Maryam
Maryam (bahasa Arab: مريم, translit. Maryam, bahasa Ibrani: מרים, Maryam, bahasa Inggris: Mary), adalah tokoh dalam Al-Qur'an dan Alkitab. Tradisi Islam meyakini Maryam mengandung Isa secara mukjizat, yakni dalam keadaan perawan dan tanpa campur tangan laki-laki. Sosok ini dipandang sebagai tokoh yang sama dengan Maria (ibu Yesus Kristus) dalam Alkitab.[1][2][3] Maryam termasuk tokoh yang dihormati dalam tradisi Islam. Dia adalah satu-satunya perempuan yang namanya disebutkan dalam Al-Qur'an dan termasuk orang yang namanya dijadikan nama surah. Riwayat hadits menyebutkan bahwa Maryam termasuk salah satu dari empat perempuan terbaik sepanjang masa. Ayat
KisahNama Maryam disebutkan dalam Al-Qur'an (kitab suci Islam) sebanyak 34 kali,[a] menjadikannya sebagai satu-satunya perempuan yang namanya disebutkan dalam Al-Qur'an dan manusia yang namanya disebutkan terbanyak keempat. Dia juga satu-satunya perempuan yang namanya dijadikan nama surah dalam Al-Qur'an, yakni surah ke-19. Surah ke-3 dinamai Ali 'Imran (keluarga 'Imran) yang merupakan keluarga Maryam. Kisahnya disebutkan dalam Surah Ali 'Imran (3): 42-48 dan Maryam (19): 16-34. Dalam Alkitab (kitab suci Kristen), kisahnya disebutkan dalam Matius pasal 1-2, Lukas pasal 1-2, Yohanes pasal 2, dan Kisah Para Rasul pasal 1. Maryam lebih sering disebutkan dalam Al-Qur'an daripada dalam Alkitab.[4] KelahiranAl-Qur'an menyebutkan bahwa istri 'Imran bernazar anak yang dikandungnya akan menjadi abdi Allah. Dia melahirkan anak perempuan yang dinamai Maryam. Zakariyya kemudian menjadi wali dan pemelihara Maryam.[5] Para ulama memberikan keterangan tambahan terkait ayat tersebut. Disebutkan bahwa 'Imran dan istrinya, bernama Hannah dalam sebagian tradisi, sudah berusia lanjut. Saat melihat burung yang memberi makan anaknya, dia berkeinginan memiliki anak dan berdoa pada Allah agar mengabulkan permohonannya. Hannah kemudian mengandung dan dia menazarkan anaknya untuk menjadi abdi di Baitul Maqdis. Namun saat melahirkan, ternyata dia melahirkan anak perempuan, padahal hanya anak laki-laki yang bisa menjadi abdi. Namun Allah menerima nazar Hannah dan dia menamai anaknya Maryam.[6][7][8] Ja'far ash-Shadiq memberikan keterangan bahwa Allah mewahyukan pada 'Imran bahwa dia akan dikaruniai keturunan laki-laki yang dapat menyembuhkan orang buta dan membangkitkan orang mati dengan izin Allah. Saat 'Imran mengabarkan hal tersebut, Hannah mengira bahwa bayi yang dikandungnya adalah laki-laki sehingga dia menazarkan bayi tersebut untuk menjadi abdi di Baitul Maqdis. Saat ternyata melahirkan anak perempuan, Hannah berkata, "Ya Rabb, aku telah melahirkan anak perempuan."[9] Saat Maryam akhirnya melahirkan 'Isa, janji Allah pada 'Imran terpenuhi.[10] Dalam riwayat hadits disebutkan bahwa setiap bayi yang dilahirkan pasti akan menangis karena disentuh setan, kecuali Maryam dan putranya.[11][12][13][14][15] PengasuhanSetelah disapih, Hannah menyerahkan Maryam ke Baitul Maqdis. Zakariyya menghendaki agar dia menjadi wali Maryam karena istrinya, Elisyeba, adalah saudari Hannah. Sebagian pendapat menyebutkan bahwa Hannah adalah bibi Elisyeba dari pihak ibu. Alkitab menyebutkan bahwa Zakariyya merupakan seorang imam atau pendeta (כֹּהֵן, kohen).[16] Dalam Yahudi, imam di antaranya bertugas menjadi pelayan di Baitul Maqdis dan mengadakan ibadah kurban harian dan hari besar keagamaan. Para imam yang lain juga menginginkan hak asuh atas Maryam sehingga diadakanlah undian. Zakariyya dan para imam yang lain mengumpulkan pena mereka masing-masing di sebuah wadah, kemudian menyuruh seorang anak kecil mengambil salah satu pena. Ternyata pena Zakariyya yang diambil. Namun masih ada ketidakpuasan sehingga diadakan undian ulang dengan melemparkan pena mereka ke sungai. Pemilik dari pena yang tidak terbawa arus sungai akan menjadi pengasuh Maryam. Setelah pena mereka dilemparkan, semua pena hanyut kecuali pena milik Zakariyya. Masih ada ketidakpuasan dan diadakan undian ulang. Pemilik dari pena yang terbawa arus sungai akan menjadi pengasuh Maryam. Setelah pena mereka dilemparkan, hanya pena Zakariyya yang hanyut. Zakariyya kemudian ditetapkan sebagai wali Maryam.[17][18] Al-Qur'an menyebutkan bahwa saat mengunjungi Maryam di ruang khusus ibadahnya, Zakariyya melihat makanan. Saat ditanya asal makanan ini, Maryam menjawab bahwa itu dari Allah. Kemudian Zakariyya berdoa agar juga dikaruniai keturunan.[19] Setelahnya, Allah mengabulkan doa Zakariyya dan Elisyeba mengandung seorang putra yang bernama Yahya.[20][21] Para ulama menjelaskan bahwa Maryam mendapatkan buah-buahan yang bukan musimnya sebagai bentuk mukjizat. Zakariyya yang melihat kesalehan Maryam dan karunia Allah yang dikaruniakan padanya menjadi ingin memiliki keturunan sendiri, agar anak tersebut bisa menjadi penerus spiritualnya dan melanjutkan tugasnya membimbing Bani Israil.[22][23] MengandungAl-Qur'an dan keterangan para ulama menyebutkan bahwa Maryam keluar dari Baitul Maqdis ketika haid atau ada keperluan. Saat Maryam mengasingkan diri dari keluarganya ke sebelah timur, seorang laki-laki mendatanginya. Maryam yang sangat menjaga diri dari lelaki asing kemudian mengatakan, "Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa." Laki-laki yang ternyata adalah jelmaan Malaikat Jibril tersebut mengabarkan bahwa Maryam akan memiliki seorang putra. Maryam terheran-heran lantaran dia belum bersuami, juga menyatakan bahwa dirinya bukan pezina. Malaikat Jibril menyebutkan bahwa hal itu mudah bagi Allah dan sudah menjadi ketetapan-Nya.[24][25] Alkitab menyebutkan bahwa saat didatangi Malaikat Jibril, Maryam sudah berstatus sebagai tunangan seorang lelaki Bani Israil keturunan Dawud bernama Yusuf. Disebutkan bahwa Maryam saat itu berada di Nazaret dan kandungan Elisyeba sudah berusia sekitar enam bulan.[26] Yusuf yang mengetahui bahwa Maryam telah mengandung, padahal mereka belum hidup sebagai suami istri, berniat menceraikannya secara diam-diam demi memelihara nama baik Maryam. Namun malaikat mendatanginya dalam mimpi dan menyatakan bahwa anak yang dikandung Maryam berasal dari Allah. Setelahnya, Yusuf membatalkan niatnya semula dan tetap mengambil Maryam sebagai istrinya.[27] Alkitab tidak menyebutkan usia Yusuf dan Maryam saat itu. Sumber-sumber apokrifa menerangkan bahwa saat bertunangan dengan Yusuf, Maryam berusia sekitar 12-14 tahun,[28] sedangkan Yusuf sendiri berusia 90 tahun.[29] Pendapat lain, Uskup Epifanius dalam Panarion menjelaskan bahwa dari pernikahan sebelumnya, Yusuf memiliki empat putra dan dua putri. Setelah istri pertamanya meninggal, Yusuf yang berusia 80 tahun mengambil Maryam sebagai istrinya.[30][31] Kelahiran perawanAlkitab menyebutkan bahwa Maryam melahirkan putranya, 'Isa, di Betlehem saat masa kekuasaan Kaisar Romawi Augustus.[32] dan Palestina dipimpin Raja Herodes Agung, penguasa bawahan Romawi.[33] Para sarjana berpendapat bahwa 'Isa lahir antara tahun 6 sampai 4 SM.[34] Al-Qur'an menjelaskan bahwa saat merasa sakit karena melahirkan, Maryam bersandar pada pohon kurma dan berujar, "Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan." Kemudian ada yang menyeru Maryam dari tempat yang rendah, mengatakan agar dia tidak bersedih dan Allah telah menjadikan anak sungai mengalir di bawahnya. Maryam juga diminta menggoyang-goyangkan pangkal pohon kurma supaya buah kurma akan jatuh pada Maryam. Maryam juga diperintahkan untuk tidak berbicara pada siapapun pada hari ini.[35] Terkait sosok yang menyeru Maryam, sebagian penafsir menyebutkan bahwa dia adalah Jibril, sedangkan tafsiran lain menyebutkan bahwa dia adalah 'Isa.[36] 'IsaDiterangkan dalam Al-Qur'an bahwa saat Maryam kembali dengan menggendong 'Isa, kaumnya mencelanya, menyatakan bahwa dia telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar. Mereka juga menyatakan, "Hai saudari Harun! Ayahmu bukanlah seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang pezina!" Namun Maryam tidak menjawab cercaan mereka dan memberi isyarat pada bayinya. Kaumnya terheran-heran karena diminta bicara dengan seorang bayi. Namun 'Isa yang masih bayi berbicara pada mereka, menjelaskan bahwa dirinya adalah hamba Allah yang diangkat sebagai nabi, dianugerahi kitab, dan diberkahi oleh Allah.[37] Terdapat beberapa pendapat mengenai makna "saudari Harun". Sebagian menyatakan bahwa Harun di sini adalah Nabi Harun, saudara Musa. Lantaran kesalehannya, Maryam disandingkan dengan Harun. Harun dan Musa sendiri juga memiliki kakak perempuan yang bernama Miryam. Disebutkan bahwa dalam bahasa Arab, kata "saudari" atau "putri" dapat merujuk pada hubungan kekerabatan dan keturunan yang lebih jauh dan luas, juga untuk pertalian spiritual.[38][39] Pendapat lain menyebutkan bahwa Maryam memang memiliki saudara bernama Harun, namanya sama dengan Nabi Harun.[40] HijrahAlkitab menyebutkan bahwa saat kelahiran 'Isa, muncul bintang di timur, membuat sekelompok orang majus datang dari timur menuju Palestina untuk menemui 'Isa. Kedatangan mereka diketahui oleh Raja Herodes Agung dan Herodes kemudian mengumpulkan para imam dan ahli Taurat, menanyakan mengenai tempat raja mesias yang dinubuatkan akan lahir. Mereka menjawab bahwa dia akan lahir di Betlehem. Herodes kemudian memanggil orang-orang majus tersebut dan meminta mereka mencari keberadaan bayi tersebut dengan teliti. Bila telah menemukannya, Herodes meminta mereka melapor padanya dengan alasan bahwa dia akan datang dan menyembah anak itu sendiri, padahal dia berniat membunuhnya. Setelah menemukan 'Isa, orang-orang majus tersebut memberi penghormatan dan memberikan persembahan berupa emas, kemenyan, dan mur. Orang-orang majus tersebut kemudian kembali pulang ke negerinya melewati jalur lain, karena mereka diperingatkan dalam mimpi untuk tidak menemui Herodes. Yusuf juga mendapat mimpi yang memperingatkan agar membawa 'Isa dan Maryam ke Mesir karena Herodes berniat membunuh bayi tersebut. Di sisi lain, Herodes yang mengetahui bahwa dia telah diperdaya orang-orang majus tersebut kemudian menitahkan agar membunuh semua bayi laki-laki di Betlehem yang berumur dua tahun ke bawah. 'Isa, Maryam, dan Yusuf sendiri di Mesir sampai kematian Herodes.[41] Herodes diperkirakan mangkat pada 4 SM.[42] Setelah kematiannya, wilayah Palestina dibagi-bagi untuk tiga putranya: Herodes Arkhelaus, Herodes Antipas, dan Herodes Filipus II. Secara resmi, mereka tidak menyandang gelar raja sebagaimana ayah mereka.[43] Arkhelaus menyandang gelar etnark (semacam gubernur), sedangkan Antipas dan Filipus bergelar tetrark (semacam gubernur). Sebagaimana ayah mereka, ketiganya juga penguasa bawahan Kaisar Romawi. Alkitab menyebutkan bahwa 'Isa, Maryam, dan Yusuf kembali lagi ke Palestina setelah Herodes Agung mangkat. Namun mereka tidak kembali ke Betlehem karena kawasan tersebut masuk dalam wilayah kekuasaan Herodes Arkhelaus. Akhirnya mereka tinggal di kawasan Galilea (Palestina utara) di kota Nazaret.[44] Galilea masuk dalam wilayah kekuasaan Herodes Antipas. Tahun-tahun setelahnyaAl-Qur'an tidak menerangkan kehidupan Maryam setelah kelahiran 'Isa. Dalam Alkitab disebutkan bahwa Maryam muncul beberapa kali bersama 'Isa, seperti saat menghadiri pesta pernikahan di Kana, di kawasan Galilea.[45] Alkitab menyebutkan bahwa Maryam kemudian tinggal bersama salah seorang murid 'Isa,[46] yang diidentifikasikan sebagai Yohanes. Ireneus dan Eusebius dari Kaisarea menuliskan bahwa Yohanes kemudian pergi ke Efesus di kawasan Anatolia barat dan dipercaya Maryam ikut bersamanya.[47][48] Al-Qur'an dan Alkitab tidak mencatat akhir kehidupan Maryam. Pada akhir abad ke-4 M, Uskup Epifanius menulis tentang pencariannya pada tradisi-tradisi yang dapat dipercaya mengenai nasib akhir Maryam dan ketidakmampuannya untuk menemukannya.[49] Penyelidikannya menunjukkan bahwa ada tiga kepercayaan yang berkaitan dengan masalah ini: dia meninggal secara wajar dalam damai, meninggal sebagai syuhada, atau tidak meninggal.[50] Dalam tradisi Katolik, Ortodoks Timur, dan Ortodoks Oriental, dipercaya bahwa Maryam diangkat ke langit.[51][52][53] Terkait masalah ini, sebagian meyakini bahwa Maryam meninggal terlebih dulu, kemudian dihidupkan kembali dan diangkat ke langit. Sebagian lain meyakini bahwa Maryam diangkat ke surga secara jasmani dan rohani tanpa mengalami kematian.[54][55] Kelompok Ahmadiyyah percaya bahwa setelah selamat dari penyaliban, 'Isa pergi dan tinggal di India bersama Maryam sampai akhir hayat. Diyakini Maryam dikebumikan di kota Murre, Pakistan, dan makamnya berada di Mai Mari da Ashtan.[56] Sudut pandangKatolikMaria memiliki peran yang lebih sentral dalam pengajaran dan kepercayaan Katolik Roma daripada kelompok Kristen lainnya. Tidak hanya umat Katolik Roma memiliki lebih banyak doktrin dan ajaran teologis yang berhubungan dengan Maria, tetapi mereka memiliki lebih banyak perayaan, doa, kebaktian, dan praktik penghormatan untuk Maria daripada aliran lain.[57] Dalam Gereja Katolik, Maria diberi gelar "diberkati" (bahasa Latin: beata, bahasa Yunani: μακάρια, translit. makaria) sebagai pengakuan atas keyakinan bahwa Maria diangkat ke surga dan kemampuannya untuk menengahi atas nama mereka yang berdoa kepadanya. Maria tidak dipandang sebagai sosok ilahi. Doa-doa yang ditujukan padanya tidak dijawab olehnya, tetapi oleh Tuhan, dan Maria berperan sebagai perantara antara manusia dan Tuhan.[58] Keempat dogma Katolik tentang Maria adalah: kedudukannya sebagai Theotokos atau Bunda Allah, keperawanannya yang abadi, dikandung tanpa noda, dan kenaikannya ke surga secara badaniah.[59][60][61] Ortodoks TimurKristen Ortodoks Timur memiliki sejumlah besar tradisi terkait Maria.[62] Meski demikian, pandangan Ortodoks Timur terhadap Maria utamanya diekspresikan dalam himne, puji-pujian, dan penghormataan terhadap lukisannya, bukan dalam tataran konsep atau akademik.[63] Ortodoks memandang Maria lebih unggul dari semua makhluk, tapi tidak bersifat ilahi,[64] juga meyakini bahwa dia adalah seorang perawan, baik sebelum maupun setelah melahirkan 'Isa.[65] Ortodoks juga merayakan Dormisi Bunda Allah, yakni keyakinan bahwa Maria meninggal dengan damai tanpa penderitaan, bukan kenaikannya ke surga.[65] ProtestanSecara umum, umat Protestan menolak penghormatan dan doa yang ditujukan kepada orang-orang kudus seperti yang dilakukan dalam Katolik.[66] Umat Protestan biasanya memandang Maria sebagai wanita biasa yang berbakti pada Tuhan. Oleh karenanya, tidak ada penghormatan, perayaan, atau ziarah khusus kepada Maria. Kepercayaan dan praktik Katolik Roma terkait Maria kadang-kadang ditolak atau bahkan dipandang bid'ah dan sesat.[67] Pada abad ke-18 dan 19, berbagai kelompok Protestan mulai menggunakan istilah Mariolatry untuk merujuk pada praktik penghormatan dan pengabdian kepada Maria yang dilakukan umat Katolik, Lutheran, Anglo-Katolik, dan Ortodoks Timur. Dalam pandangan mereka, perhatian yang diberikan kepada Maria sangat ekstrem, dan mungkin tidak hanya mengalihkan perhatian dari penyembahan kepada Tuhan, tetapi sudah masuk batas pemberhalaan.[68][69] IslamMaryam termasuk salah satu tokoh yang dihormati dalam Islam. Dia merupakan satu-satunya perempuan yang namanya disebut dalam Al-Qur'an. Namanya juga dijadikan nama surah ke-19. Surah ke-3 dinamai Ali 'Imran (keluarga 'Imran) yang merupakan keluarga Maryam. Al-Qur'an menyebutkan bahwa Maryam merupakan sosok yang dipilih, disucikan, dan dilebihkan Allah atas semua perempuan di seluruh alam,[70] taat, menjaga kehormatan, dan membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitab.[71] Dia dan 'Isa juga disebut sebagai bukti kebesaran Allah.[72][73] Riwayat hadits juga menyebutkan bahwa Maryam merupakan salah satu dari empat perempuan terbaik. Tiga yang lain adalah Asiyah ibu angkat Musa, Khadijah binti Khuwailid, dan Fatimah binti Muhammad.[74][75][76][77][78] Al-Qur'an juga memberikan peringatan keras kepada pihak yang mengangkat Maryam sampai derajat ketuhanan.[79] Terkait permasalahan ini, tidak ada ajaran Kristen arus utama yang menyatakan keilahian Maryam. Meski demikian, sebagian aliran Kristen (utamanya Protestan) memandang bahwa penghormatan pada Maryam yang dilakukan aliran Kristen yang lain (utamanya Katolik) sudah masuk bentuk penyembahan dan penuhanan. Pendapat UlamaSebagian ulama juga menyatakan bahwa Maryam adalah seorang nabiah (nabi perempuan). Terkait masalah ini, para ulama sepakat bahwa semua rasul adalah laki-laki. Untuk jenjang kenabian, mayoritas juga berpendapat bahwa semua nabi juga laki-laki, tetapi sebagian ulama lain menyatakan bahwa ada perempuan yang menjadi nabiah atau nabi perempuan. Ibnu Hajar menyampaikan dari Al-Asy’ari bahwa ada beberapa wanita yang diangkat jadi nabi, salah satunya adalah Maryam.[80][81] Dalam Surah Al-Anbiya', Maryam juga disebutkan dan dirangkaikan dengan para nabi.[82] Latar belakangMaryam adalah seorang Bani Israil. Baik Al-Qur'an maupun Alkitab tidak menerangkan secara jelas mengenai asal sukunya dan ada perbedaan pendapat mengenai masalah ini. Sebagian pendapat menyebutkan bahwa Maryam adalah keturunan Dawud yang berasal dari suku Yehuda, suku yang menurunkan para raja. Pihak lain berpendapat bahwa Maryam adalah keturunan Harun yang merupakan suku Lewi, suku yang menurunkan para imam atau pemuka agama Bani Israil. Sebagai catatan, penentuan asal suku seseorang didasari atas silsilahnya dari garis ayah. Al-Qur'an menyebutkan bahwa ayah Maryam adalah 'Imran.[71][83] Ja'far ash-Shadiq menyatakan bahwa 'Imran adalah seorang nabi.[10] Ada beberapa pendapat di kalangan umat Kristen tentang orang tua dan asal suku Maryam. Injil Yakobus (bukan bagian resmi dari Alkitab) menyebutkan bahwa nama ayah Maryam adalah Yoakhim.[84] Meski Alkitab mengakui kelahiran 'Isa dari Maryam yang perawan,[3] dua silsilahnya dalam Alkitab menyambungkan dirinya dengan Yusuf, tunangan Maryam. Terdapat perbedaan signifikan di antara kedua silsilah ini. Ada yang menyebutkan bahwa silsilah 'Isa dalam Injil Lukas[85] merupakan silsilah dari pihak ibu, sehingga sosok yang bernama Heli atau Eli yang disebutkan dalam silsilah tersebut adalah ayah kandung Maryam.[86] Bila mengacu pendapat ini, maka Maryam adalah keturunan Natan bin Dawud. Ada juga pendapat minoritas bahwa silsilah 'Isa dalam Injil Matius[87] yang merupakan silsilah Maryam.[88] Bila mengacu pendapat ini, maka Maryam adalah keturunan Sulaiman bin Dawud. Sebagian ulama Muslim terdahulu, seperti Muhammad bin Ishaq[89][90] dan Abul Qasim bin Asakir[91] juga menyebutkan silsilah Maryam. Kedua silsilah tersebut dimulai dari 'Imran dan berujung pada Sulaiman bin Dawud, tapi ada perbedaan nama dan jumlah orang di antara kedua versi ini.[92] Meski tidak ada keterangan yang jelas mengenai kaitan antara Maryam dan Dawud, ada indikasi dalam Al-Qur'an dan Alkitab bahwa Maryam memiliki darah suku Lewi. Alkitab menyebutkan bahwa Zakariyya dan istrinya, Elisyeba, adalah keturunan Harun dari suku Lewi[16] dan disebutkan bahwa Maryam adalah kerabat Elisyeba.[93] Dari ayat ini, sebagian cendekiawan Alkitab menyatakan bahwa Maryam adalah seorang suku Lewi, atau setidaknya separuh Lewi.[94][95][96] Al-Qur'an menyebutkan Maryam sebagai "saudari Harun". Lantaran kata "saudari" bisa digunakan untuk merujuk pada hubungan kekerabatan dan keturunan yang lebih jauh dan luas, beberapa cendekiawan Muslim seperti Yusuf Ali dan Muhammad Asad berpendapat bahwa Maryam berasal dari suku Lewi.[97][98] Tempat terkaitAda beberapa tempat yang diyakini sebagai makam Maryam
Sebuah tempat di Turki yang bernama Meryem Ana Evi (Rumah Bunda Maryam) diyakini sebagai tempat yang pernah ditinggali Maryam pada tahun-tahun terakhirnya. Tempat ini terletak di Gunung Bulbul (Bülbüldağı) di wilayah Efesus, Turki. Penetapan tempat ini menjadi rumah Maryam didasarkan atas penglihatan yang dialami seorang biarawati dari Jerman, Anna Katarina Emmerick. Rumah ini digunakan sebagai biara Katolik.[101] Catatan
Rujukan
Daftar pustaka
Pranala luar |