Anti-pondasionalisme (hubungan internasional)Anti-pondasionalisme dalam teori hubungan internasional mengacu pada keyakinan bahwa keyakinan tentang dunia ini tidak dapat diuji dengan prosedur yang netral atau objektif. Pendekatan-pendekatan anti-pondasionalis yang berbeda justru melontarkan kritik yang sama seperti pondasionalis. Mereka tidak menciptakan satu teori utuh yang baru. Perlu diketahui bahwa batasan antara pondasionalisme dan anti-pondasionalisme masih belum jelas. Tantangan anti-pondasionalis ditujukan pada konsensus epistemologis kaum positivis yang menghiasi renaisans modern. Para pakar dari berbagai aliran filsafat di bawah anti-pondasionalisme menyambut adanya potensi kebebasan setelah musnahnya proses empirisis-positivis dalam penciptaan ilmu perilaku yang kumulatif. Ada dua alasan sudut pandang anti-pondasionalis muncul dalam teori hubungan internasional. Alasan pertama didasarkan pada pengamatan kehidupan global modern secara empiris. Alasan kedua adalah pengaruh teoretis perkembangan terkini pada disiplin-disiplin lain seperti sosiologi dan filsafat, terutama filsafat aliran Eropa.[1] Tantangan anti-pondasionalis dalam teori hubungan internasional telah dilawan kembali oleh kaum tradisionalis. Tuntutan penelitian reflektif yang selaras ditolak oleh sejumlah ahli yang berpendapat bahwa penelitian semacam itu akan merusak semangat pluralisme teoretis a la Nietzsche.[2] Tokoh utamaLihat pulaReferensi
|