Burhan Shahidi
Burhan Shahidi (bahasa Uighur: بۇرھان شەھىدى, برهان شهيدي; Hanzi sederhana: 包尔汉·沙希迪; Hanzi tradisional: 包爾漢·沙希迪; Pinyin: Bāo'érhàn·Shāxīdí; bahasa Rusia: Бурхан Шахиди; bahasa Tatar: Borhan Şähidi; juga disebut Bao Erhan; 3 Oktober 1894 – 27 Agustus 1989) adalah seorang tokoh politik dari Xinjiang, Republik Rakyat Tiongkok yang berpengaruh selama abad ke-20. Kehidupan awalBurhan Shahidi lahir pada tanggal 3 Oktober 1894 di Kegubernuran Kazan, wilayah Kekaisaran Rusia, di keluarga yang nenek moyangnya telah melarikan diri dari Aksu, sebuah kota oasis di Xinjiang Selatan, setelah gagalnya pemberontakan petani selama dinasti Qing.[1] Keluarganya tergolong miskin, sehingga dia hanya menerima sedikit pendidikan formal. Kemudian pada tahun 1912, setelah dinasti Qing digulingkan, dia ikut dengan pedagang Tatar ke Dihua (sekarang bernama Ürümqi) di Xinjiang dan menjadi pekerja magang dan penjaga di sebuah toko.[2] Pada tahun 1914, dia dapat mengajukan dan menerima kewarganegaraan Tiongkok dari Republik Tiongkok karena alasan keturunan keluarganya.[1] Burhan fasih berbahasa Uighur, Mandarin, Rusia, serta Turki. Dia juga bisa sedikit bahasa Arab dan Burhan juga menjadi penerjemah untuk Yang Zengxin, ketua provinsi Xinjiang pada masa itu.[2] Pemimpin Jadid Ismail Gasprinski menginspirasi Burhan Shahidi.[3] Pada tahun 1929, pemimpin Xinjiang berikutnya, Jin Shuren, mengirim Burhan ke Republik Weimar untuk belajar ekonomi-politik di Berlin. Setelah menyelesaikan pendidikan, pada tahun 1933 dia kembali ke Xinjiang, kemudian dia memegang sejumlah peranan penting di pemerintahan provinsi termasuk menjadi manajer perusahaan pengembangan lahan.[4] Dia memainkan peran penting dalam Kongres Kebangsaan Xinjiang tahun 1934. Pada Kongres tersebut, etnonim Uighur diadopsi untuk menggambarkan komunitas mayoritas Muslim Turki di oasis Tarim Basin.[5] Kiprah di Republik TiongkokPada tahun 1937, gubernur Xinjiang berikutnya, Sheng Shicai, mengirimnya ke Uni Soviet menjadi pejabat konsuler di distrik perbatasan Kota Zaysan.[4] Tahun berikutnya, dia dipanggil kembali oleh Sheng, dan dicap sebagai "trotskyisme" yang kemudian dipenjarakan hingga tahun 1944.[1] Selama berada di penjara, Burhan menulis Kamus Uighur-Cina-Rusia dan menerjemahkan buku Sun Yat-sen Three People's Principles ke dalam bahasa Uighur. Dia dibebaskan oleh Wu Zhongxin, seorang pejabat Nasionalis Tiongkok yang menggantikan posisi Sheng Shicai. Dan pada tahun 1946, Burhan menjadi wakil-ketua pemerintahan provinsi koalisi yang dibentuk oleh Nasionalis Tiongkok dan kelompok revolusioner yang telah mendirikan Republik Turkestan Timur Kedua (Second East Turkestan Republic (ETR Kedua)) dalam "Tiga Distrik".[6] Dia dianggap sebagai tokoh politik yang moderat antara Nasionalis Tiongkok dan anggota koalisi ETR Kedua.[7] Tahun 1947, Burhan dipindahkan ke Nanjing dan menjadi pejabat di pemerintah pusat di bawah kepemimpinan Chiang Kai-shek.[1] Diakhir tahun 1947, dia menjadi pemimpin rombongan pertunjukan Xinjiang ke Taiwan dalam kegiatan tur ke Keelung, Taipei, Taichung, dan Kaoshiung.[1] Berselang beberapa saat setelah acara Tur, terjadi Insiden 28 Februari 1948, banyak penduduk pulau bermusuhan dengan penduduk Tiongkok daratan. Ketika itu, Burhan memberikan pidato dan menyerukan adanya persatuan nasional.[1] Masih di tahun 1948, dia kembali ke Xinjiang dan menjadi presiden di Akademi Xinjiang, pendahulu Universitas Xinjiang. Dia menyukai nasionalisme Tiongkok dan tidak setuju dengan posisi nasionalis Turki Muhammad Amin Bughra.[1] Pada bulan Januari 1949, dia menggantikan Masud Sabri sebagai ketua dari Pemerintah Provinsi Xinjiang (Xinjiang Provincial Government).[8] Sabri merupakan seorang anti-Soviet dan menentang dukungan Soviet Ehmetjan Qasim (Akhmedjan Kasimov), yang merupakan wakil ketua pemerintahan provinsi.[9] Dia membantu menstabilkan keuangan provinsi, yang sebelumnya mengalami inflasi di seluruh Nasionalis Tiongkok, dengan memulihkan mata uang lokal.[10] Sentimen anti Soviet didukung oleh Isa Yusuf Alptekin sementara sentimen Pro Soviet didukung oleh Burhan. Soviet marah dikarenakan sikap Isa.[11] Pada bulan September 1949, dia bernegosiasi dengan Deng Liqun, perwakilan Komunis Tiongkok yang dikirim oleh Mao Zedong ke provinsi tersebut selama beberapa hari untuk meredam Perang Saudara Tiongkok. Tanggal 26 September 1949, Burhan bergabung dengan jenderal Nasionalis Tao Zhiyue dalam mengumumkan penyerahan provinsi kepada Tentara Pembebasan Rakyat, membuka jalan bagi " pembebasan damai" Xinjiang.[1] Seminggu kemudian, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) didirikan di Beijing. Kiprah di Republik Rakyat TiongkokPada 17 Desember 1949, Pemerintah Rakyat Provinsi Xinjiang didirikan dan Burhan menjadi ketua,[1] sementara Saifuddin Azizi menjadi wakil ketua. Akhir tahun 1949, dia bergabung dengan Partai Komunis Tiongkok. Kemudian pada 1952, dia menjadi ketua komite persiapan pembentukan Daerah Otonomi Uighur Xinjiang (Xinjiang Uyghur Autonomous Region (XUAR)).[1] Tahun 1955, Azizi menjadi ketua pertama di XUAR, dan sejak itu, peranan Burhan di pemerintahan Xinjiang berkurang. Burhan menjadi salah satu pendiri dan ketua pertama dari Asosiasi Islam Tiongkok. Dia menjadi diplomat dalam penjangkauan RRT ke dunia Islam.[12] Bulan Februari 1956, dia menjadi pemimpin delegasi Tur budaya dan agama dari Mesir, Sudan, Ethiopia, Suriah dan Lebanon.[1] Melalui pekerjaan diplomatik tersebut, pada Mei 1956, negara Mesir di bawah pemerintahan presiden Gamal Abdel Nasser menjadi negara pertama di Timur Tengah yang mengakui kedaulatan Republik Rakyat Tiongkok dan membuka hubungan diplomatik dengan Republik Tiongkok di Taiwan.[13] Mesir juga menjadi negara pertama yang mengakui Beijing dalam enam tahun terakhir dan pengakuan tersebut mematahkan blokade diplomatik yang diberlakukan oleh Barat.[13] Pada bulan Juli 1956, Burhan menjadi pemimpin rombongan haji Tiongkok ke Arab Saudi, di mana ia bertemu dengan Raja Saud dan mengunjungi Raja Hussein dari Yordania, meskipun pada saat itu tidak ada negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan RRT.[13] Dia juga melakukan pertemuan dengan presiden Suriah, Nazim al-Kudsi dan Amir Muhammad al-Badr dari Yaman Utara.[14] Kedua negara tersebut mengakui RRT pada tahun 1956.[13] Burhan mengawasi partisipasi umat Muslim Tionghoa selama pelaksaan haji sampai masa Revolusi Budaya. Dia kemudian dituduh sebagai kolaborator dan orang asing, dan dipenjara selama delapan tahun.[13] Pasca penahanan itu, dia direhabilitasi dan setelahnya dia menjabat sebagai wakil ketua Komite Nasional kedua, ketiga, kelima, keenam dan ketujuh Konferensi Permusyawaratan Politik Rakyat Tiongkok. Memoarnya, "Fifty Years in Xinjiang" diterbitkan pada tahun 1984. Pada tahun 1985, Burhan mendukung untuk pengembalian rusa Père David yang terancam punah ke Tiongkok. Burhan membantu mendirikan dan menjadi ketua di China Milu Foundation, yang sekarang lebih dikenal dengan China Biodiversity Conservation and Green Development Foundation.[15][16] Dia meninggal pada tahun 1989 dan dimakamkan di kaki bukit Tian Shan di Xinjiang. CatatanWikimedia Commons memiliki media mengenai Burhan Shahidi.
Referensi
|