Kecelakaan kereta api Sancaka 2018
Kecelakaan kereta api Sancaka 2018 adalah sebuah peristiwa tabrakan yang dialami kereta api Sancaka dengan Truk trailer yang terjadi pada hari Jumat, tanggal 6 April 2018, pada pukul 18.25 WIB di km 215+8 jalur kereta api Solo Balapan–Kertosono antara Stasiun Walikukun dan Stasiun Kedungbanteng di Sambirejo, Mantingan, Ngawi. Kecelakaan ini merupakan salah satu kecelakaan kereta api fatal yang menyebabkan lima unit sarana perkeretaapian milik PT KAI rusak parah pada lokomotif CC 201 83 49, tiga kereta penumpang eksekutif, dan satu kereta pembangkit. Masinis kereta api Sancaka dan seorang pekerja proyek jalur ganda Solo Balapan–Madiun menjadi korban dalam peristiwa ini. KronologiPada hari Kamis, 5 April 2018 pukul 14.00 WIB, empat mobil trailer dari PT. Tjakrindo Surabaya tiba di area proyek yang terletak di JPL 52 KM.215 + 798, Walikukun, Ngawi (selanjutnya disebut area proyek), dengan masing-masing trailer membawa muatan bantalan rel. Mobil-mobil ini selanjutnya disebut sebagai trailer I, II, III, dan IV. Setelah tiba, dilakukan pembongkaran muatan bantalan rel dari trailer I dan II secara berturut-turut, dan trailer yang telah dibongkar langsung meninggalkan area proyek.[1] Keesokan harinya, pada Jumat, 6 April 2018. Saat trailer lll melewati perlintasan KA. Roda trailer tersangkut di rel dan akhirnya tertabrak KA sekitar pukul 18.25 WIB. Akibatnya, Lokomotif terguling hingga berputar arah sampai 180°, Kereta Pembangkit terguling ke kanan, dan 2 Kereta Kelas Eksekutif anjlok. Akhir kejadian![]() Sopir truk trailer ditetapkan sebagai tersangka atas kasus kecelakaan ini pada 7 April 2018.[2] Kejadian ini juga menewaskan dua orang, yakni Mustofa selaku masinis dan seorang pekerja proyek jalur ganda Solo Balapan–Madiun.[3] Masinis Mustofa dimakamkan di kampung halamannya di Kabupaten Madiun dengan meninggalkan seorang istri dan anaknya yang masih balita.[4] Selain itu, kerusakan parah terjadi pada lokomotif CC 201 83 49 SDT yang menarik kereta api Sancaka saat itu. Lokomotif tersebut merupakan salah satu dari dua lokomotif CC201 yang memiliki bentuk hidung miring seperti CC 203 di Pulau Jawa.[5] Kerusakan juga terjadi pada kereta pembangkit P 0 64 05 SDT dan dua kereta eksekutif (K1 0 95 08 SDT, K1 0 99 06 SDT) ikut anjlok.[6] Pada bulan Mei 2023, dilakukan perucatan pada lokomotif CC 201 83 49 atau CC 201 130R karena kondisinya yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Penyebab terjadinya kecelakaanKecelakaan terjadi akibat kurangnya koordinasi antara PT. Dewi Sri Putra sebagai transporter dengan kontraktor lainnya, yaitu PT. Giri Bangun Sentosa dan PT. Tjakrindo, terkait penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) tertulis di area proyek. Hal ini terutama berkaitan dengan prosedur keluar-masuk kendaraan yang melintasi perlintasan sebidang di lokasi proyek. Fatalitas kecelakaan disebabkan oleh minimnya kesempatan bagi masinis untuk menghindari tabrakan, yang memiliki kemungkinan besar terjadi. Pada saat itu, lokomotif berada pada posisi ujung pendek, sementara kereta api melaju dengan kecepatan sekitar 85-90 km/jam dan posisi kereta sudah dekat dengan badan mobil trailer yang melintang di atas rel. Meskipun masinis telah berusaha maksimal untuk menghentikan laju kereta, tabrakan tidak dapat dihindari, yang akhirnya menyebabkan masinis KA Sancaka meninggal dunia.[1] Referensi
|