Deathcore
Deathcore merupakan genre metal ekstrim yang mencampurkan death metal dengan metalcore.[1][2][3][4][5] Deathcore banyak menggunakan riff gitar death metal, blast beat, dan breakdown yang diserap dari metalcore.[6][7] Genre ini sangat terkenal di Amerika Serikat bagian barat daya, terutama Arizona dan pedalaman California Selatan (sebagian besar Lembah Coachella), yang merupakan rumah bagi banyak grup musik terkenal dan berbagai festival.[8][9][10][11] Grup-grup musik Suffocation, Dying Fetus, Devourment, dan Internal Bleeding disebut-sebut sebagai pendahulu dari deathcore terkait penggunaan breakdown dan pengaruh dari heavy hardcore. Deathcore dimulai pada awal 2000-an dengan munculnya grup-grup musik seperti Despised Icon, Antagony, dan The Acacia Strain. Genre ini berkembang di pertengahan hingga akhir tahun 2000-an dengan munculnya band-band seperti Through the Eyes of the Dead, Bring Me the Horizon, Suicide Silence, Carnifex, Job for a Cowboy, Chelsea Grin, dan Whitechapel. Pada pertengahan hingga akhir 2000-an, deathcore menjadi salah satu genre paling populer dalam heavy metal dengan kesuksesan band-band seperti Bring Me the Horizon, Suicide Silence, Job for a Cowboy, Whitechapel dan Carnifex. Pada 2010-an, band-band deathcore yang menggabungkan deathcore dengan genre lain juga muncul. Band-band seperti Emmure dan Attila mencampur deathcore dengan nu metal, sedangkan Veil of Maya dan Born of Osiris mencampur deathcore dengan progressive metal atau djent. Deathcore menerima kritik dari penggemar musik heavy metal karena penggunaan breakdown. Beberapa musisi deathcore bahkan menolak label deathcore. KarakteristikGenre ini menggabungkan unsur death metal seperti blast beat, gitar yang disetem turun, tremolo picking, dan vokal menggeram (death growl) dengan karakteristik metalcore seperti breakdown.[butuh rujukan]Kekhasan genre ini adalah breakdown serta riff death metal/metalcore dimainkan dengan seteman ala death metal.[6][12] Seperti genre campuran metal, gitaris deathcore menurunkan seteman gitar untuk menghasilkan suara yang lebih berat. Banyak band deathcore menyertakan solo gitar pada lagu-lagunya.[13][14][15][16][17][18] Geraman dan jeritan adalah teknik vokal umum dalam deathcore.[6][19] Teknik vokal yang juga berkembang dalam deathcore adalah pig squeals.[20][21][22][23][24] Teknik bernyanyi biasa jarang dilakukan meski ada band yang pernah menggunakannya, dan sudah dicoba oleh beberapa band seperti All Shall Perish (dalam lagu "Awaken the Dreamers") dan Oceano (dalam lagu "Incisions").[25] SejarahPendahulu (1990-an)Kata deathcore mulanya merujuk pada gaya musik yang dimainkan oleh band hardcore punk New York N.Y.C. Mayhem untuk penggabungan mereka dari hardcore punk dan thrash metal.[26] Pada tahun 1996, Nick Terry dari majalah Terrorizer menulis: "Kita mungkin akan mempergunakan kata-kata deathcore untuk menggambarkan pengaruh atas Earth Crisis (serta band-band yang mengadopsi New York hardcore tetapi tampil ala-ala Merauder yang death metal)."[27] Embrace the Eternal (1998) oleh Embodyment Yesterday Is Time Killed (1999) by Eighteen Visions, and Rain in Endless Fall (1999) oleh Prayer for Cleansing adalah album metalcore yang dicampur dengan death metal.[28][29][30] pada tahun 2019 situs musik The New Fury bahkan mencatatkan penghargaan Embodyment sebagai "[pelopor] genre deathcore" karena penampilan mereka di Embrace the Eternal.[31][32] Majalah Decibel menulis bahwa band death metal Suffocation adalah salah satu inspirasi utama munculnya genre tersebut dengan menulis: "Salah satu merek dagang Suffocation, breakdown, telah melahirkan seluruh subgenre metal: deathcore."[33] Kancah H8000 di Belgia juga mempengaruhi perkembangan suara ini, dengan band-band seperti Arkangel, Reprisal, dan Sentence turut memelopori genre ini di akhir 1990-an dan awal 2000-an.[34] Saat menulis tentang pelopor deathcore Despised Icon, Dom Lawson dari Metal Hammer menulis: "mencampur death metal dengan hardcore bukanlah hal baru kala Despised Icon terbentuk." [35] Bassis Suffocation Derek Boyer mengatakan Suffocation "dipengaruhi oleh banyak band metal dan hardcore awal".[35] Band-band death metal seperti Dying Fetus, Devourment, dan Internal Bleeding sangat memberi pengaruh pada deathcore karena mereka menggunakan "groove yang bertempo menengah dan menghancurkan serta breakdown", menurut Lawson.[35] Asal usul (awal hingga pertengahan 2000-an)Antagony[36][37] dan Despised Icon dianggap sebagai pelopor deathcore,[38][39] tetapi keduanya menolak sebutan itu.[37][40] Pendiri dan vokalis Antagony Nick Vasallo dikreditkan sebagai "bapak deathcore" karena karyanya di band.[41] Terbentuknya Red Chord dianggap sebagai perintis awal genre ini karena persilangan antara suara metalcore dan death metal (di antara genre lainnya).[42][43] Band New Hampshire Deadwater Drowning dan grup California All Shall Perish juga dipandang sebagai entri awal yang terkenal dari genre ini. EP Deadwater Drowning 2003 dinyatakan sebagai "pada dasarnya cetak biru untuk setiap band deathcore saat ini yang keluar hari ini,"[44] sementara album debut All Shall Perish Hate, Malice, Revenge (2003) dikreditkan sebagai salah satu album deathcore murni pertama karena "tidak pernah terikat hingga [hanya] death metal atau metalcore."[45] Pada pertengahan 2000-an, deathcore mencapai puncak popularitasnya tak lama setelah Job for a Cowboy merilis EP berjudul Doom pada tahun 2005, yang dianggap sebagai salah satu rilisan paling signifikan dan berpengaruh untuk genre ini.[46] Genre ini mengalami peningkatan popularitas lebih jauh ketika band Inggris Bring Me the Horizon merilis debut deathcore full-length Count Your Blessings pada tahun 2006. Band ini mempersembahkan 2006 Kerrang! Award untuk "Pendatang Baru Inggris Terbaik" tak lama setelah rilis album,[47] namun band ini segera meninggalkan genre deathcore.[48] Ekspansi (akhir 2000-an dan awal 2010-an)Deathcore mencapai popularitasnya pada pertengahan 2000-an hingga awal 2010-an. Album Suicide Silence No Time to Bleed memuncaki posisi ke-32 pada Billboard 200, ke-12 pada Rock Albums Chart, dan ke-6 pada Hard Rock Albums Chart,[49] sementara album mereka The Black Crown memuncaki posisi ke-28 pada Billboard 200, ke-7 pada Rock Albums Chart, dan ke-3 pada Hard Rock Albums Chart. Album Whitechapel This Is Exile terjual 5.900 kopi, yang membuatnya masuk ke posisi ke-118 pada Billboard 200.[50] Album swajudulnya memuncak di posisi ke-85 Canadian Albums Chart[51] dan juga pada posisi ke-47 di Billboard 200.[52] Album ketiga mereka A New Era of Corruption terjual sekitar 10.600 kopi di Amerika Serikat pada minggu pertama pascarilisan dan memuncaki posisi ke-43 pada Billboard 200.[53] Band San Diego, Carnifex menyaksikan kesuksesan dengan album pertama mereka Dead in My Arms (2007), terjual 5.000 eksemplar dengan sedikit publisitas. Di atas tur non-stop mereka, penulisan lagu metodis band ini menghasilkan Carnifex dengan cepat masuk ke label Victory Records.[54] Band deathcore Australia Thy Art Is Murder memulai debutnya di nomor 35 di ARIA Charts dengan album mereka Hate (2012),[55] menjadikan mereka band metal ekstrim pertama yang pernah mencapai Top 40 di chart ini.[56] Grup deathcore Rusia Slaughter to Prevail dilaporkan mencapai lebih dari 3,5 juta streaming di layanan musik untuk lagu mereka "Hell" (2015); band ini juga menampilkan serangkaian pertunjukan yang terjual habis di Tiongkok, yang menjadikan grup tersebut sebagai satu-satunya band metal asing yang melakukan konser dengan tiket terjual habis di negara tersebut sepanjang tahun 2020.[57][58] Campuran dengan genre lainBanyak band deathcore bereksperimen dengan genre lain ke dalam musik mereka sebagai pengaruh seiring berjalannya waktu. Emmure telah banyak mencampurkan genre ini dengan nu metal[59] dan digambarkan sebagai "Limp Bizkit baru".[60] Album Suicide Silence tahun 2011 The Black Crown adalah album deathcore yang dipengaruhi nu metal.[61] Contoh lain dari band deathcore yang terpengaruh dari nu metal adalah album Here Com the the Kraken yang lebih baru. Pada awal 2010-an, mulai bermunculan band deathcore yang mencapur genre ini dengan djent dan progressive metal mencapai popularitas bawah tanah. Veil of Maya,[62][63] Born of Osiris,[64][65] dan After the Burial [66] adalah contoh band deathcore yang mencampur deathcore dengan djent atau progressive metal. Beberapa band, seperti Make Them Suffer dan Winds of Plague, mencampur deathcore dengan elemen simfonik/klasik.[67][68][69] Betraying the Martyrs terkenal karena "melembutkan kebrutalan deathcore dengan melodi yang dikembangkan dari metal simfonik dan progresif, menciptakan sandiwara yang terasa khas Eropa."[70] KritikanDeathcore bahkan dikritik dan dipandang rendahan, terutama oleh penggemar-penggemar heavy metal lawas. Yang paling disorot adalah karena pencampuran death metal dengan metalcore serta breakdown.[23][24][71][72] Banyak anggota grup musik deathcore tidak suka bandnya disebut "deathcore". Dalam sebuah wawancara dengan vokalis Vincent Bennett dari The Acacia Strain tentang label deathcore, dia berkata "Deathcore adalah nu-metal baru. [...] Sungguh menyebalkan. Jika ada yang menyebut kami 'deathcore' mungkin aku akan melakukan sesuatu yang sangat buruk pada mereka."[73] Sementara dalam sebuah wawancara dengan Justin Longshore dari Through the Eyes of the Dead tentang kata "deathcore", ia berkata, "Kau tahu ya, aku benci nian dengan istilah itu. Aku tahu kami telah disebut demikian tetapi aku pikir akan ada lebih banyak musik daripada campuran death metal dan hardcore (sic) meskipun kami memasukkan unsur-unsur itu dalam musik kami. Menurutku hal ini sesuatu yang baru dan segar yang diikuti bocah-bocah." [74] Pada bulan November 2013, Terrorizer menulis "Istilah 'deathcore' dianggap sebagai kata-kata kotor di lingkungan metal" saat mewawancarai vokalis Bryce Lucien dari band metal Seeker yang berpusat di Texas. Lucien kemudian menyatakan:[75]
Tetapi sebaliknya, ada juga band yang tidak keberatan dengan istilah deathcore. Scott Lewis dari band deathcore yang berbasis di San Diego, Carnifex memulai percakapan, "Kami bukan salah satu dari banyaknya band yang berusaha melarikan diri dari panji-panji deathcore. Saya paham bahwa banyak band mencoba dan bertindak seolah-olah mereka memiliki perihal besar semacam itu, tetapi jika Anda mendengarkan musik mereka, mereka sangat 'deathcore.' Saya mengerti bahwa banyak kebencian terhadap deathcore dan band-band yang masih bocah." [76] Selain itu, mantan gitaris Chelsea Grin Jake Harmond mengatakan dalam wawancaranya tahun 2012, "Semua orang suka membuka rahang mereka lalu menyuarakan pendapatnya sendiri betapa 'memalukannya' berada di sebuah band yang dapat diberi label 'deathcore,' tapi jujur kami tidak peduli." [77] Lihat pulaReferensi
|