkok pada abad ke-1) baik di utara maupun selatan Tiongkok dan Taoisme juga meningkat pengaruhnya, dengan adanya dua kanon Taoisme penting yang ditulis selama periode ini. Kemajuan teknologi yang cukup signifikan juga terjadi selama periode ini. Penemuan sanggurdi selama Dinasti Jin (266–420), yang membantu memacu pengembangan pasukan kavaleri berat sebagai standar tempur. Sejarawan mencatat kemajuan dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, dan kartografi. Intelektual pada periode ini termasuk matematikawan dan astronom Zu Chongzhi (429–500) serta astronom Tao Hongjing. Referensi
Film series : The Legend of Fei , kisah kaisar terakhir dinasti Xiao yang digulingkan keluarga Chen menjadi dinasti Chen |