Nissin Foods
Nissin Foods adalah sebuah perusahaan Jepang yang utamanya bergerak dalam produksi mi instan dan produk pangan lainnya. Berkantor pusat di Yodogawa-ku, Osaka,[2][3] Nissin Foods merupakan perusahaan pencipta mi instan dan salah satu produsen terbesarnya. Produknya yang dikenal seperti mi bermerek UFO, Demae Iccho, dan Cup Noodles. Nissin Foods telah mendirikan kantor dan pabrik di berbagai negara, seperti Brasil (sejak 1981),[4] Hong Kong (sejak 1985),[5] India (sejak 1992),[6] Jerman (sejak 1993),[7] Thailand (sejak 1994),[8] Tiongkok (sejak 1995),[9] dan Meksiko (sejak 2000).[10] Produk mereka juga dijual di Filipina, Taiwan, Singapura, Kanada, Swedia, Malaysia, Indonesia, dan Australia. PerkembanganSeorang pria Hokkien asal Taiwan yang menetap di Jepang, Momofuku Ando (Go Pek Hok) mendirikan perusahaan ini pada 1 September 1948 dengan nama awal Chuko Sosha (中交総社 , Chuukou-sousha).[11][12] Usaha kecilnya mulanya bergerak di bidang produksi dan perdagangan garam. Perusahaan Ando dikenal luas setelah pada tahun 1958 memperkenalkan mi instan pertama di dunia bernama Chikin Ramen, yang disusul mi cangkir bermerek Cup Noodles di tahun 1971. Pasca-perkenalan produk inovasinya tersebut, nama perusahaan ini diganti menjadi Nissin Food Products Co. Ltd. (日清食品株式会社 , Nisshin Shokuhin Kabushiki-gaisha). Nama "Nissin" merupakan singkatan dari ungkapan yang dituturkan Ando, yaitu 日々清らかに豊かな味をつくる」 (Hibi kiyoraka ni yutakana aji o tsukuru), yang dapat diterjemahkan sebagai "menciptakan rasa yang hebat setiap harinya".[13] Salah satu ekspansi terawal yang dilakukan Nissin adalah ke Amerika Serikat, yang dilakukan lewat pendirian anak usaha di tahun 1970 dan diluncurkannya produk Top Ramen pada 1972.[14][15] Pada tahun 1977 Nissin Foods mulai menempati kantor pusatnya yang ditempati saat ini.[16] Belakangan Nissin juga mendirikan pabrik di sejumlah negara seperti Brasil, Hong Kong, India, Tiongkok, Filipina, dan negara lainnya baik secara langsung atau dalam bentuk joint venture. Nissin juga melakukan akuisisi pada sejumlah perusahaan makanan dan minuman seperti Yoke Co. Ltd. (1990), Cisco Co. Ltd. (1991), dan Myojo Foods Co. Ltd. (2007).[17][18] Momofuku Ando meninggal pada 5 Januari 2007 dalam usia 96 tahun. Kepemimpinan Nissin kini diteruskan keturunannya. Sejak 1 Oktober 2008 Nissin Foods mengubah struktur operasionalnya dengan membentuk perusahaan induk bernama Nissin Foods Holdings.[18] Nissin Foods di IndonesiaSejak tahun 1992, Nissin Foods sudah memiliki pabrik mi instan di Indonesia di bawah PT Nissin Foods Indonesia. Adapun pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Jababeka, Bekasi, Jawa Barat.[19] Produk yang diproduksinya meliputi mi instan dengan merek-merek berikut:[20]
Selain untuk pasar lokal, PT Nissin Foods Indonesia juga memproduksi mi instan untuk pasar ekspor, seperti merek Myojo.[25] PT Nissin Foods Indonesia mulanya didirikan dengan nama PT Nissinmas pada 28 Februari 1992[19] sebagai joint venture antara Nissin Foods, Jepang dengan Grup Rodamas dari Indonesia dengan persentase kepemilikan 51%-49%.[22] Pada saat didirikan perusahaan ini memakan investasi US$ 26,5 juta yang pabriknya berkapasitas produksi 213 juta bungkus (atau 16.000 ton mi) dimana 30% hasil produksinya ditargetkan untuk pasar ekspor.[26] Mulai berproduksi sejak April 1993,[27] produk pertama yang diluncurkan adalah Mi Doraemon, Mi Sasa (diambil dari penyedap "Sasa" yang dimiliki Rodamas) dan mi cangkir Cup Noodles yang menawarkan kelebihan tidak perlu mencampur mi dengan bumbunya.[28][22] Nyatanya kerjasama Rodamas dan Nissin Foods kurang berhasil sehingga pada Juli 1996 seluruh saham Rodamas dijual ke penguasa bisnis mi instan di Indonesia, Indofood Sukses Makmur. Komposisi kepemilikan saham menjadi Indofood SM 49%, Nissin Foods 49% dan Nissho Iwai (kini Sojitz) 2%. Pelepasan saham Rodamas tersebut dikarenakan sulitnya produk Nissin berkompetisi di pasaran akibat tidak menguasai bahan baku tepung terigu.[22] Di bawah kepemilikan baru Nissinmas tetap berekspansi dengan menambah kapasitas produksinya menjadi 31.000 ton.[29] Bagi Nissin, Indonesia dianggap salah satu pasar terpenting bagi strategi bisnisnya di kawasan Asia.[18][30] Kepemilikan Indofood akhirnya dilepas pada 20 Agustus 2014 ke Nissin Foods dalam transaksi bernilai US$ 5,4 juta.[31] Transaksi yang dituntaskan pada 1 Desember 2014 ini[32] disebabkan kinerja perusahaan yang merugi dan ketidaksepakatan kedua belah pihak mengenai pengelolaan PT Nissinmas kedepannya.[33] Setelah akuisisi saham itu, PT Nissinmas mengganti namanya menjadi PT Nissin Foods Indonesia pada Desember 2014 sampai sekarang. Sejak dikuasai sepenuhnya oleh Nissin Foods, unit usahanya di Indonesia nampak memfokuskan produknya pada mi instan bergaya Jepang, seperti lewat peluncuran produk Gekikara Ramen dan Mikuya (Nissin Ramen).[19] Selain mi produksi lokal, sejumlah varian mi instan Nissin dari luar negeri juga tersedia secara terbatas sebagai produk impor. Usaha lainnyaSelain PT Nissin Foods Indonesia (d/h Nissinmas), perusahaan terafiliasi Nissin Foods lainnya yang pernah didirikan di Indonesia adalah PT Myojo Prima Lestari. Perusahaan ini didirikan pada 15 Desember 1994, juga sebagai joint venture antara Indofood SM (via PT Prima Intipangan Sejati) sebesar 60% dan Myojo Foods Co. Ltd. sebesar 40%.[34] Pabriknya berlokasi di Sukadanau, Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat.[35] Saat didirikan perusahaan ini menargetkan produksi mi instan sebanyak 100.000 bungkus/hari dan 3,6 miliar bungkus/tahun dengan total investasi mencapai US$ 2,55 juta.[36][37] Produknya diluncurkan pada September 1994 dengan merek Myojo yang dipasarkan dalam lima rasa (goreng dan kuah). Myojo menawarkan mi instan yang diproduksi dengan teknik air dried sehingga lebih segar, nikmat dan menyehatkan.[22][38] Merek mi lainnya yang sempat diproduksi PT Myojo Prima Lestari adalah Mi Ummah yang menargetkan pasar masyarakat Muslim.[39][40][41] Sayangnya mi instan Myojo versi lokal ini tidak bertahan lama di pasaran karena kalah saing. Pada tahun 2003 PT Myojo Prima Lestari berganti nama menjadi PT Mekar Prima Lestari, dimana saham Myojo Foods sudah menghilang dan kapasitas produksinya hanya mencapai 4.200 ton mi/tahun.[35] Sejak Juli 2003 perusahaan ini tidak lagi beroperasi,[42] dan lima tahun kemudian, PT Mekar Prima Lestari dilikuidasi.[43] Kini produk Myojo masih dipasarkan secara terbatas di Indonesia sebagai mi instan impor. Selain PT Nissinmas dan PT Myojo Prima Lestari, cerita tentang relasi Nissin dan Indofood lainnya terjadi di tahun 1999. Pada saat itu, Indofood (dan bisnis Grup Salim lainnya) sedang berada dalam kondisi yang payah akibat krisis moneter. Untuk menyelamatkan bisnisnya, Anthoni Salim dan orang kepercayaannya, Manuel V. Pangilinan memutuskan untuk menjual sebagian saham Indofood kepada Nissin Foods. Rencana saat itu adalah 60% saham Indofood Sukses Makmur akan dijual kepada First Pacific (lengan bisnis Salim di Hong Kong) dan Nissin Foods dalam wadah sebuah perusahaan patungan yang berbasis di Belanda senilai US$ 950 juta.[44][30] Pada RUPSLB Indofood SM di tanggal 25 Januari 1999, rencana tersebut awalnya berjalan mulus, dengan beberapa orang Nissin sudah ditempatkan di jajaran manajemen Indofood.[45] Namun, rencana tersebut resmi dibatalkan pada 28 April 1999[46] akibat penolakan kreditor maupun pemegang saham minoritas Indofood serta pemerintah RI mengenai status hutangnya.[44][47] Meskipun demikian, pembatalan rencana akuisisi tersebut tidak membatalkan kerjasama antara kedua perusahaan yang sudah dibangun seperti dalam PT Nissinmas.[48] Referensi
Pranala luar |