Temasek Holdings
Temasek Holdings (Private) Limited, atau hanya Temasek, adalah sebuah badan usaha milik negara Singapura. Didirikan pada tanggal 25 Juni 1974, Temasek memiliki dan mengelola portofolio bersih sebesar S$405 milyar hingga tahun 2021, dengan S$39 milyar didivestasi dan S$49 milyar diinvestasikan selama tahun 2021.[1][4] Total shareholder return (TSR) tahunan dari perusahaan ini mencapai 5,8%, sementara TSR 10 tahunan dan 20 tahunan dari perusahaan ini masing-masing mencapai 7% dan 8%. Sedangkan TSR dari perusahaan ini sejak didirikan mencapai 14%.[5] Hingga tahun 2021, aset kelolaan perusahaan ini mencapai US$484,4 milyar (S$630 milyar).[6] Berkantor pusat di Jalan Orchard, perusahaan ini memiliki 13 kantor di 9 negara, yakni di Beijing, Hanoi, Mumbai, Shanghai, Shenzhen, London, Brussels, New York, San Francisco, Washington DC, Mexico City, dan São Paulo.[7] Perusahaan ini adalah investor dan pemegang saham aktif, dengan empat tren struktural utama memandu pembangunan portofolio jangka panjangnya, yakni digitisasi, kehidupan berkelanjutan, konsumsi masa depan, dan umur yang lebih panjang.[8] Portofolio Temasek mencakup berbagai sektor. Area investasi utama dari perusahaan ini meliputi konsumen, media & teknologi, ilmu hayati & agri-food, dan jasa keuangan non-bank.[9] Peringkat kredit Temasek adalah “Aaa/AAA” dari Moody's[10] dan Standard & Poor's[11] sejak tahun 2004. Perusahaan ini juga mempertahankan skor kuartalan sempurna[12] pada Indeks Transparansi Linaburg-Maduell, sebuah indeks yang mengukur keterbukaan dari perusahaan-perusahaan investasi milik negara. Temasek terutama berbisnis di Asia, tetapi dengan portofolio global, dengan 60% eksposur tersekuritisasi ke negara maju.[13] Walaupun sering dianggap sebagai sebuah sovereign wealth fund (SWF), Temasek bukanlah SWF karena terutama berinvestasi dalam bentuk ekuitas, pemilik langsung dari sejumlah aset dan perusahaan, serta membayar pajak seperti perusahaan investasi komersial lain.[14] Selain Temasek, pemerintah Singapura juga memiliki GIC Private Limited, sebuah SWF tradisional yang mengelola aset sekitar US$881 milyar (S$1 triliun) hingga tahun 2022.[15] StatusTemasek adalah sebuah perusahaan yang didaftarkan sebagai sebuah badan hukum di Singapura, dan beroperasi sesuai Undang-Undang Perusahaan Singapura. Perusahaan ini bukanlah sebuah lembaga pemerintah atau dewan statutori. Seperti perusahaan komersial lain, Temasek membayar pajak di tiap negara di mana mereka beroperasi, membagikan deviden ke pemegang sahamnya, serta memiliki dewan direksi dan tim manajemen profesional. Pemegang saham perusahaan ini hanya Kementerian Keuangan Singapura. Temasek ditetapkan sebagai sebuah entitas Fifth Schedule[16] di bawah Konstitusi Singapura, sehingga Temasek diberikan perlindungan tertentu untuk melindungi cadangan pemerintah. Contohnya, persetujuan Presiden Singapura diperlukan untuk tiap transaksi yang kemungkinan menghasilkan penurunan cadangan kas Temasek.[17] Presiden juga memiliki hak untuk menunjuk, memberhentikan, atau memperbarui anggota dewan direksi Temasek. Namun, di luar hal tersebut, Temasek beroperasi sebagai sebuah perusahaan investasi komersial independen.[18] Pada sebuah pidato pada tahun 2009,[19] Ho Ching, Direktur Eksekutif dan CEO Temasek Holdings, mengatakan bahwa Temasek telah berupaya untuk menanamkan disiplin dan profesionalisme, serta untuk diuji dan diukur dengan menyediakan penanda kinerja secara publik. Ia mencatat bahwa selisih obligasi dan peringkat kredit Temasek telah dipantau secara rutin[20] dan independen[21] sebagai penanda posisi keuangan dan resiko kredit Temasek. Temasek juga memberitahukan informasi keuangannya secara terbuka[22] dan akurat[23] melalui laporan tahunan, walaupun sebagai sebuah perusahaan swasta, Temasek tidak diwajibkan untuk melakukan hal tersebut. SejarahSaat Singapura merdeka pada bulan Agustus 1965, pemerintah Singapura telah memiliki sejumlah perusahaan lokal, seperti Malaysia-Singapore Airlines (kemudian dipisah menjadi Malaysia Airlines dan Singapore Airlines) dan Singapore Telephone Board (kemudian menjadi Singapore Telecommunications). Sebagai bagian dari upaya untuk mendorong investasi swasta asing dan lokal di sektor seperti manufaktur dan pembuatan kapal, Economic Development Board (EDB) lalu juga membeli minoritas saham berbagai perusahaan lokal.[24] Selama sepuluh tahun pertama pasca merdeka, pemerintah Singapura juga mengakuisisi atau mendirikan sejumlah perusahaan, seperti Keppel Corporation (awalnya Keppel Shipyard, diambil alih dari Angkatan Laut Britania Raya setelah militer Britania Raya keluar dari Singapura), ST Engineering (awalnya sebuah produsen senjata yang didirikan untuk memasok ke Angkatan Bersenjata Singapura), dan perusahaan pengapalan Neptune Orient Lines.[butuh rujukan] Pada tanggal 25 Juni 1974, Temasek didaftarkan sebagai sebuah badan hukum sesuai Undang-Undang Perusahaan Singapura[1][25] untuk memegang dan mengelola aset yang sebelumnya dipegang langsung oleh pemerintah Singapura. Nama Temasek diambil dari nama permukiman awal di Singapura. Tujuan Temasek adalah memegang dan mengelola investasi tersebut secara komersial,[19] sehingga memungkinkan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perdagangan dan Perindustrian untuk fokus pada pembuatan kebijakan. Pada bulan Februari 2020, Temasek mengumumkan penundaan pembayaran gaji dan pengurangan gaji untuk manajemen seniornya sebagai bagian dari upaya untuk membantu mendanai program komunitas yang bertujuan untuk menanggulangi dampak COVID-19.[26] Pada tanggal 1 Oktober 2021, Dilhan Pillay Sandrasegara, CEO Temasek International (TI), resmi menggantikan Ho Ching sebagai Direktur Eksekutif dan CEO Temasek Holdings.[27] InvestasiPortofolio awal Temasek sebesar S$354 juta terdiri dari saham yang sebelumnya dipegang oleh pemerintah Singapura Government, termasuk sebuah taman burung, sebuah hotel, sebuah produsen sepatu, sebuah produsen deterjen, galangan kapal yang kemudian diubah menjadi bengkel kapal, sebuah maskapai penerbangan, serta sebuah pabrik besi dan baja.[28] Pada tahun 2006, akuisisi Temasek terhadap Shin Corporation, yang dimiliki oleh keluarga perdana menteri Thailand, Thaksin Shinawatra, cukup kontroversial, sedemikian hingga pendemo membakar patung Lee dan Ho di jalanan Bangkok.[29] Akuisisi tersebut juga memperparah krisis politik Thailand, yang lalu mengarah pada lengsernya Thaksin dan peninjauan terhadap legalitas dari akuisisi tersebut. Junta militer yang melengserkan Thaksin kemudian berupaya memaksa Temasek untuk mendivestasi mayoritas saham Shin Corporation, tetapi gagal.[30] Hingga tahun 2015, kepemilikan Temasek di Intouch Corporation (nama baru Shin Corporation) masih sebesar 42%.[31] Pada tahun 2016, Temasek menjual 21% saham Intouch Holdings.[32] Pada bulan Juni 2018, Temasek berinvestasi sebesar S$340 juta di UST Global, sebuah penyedia layanan teknologi digital.[33] Jumlah saham yang didapat dari investasi tersebut tidak dipublikasikan. Pada bulan Maret 2019, Temasek membeli 30% saham Haldor Topsoe, sebuah perusahaan rekayasa asal Denmark.[34] Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pembelian tersebut tidak dipublikasikan. Pada bulan Agustus 2020, Temasek Holdings membeli tambahan 3,9% saham BlackRock Inc, senilai sekitar US$3,5 milyar, sehingga Temasek menjadi salah satu pemegang saham terbesar di BlackRock.[35] Menurut orang yang familiar dengan pembelian tersebut, Temasek membeli saham BlackRock tersebut dari PNC Financial Services Group yang sebelumnya menjual saham BlackRock senilai US$14 milyar.[36] Pada bulan November 2020, Temasek bersama Creadev memimpin pendanaan seri C senilai EUR140 juta untuk InnovaFeed, sebuah perusahaan bioteknologi asal Prancis.[37][38] Pada bulan Februari 2022, Temasek memimpin pengumpulan dana senilai $200 juta untuk Amber Firm, sebuah perusahaan pembiayaan mata uang kripto asal Singapura.[39] Referensi
Pranala luar |