Share to:

 

Tari Bangun

Tari Bangun adalah sebuah tarian pemujaan roh untuk mengobatiorang sakit. dilakukan oleh seorang wanita yang disebut si Bangun, terdapat di daerah Tidung, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.[1]

Menurut kepercayaan, sewaktu menari roh penari keluar dari tubuhnya dan digantikan oleh roh-roh jin sahabat penari tersebut yang di datangkan oleh si Bangung dengan cara membakar kemenyan atau kuyu garu. Penari Bangun menari dalam keadaan tidak sadar.

Selesai upacara pengobatan yang biasanya yang biasanya dilakukan selama 3-7 hari, diadakan selamatan sesuai dengan keinginan roh yang datang membantu mengobati tadi, misalnya membuang sesajen yang terdiri dari pulut (ketan) kuning, merah, putih, ayam panggang, telur, rokok, daun sirih, beras kuning dan lain sebagainya.

Jika sesajen ini hendak diberikan kepada suatu pohon, maka harus dibuatkan kelengkang (belahan bambu yang dianyam dan diberi tali gantung untuk sesajen).

Sebagai contoh untuk menyembuhkan malaria, upacara dilakukan dengan memberi makanan kepada hantu tanah. Untuk mengobati infeksi, dilakukan dengan memberikan makanan kepada hantu tanah, dan seterusnya.

Dalam menari si Bangun memegangi kipas di tangan kanan dan kain selendang di tangan kiri. Tarian dimulai dua kali melangkah maju dan berhenti, kemudian merendahkan badan agak dondong ke belakang. Saat kipas digerakan kaki kanan di depan, badan agak tegak, duduk diatas tumit kaki kiri.

Selanjutnya penari membaringkan tubuhnyadan ditutup dengan kain kuning. Sebagai tanda telah kemasukan roh, tubuh penari yang terbaring kelihatan bergerak seperti terkejut, dan mulailah ia berdiri dan menari dalam keadaan tak sadar.

Tari Bangun diiringi musik kelentangan, tumpung (Sejenis suling bambu berlubang tujuh: lima buah dii atas, satu di bawah dan satu lagi di ujung,) gong dan rebana besar. Sebagai selingan kadang-kadang dilakukan nyumbu, yaitu melagukan nyanyian-nyanyian untuk membujuk agar roh yang telah masuk ke tubuh si Bangun bersedia mengobati si sakit.

Penari Bangun bersarung kain dengan berbagai macam warna: kuning, hijau, hitam atau putih, dikenakan dari bawah ketiak sampai menutup unung kaki, sedang di pinggang diikatkan selendang berwarna kuning.

Dalam mengobati, penari memegangi daun linjuang semacam daun bunga kana, mayang kelapa atau mayang pinang sebagai pengganti kipas.

Tari Bangun memiliki setidaknya tiga bantuk yaitu: Ngala Bedua’ (dimaksud untuk mengambil semangat si sakit), Betujul (memberi makan sesuatu yang gaib) dan yang terakhir Persembahan.[2]

Referensi

  1. ^ Ensiklopedi Tari Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1981. hlm. 64–65. 
  2. ^ Manoto, Choirunissa (28 Oktober 2017). "Tari Bangun". Diakses tanggal 30 Januari 2018. 
Kembali kehalaman sebelumnya