Share to:

 

Pertempuran Jembatan Besi

Pertempuran Jembatan Besi
Bagian dari Peperangan Romawi Timur-Arab dan
Pertempuran Khalid bin Walid
TanggalOktober 637 M
LokasiAntiokhia, Suriah (provinsi Romawi)
Hasil

Kemenangan Kekhalifahan Rasyidin

Pihak terlibat
Kekhalifahan Rasyidin Kekaisaran Romawi Timur,
Bangsa Arab Kristen
Tokoh dan pemimpin
Khalid bin Walid
Abu Ubaidah bin al-Jarrah
Heraklius
Kekuatan
17,000[1] 20,000-30,000[1]
Korban
Sedikit 10,000+[1]

Pertempuran Jembatan Besi (Pertempuran Jisril Hadid) terjadi antara Tentara Rasyidin Muslim dan Tentara Bizantium pada 637 M. Nama pertempuran merujuk pada jembatan batu dengan sembilanlengkungan membentang di atas Sungai Orontes yang memiliki gerbang berhiaskan besi.[2] Pertempuran ini adalah yang terakhir antara Bizantium dan Kekhalifahan Rasyidin di provinsi Suriah. Akhir dari pertempuran ini menandai penguasaan Rasyidin atas provinsi Suriah dengan jatuhnya ibu kota.

Latar belakang

Tentara Rasyidin telah mencapai kemenangan yang menentukan di Pertempuran Yarmuk. Setelah kemenangan ini, mereka berhasil mendapatkan kontrol atas Suriah. Yerusalem ditaklukkan tak lama setelah itu. Pasukan rasyidin kemudian berbaris ke utara, menaklukkan bagian-bagian lain dari Suriah. Mereka merambah ke Suriah utara dekat perbatasan dengan Anatolia berniat untuk menaklukan Antiokhia, dan untuk mengamankan wilayah yang ditaklukkan dari kemungkinan ancaman dari utara. Setelah Penaklukan Aleppo, Abu Ubaidah bin al-Jarrah mengirim pasukan di bawah Malik al-Husein untuk menaklukan Azaz di Suriah Utara, timur dari Pegunungan Taurus. Penaklukan Azaz sangat penting untuk memastikan bahwa tidak ada pasukan Bizantium dalam jumlah besar di utara Aleppo, yang dikhawatikan bisa menyerang dari sisi sayap dan belakang tentara Rasyidin selama pertempuran terhadap Antiokhia. Segera setelah Malik kembali bergabung dengan tentara Rasyidin, Abu Ubaidah berjalan ke arah barat untuk menaklukan Antiokhia, dengan Khalid bin Walid memimpin terlebih dahulu dengan Pengawal Berkuda. Tentara berbaris langsung ke arah barat dari Aleppo melalui Harim dan mendekati Antiokhia dari timur.[3]

Pertempuran

20 km (12 mi) dari kota, dekat Mahruba modern, jembatan besi yang membentang di Sungai Orontes. Di Jembatan inilah pertempuran itu terjadi antara tentara Rasyidin dan pasukan Bizantium. Khalid bin Walid memainkan peran penting dengan pasukan berkudanya, seperti yang telah dia lakukan selama Pertempuran Yarmuk. Para pasukan Bizantium mengalami kerugian dan dapat dikalahkan. Korban Bizantium dalam pertempuran ini yang tertinggi dalam penaklukan Muslim di Suriah, dengan pengecualian dari pertempuran Ajnadayn dan Yarmuk.[4] Sisa-sisa pasukan Bizantium yang kalah melarikan diri ke Antiokhia. Tentara Rasyidin kemudian pindah dan mengepung ke Antiokhia. Kota ini menyerah pada 30 Oktober 637. Menurut perjanjian damai, tentara Bizantium diizinkan untuk pergi dalam damai.

Akibat

Setelah penyerahan Antiokhia, Tentara Rasyidin bergerak ke selatan di sepanjang pantai Mediterania dan menaklukan Latakia, Jableh dan Tartus (Suriah), hingga menguasai sebagian besar dari sisi utara-barat Suriah. Pasukan lainnya dikirim untuk menaklukkan sisa perlawanan di Suriah utara. Khalid bin Walid dikirim dengan kavaleri ke arah timur, sampai ke Efrat di sekitar Manbij, tetapi menemukan sedikit oposisi. Pertempuran berakhir pada awal Januari 638. Setelah kekalahan orang-orang Kristen Arab Bizantium dari Al Jazira, yang menyerah karena pengepungan Emessa Maret 638, Abu Ubaidah mengirim pasukan lebih di bawah Khalid bin Walid dan Iyad bin Ghanm untuk menundukkan Jazira dekat perbatasan Suriah dan Anatolia. Pasukan ini pergi ke utara hingga dataran Ararat dan barat menuju Pegunungan Taurus. Pegunungan Taurus di Turki dengan demikian menandai barat perbatasan Rasyidin di Anatolia.[5]

Referensi

  1. ^ a b c Akram, A.I. (1970). The Sword of Allah: Khalid bin al-Waleed, His Life and Campaigns, chapter 36. Nat. Publishing. House, Rawalpindi. ISBN 0-7101-0104-X. 
  2. ^ http://www.byzantium.xronikon.com/battle.php?byzbat=b7_18
  3. ^ al-Tabari, Muhammad bin Jarir.
  4. ^ al-Tabari, Muhammad Bin Jarir.
  5. ^ Akram, A.I. (1970). The Sword of Allah: Khalid bin al-Waleed, His Life and Campaigns. Nat. Publishing. House, Rawalpindi. ISBN 0-7101-0104-X. 
Kembali kehalaman sebelumnya