Sawang sinawangSawang sinawang (bahasa Indonesia: memandang dipandang/saling memandang) adalah sebuah ungkapan bahasa Jawa tentang perilaku membanding-bandingkan kehidupan diri sendiri dengan orang lain. Pepatah ini mengandung ajaran untuk tidak membanding-bandingkan kehidupan seseorang dengan orang lain, karena apa yang dipandang belum tentu seindah atau semudah yang tampak.[1] Pepatah ini juga mengajak orang untuk tidak iri dengan kesuksesan orang lain,[2] selalu bersyukur dan menerima.[3] Pendapat lain mengungkapkan bahwa sawang sinawang adalah kesempatan untuk saling bercermin, berempati atau mengandaikan apabila dirinya berada di posisi orang yang sedang diperbandingkan.[4] Sawang sinawang juga dapat digunakan sebagai wahana belajar.[5] Sawang sinawang, dalam keilmuan psikologi, dianggap sepadan atau berhubungan dengan konsep persepsi sebagaimana kita mengenal orang-orang hanya dari yang terlihat atau terdengar mengenai orang tersebut, lantas menduga dan menyimpulkan orang tersebut dari sana.[6] Dalam era digital, media sosial disebut menjadi ajang sawang sinawang, tempat orang membanding-bandingkan diri mereka dengan orang lain, padahal yang terlihat di layar ponsel belum tentu seindah dan senyata yang sebenarnya di dunia nyata.[1] PeribahasaSawang sinawang diambil dari kalimat peribahasa Jawa urip iku mung sawang sinawang "hidup itu hanya memandang dipandang" atau versi selengkapnya urip iku mung sawang sinawang, mula aja mung nyawang sing kesawang "hidup itu hanya tentang memandang dan dipandang, jadi jangan hanya memandang dari apa yang terlihat." Peribahasa ini bisa disejajarkan/berhubungan dengan peribahasa Indonesia rumput tetangga lebih hijau yang bermakna melihat kehidupan orang lain lebih baik.[7] ContohBeberapa contoh kasus sawang sinawang sebagai berikut:[8]
Catatan kaki
|