Edward Lee Thorndike
Edward Lee "Ted" Thorndike (31 Agustus 1874 - 9 Agustus 1949) adalah seorang psikolog berkebangsaan Amerika Serikat yang menghabiskan hampir seluruh kariernya di Teachers College, Universitas Columbia.[1] Karyanya di bidang psikologi perbandingan dan proses pembelajaran menghasilkan teori koneksionisme dan membantu meletakkan dasar ilmiah untuk psikologi pendidikan modern.[1] Dia juga bekerja di bagian pengembangan sumber daya manusia di tempat industri, seperti ujian dan pengujian karyawan.[1] Dia adalah anggota dewan dari Psychological Corporation dan menjabat sebagai presiden dari American Psychological Association pada tahun 1912.[1][2] Thorndike, lahir di Williamsburg, Massachusetts, adalah anak dari seorang pendeta Gereja Metodis di Lowell, Massachusetts.[3] Thorndike lulus dari The Roxbury (1891), di West Roxbury, Massachusetts dan Universitas Wesleyan (1895).[3] Ia mendapat gelar MA di Universitas Harvard pada tahun 1897.[3] Selama di Universitas Harvard, ia tertarik pada bagaimana hewan belajar (etologi), dan bekerja sama dalam penelitian dengan William James.[4] Setelah itu, ia menjadi tertarik pada hewan 'manusia', dan kemudian mengabdikan dirinya demi penelitiannya ini.[4] Tesis Edward hingga saat ini masih dianggap sebagai dokumen penting dalam ranah ilmu psikologi komparatif modern.[4] Setelah lulus, Thorndike kembali ke minat awal, psikologi pendidikan.[4] Pada tahun 1898 ia menyelesaikan PhD-nya di Universitas Columbia di bawah pengawasan James McKeen Cattell, salah satu pendiri psikometri.[4] Masa kecilEdward Lee Thorndike dilahirkan pada tanggal 31 Agustus 1874 di Williamsburg, Massachusetts. Ayahnya bernama Edward Robert Thorndike dan ibunya bernama Abbie Ladd Thorndike. Ayahnya merupakan seorang mantan pengacara yang kemudian menjadi pendeta di sebuah gereja Metodis. Semasa kecilnya, keluarganya sering berpindah-pindah tempat tinggal. Ini dalam rangka pelayanan dalam berbagai sidang di daerah New England. Thorndike merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ia memiliki kakak laki-laki bernama Ashley Horace dan adik laki-laki bernama Lynn. Thorndike juga memiliki seorang adik perempuan bernama Mildred.[5] Keluarganya merupakan penduduk asli dari negara Maine.[6] PendidikanPada tahun 1895, Thorndike memperoleh gelar sarjana dari Universitas Wesleyan, Connecticut.[7] Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di Universitas Harvard dalam jurusan bahasa. Fokusnya adalah bahasa Inggris dan bahasa Prancis.[5] Selain itu, Thorndike juga belajar dari William James di Universitas Harvard sejak tahun 1895 hingga tahun 1897. Setelahnya, ia melanjutkan pendidikan di Universitas Columbia hingga memperoleh gelar Doktor Filsafat pada tahun 1898. Di Universitas Columbia, Thorndike utamanya belajar dari James McKeen Cattell.[8] PekerjaanThorndike bekerja sebagai pendidik sekaligus psikolog.[9] Ia awalnya bekerja sebagai psikolog namun kemudian menjadi dosen di Universitas Columbia.[10] Sebagian besar karier pekerjaan dari Thorndike dilaluinya dengan bekerja di Teacher's College, Universitas Columbia.[11] Thorndike bekerja di Universitas Columbia sejak tahun 1904 dan pensiun pada tahun 1940. Selama bekerja, ia mengembangkan jenis sekolah yang menggunakan prinsip-prinsip ilmiah sebagai landasannya. Ia juga mengembangkan sekolah yang memberikan pendidikan secara efisien.[8] Ia mengadakan penelitian ilmu sosial dengan mengandalkan penggunaan statistik. Penelitiannya ini dibuat menjadi buku pegangan perkuliahan berjudul An Introduction to the Theory of Mental and Social Measurements. Buku ini diterbitkannya pada tahun 1904.[8] Hasil pemikiranTeori koneksionismeThorndike merupakan salah satu pendukung teori belajar behavioristik.[12] Pemikiran behaviorisme Thorndike dalam hal belajar adalah pada proses interaksi antara rangsangan dan tanggapan.[13] Ia meyakini bahwa asosiasi merupakan prinsip dasar dalam proses belajar.[14] Teori belajar yang dibuat oleh Thordike menggunakan konsepsi asosiasi antara rangsangan dan tanggapan.[15] Proses antara rangsangan dan tanggapan menjadi pembentuk asosiasi.[16] Dalam konsepsi asosiasi, pelaksanaan asosiasi ditetapkan sebagai hakikat dalam perkembangan. Komponen dianggap lebih penting daripada keseluruhan. Kesan-kesan dari individu terkumpul menjadi satu dan membentuk keseluruhan.[17] Nama teori belajar yang dibuat oleh Thorndike adalah koneksionisme.[18] Dalam behaviorisme, koneksionisme menjadi pelopor dalam teori belajar.[19] Teori ini merupakan hasil dari percobaan yang dilakukannya pada tahun 1980 dengan subjek berupa kucing.[20] Eksperimen ini dilakukan dalam sangkar yang tertutup.[21] Teori ini mengemukakan bahwa proses belajar yang dialami oleh individu utamanya dicapai dengan metode mencoba-coba dan membuat kegagalan.[22] Thorndike menyebutkan bahwa uji coba dapat dilakukan oleh peserta didik yang belum tahu cara memberikan tanggapan.[23] Karenanya, teori koneksionisme juga disebut sebagai teori belajar coba-coba dan gagal, teori ikatan rangsangan-tanggapan, atau teori psikologi rangsangan-tanggapan.[24] Beberapa jenis hewan digunakan untuk mengetahui proses belajar dengan metode coba-coba ini.[25] Ciri-ciri dari teori belajar koneksionisme ada empat. Pertama, aktivitas belajar disebabkan oleh suatu motif. Kedua, situasi belajar memiliki banyak tanggapan. Ketiga, tanggapan yang gagal dan yang salah mengalami eliminasi. Keempat, adanya kemajuan dari hasil tanggapan-tanggapan.[26] Teori koneksionisme ini memberikan kesimpulan bahwa suatu tujuan memerlukan waktu yang lama dan banyak kekeliruan untuk dicapai.[27] Teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike memiliki kesamaan dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Ivan Pavlov dan B. F. Skinner.[28] Ketiganya membuat teori belajar yang berdasarkan kepada peran dari kebiasaan yang merupakan konsep behaviorisme.[29] Di sisi lain, teori koneksionisme yang dikemukakan oleh Thorndike memperoleh kritik dari dua teori belajar lainnya. Teori yang pertama adalah teori belajar psikologi gestalt dan teori medan.[30] Kelemahan teori koneksionisme antara lain terlalu mengutamakan mekanisme. Hal ini membuat peserta didik lebih mengutamakan menghafal pelajaran tetapi tidak memahami penerapan dari pelajaran tersebut.[31] Teori belajar fungsionalistik dominanThorndike juga membuat teori belajar fungsionalistik dominan. Teori ini digunakan untuk memberikan pemahaman mengenai karakter belajar anak.[32] Teori belajar fungsionalistik dominan yang dikemukakan oleh Thorndike menghasilkan hukum-hukum belajar yang meliputi hukum kesiapan, hukum akibat, dan hukum latihan. Hukum-hukum ditetapkan oleh Thorndike setelah melalui percobaan.[33] Teori elemen identikTeori elemen identik dikemukakan oleh Thorndike untuk menjelaskan mengenai transfer belajar. Ia mengemukakan bahwa transfer belajar dari suatu bidang studi ke bidang studi yang lain hanya dapat terjadi pada dua bidang ilmu yang memiliki kesamaan unsur. Peluang terjadinya transfer belajar semakin meningkat jika kesamaan unsur yang dimiliki kedua bidang ilmu tersebut bertambah banyak. Contohnya adalah bidang aljabar dan bidang ilmu ukur. Ketika pertama kali mengemukakan teorinya, Thorndike mengartikan identik sebagai unsur yang sungguh-sungguh sama. Namun kemudian ia mengubah pengertian identik menjadi kesamaan atau kesejenisan unsur. Tujuannya agar penerimaan atas teorinya menjadi lebih mudah. Teori elemen identik menyatakan bahwa hakikat transfer belajar adalah pengalihan dari penguasaan suatu unsur tertentu pada bidang studi yang lain. Transfer belajar akan bernilai positif jika kesamaan unsur di dalam kedua bidang ilmu bertambah banyak.[34] Hukum-hukum belajarThorndike mengemukakan tiga hukum belajar, yaitu hukum kesiapan, hukum akibat, dan hukum latihan.[35] Hukum-hukum belajar ini dihasilkan olehnya dari percobaan menggunakan kucing.[36] Ketiga hukum ini berlaku dalam proses asosiasi antara rangsangan dan tanggapan.[37] Hukum kesiapan menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kesiapan individu dalam menerima perubahan perilaku maka tingkat kepuasan dari dirinya semakin tinggi. Pada hukum ini, kondisi asosiasi cenderung diperkuat oleh kesiapan.[38] Karenanya, proses belajar menjadi lebih efektif ketika ada kesiapan dari individu yang akan belajar. Kesiapan ini dapat bersifat kesiapan fisik maupun kesiapan psikis.[39] Hukum akibat menyatakan bahwa penguatan ikatan antara rangsangan dan tanggapan hasil yang memuaskan akan dicapai jika sebuah tanggapan menghasilkan kepuasan.[40] Sedangkan hukum latihan menyatakan bahwa tingkat keeratan hubungan antara rangsangan dan tanggapan akan mengalami peningkatan jika sering dilatih. Sebaliknya, tingkat keeratan hubungan antara rangsangan dan tanggapan akan mengalami penurunan jika jarang atau tidak dilatih.[41] Hukum latihan ini menyatakan bahwa kestabilan yang tinggi atas suatu keterampilan tidak dapat dicapai tanpa banyak pengulangan.[42] Hukum akibat dan hukum latihan pertama kali dikemukakan oleh Thorndike di dalam disertasi doktornya. Disertasi ini diterbitkan pada tahun 1911 dengan tema kecerdasan hewan.[8] Kedua hukum ini kemudian direvisi olehnya pada tahun 1932. Thorndike menetapkan bahwa hukum latihan tidak sepenuhnya berlaku dalam semua kasus. Sedangkan hukum akibat diubah menjadi pernyataan bahwa asosiasi secara substansi diperkuat oleh penghargaan untuk perilaku yang sesuai. Selain itu, ia menyatakan bahwa asosiasi antara rangsangan dan tanggapan yang salah hanya sedikit melemah akibat hukuman untuk tanggapan yang tidak tepat.[8] Manajemen pendidikanPemikiran Thorndike mengenai manajemen pendidikan menjadi salah satu pemikiran yang berkembang dari manajemen industri. Ia menerapkan gerakan sains untuk ilmu pengetahuan. Gerakan ini digunakannya dalam kuantifikasi terhadap setiap perilaku peserta didik.[43] Karya tulis ilmiahThorndike mulai menulis karya tulis ilmiah sejak masa mudanya hingga menjelang kematiannya pada usia mendekati 75 tahun. Jumlah karya tulis yang dipublikasikannya lebih dari 500 judul. Sebanyak 50 judul di antaranya dipublikasikan sebagai buku. Ciri khas dari tulisan-tulisannya adalah penggunaan langsung dari data-data yang terbaru. Tulisan-tulisan Thorndike juga tidak membahas mengenai topik yang tidak memiliki fakta-fakta yang nyata.[6] An Experimental Study of the Associative Process in AnimalsAn Experimental Study of the Associatve Process in Animals merupakan disertasi yang diterbitkan oleh Thorndike pada tahun 1898. Disertasi ini merupakan pelopor bagi percobaan di laboratorium dengan hewan sebagai subjeknya. Thorndike juga mengemukakan teori belajarnya dalam disertasi ini.[44] Disertasinya ini membahas mengenai percobaan Thorndike terhadap hewan untuk mengetahui tentang belajar. Hewan yang dijadikan sebagai subjek percobaannya adalah kucing dengan peralatan berupa kotak teka-teki.[45] Selain kucing, Thorndike juga menggunakan hewan lain sebagai subjek percobaan, yaitu anak ayam, anjing, dan kera.[46] Buku-buku tentang psikologi pendidikanPada awal kariernya sebagai dosen, Thorndike menulis beberapa buku yang menjelaskan mengenai penerapan awal dari psikologi untuk tujuan pengajaran di kelas. Buku paling awal yang ditulisnya tentang psikologi pendidikan adalah The Principles of Teaching Based on Psychology. Buku ini diterbitkan pada tahun 1906. Kemudian, buku berjudul Education: A First Book. Buku ini diterbitkan pada tahun 1912. Terakhir, buku berjudul Educational Psychology. Buku ini terdiri dari 3 volume yang diterbtikan secara bertahap pada tahun 1913 hingga tahun 1914. Edisi kedua dari buku ini diterbitkan pada tahun 1921. Buku-buku ini digunakan dalam pengajaran aritmatika, aljabar, membaca, menulis, dan bahasa. Konten dari buku-buku tersebut juga mengungkap kekurangan dan ketidaksetaraan dalam sistem pendidikan di Amerika Serikat pada masa itu.[8] Pengaruh pemikiranBehaviorismeThorndike menjadi salah satu pendukung awal dari teori pemerolehan bahasa yang dikemukakan pada tahun 1913 oleh John Broadus Watson. Teori tersebut merupakan gagasan awal dari behaviorisme.[47] Thorndike kemudian menjadi salah satu tokoh pengembang behaviorisme.[48] Ia merupakan perintis dari hubungan asosiasi yang memakai rangsangan. Konsep ini kemudian digunakan dalam behaviorisme dalam membahas proses belajar. Proses belajar dalam behaviorisme telah menghubungkan antara rangsangan dan tanggapan.[49] Hukum akibat merupakan salah satu bentuk tanggapan terhadap rangsangan yang menjadi fokus dalam behaviorisme.[50] Pemikiran Thorndike mengenai konsepsi kecerdasan sosial juga menjadi salah satu gerakan reformasi pendidikan di awal abad ke-20. Ia mengemukakan konsepsi ini pada tahun 1920.[51] Rujukan
|