Museum Timah Indonesia MuntokMuseum Timah Indonesia Muntok adalah museum di Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung yang khusus berfungsi sebagai pusat informasi tentang teknologi peleburan timah. Gedungnya merupakan bekas kantor pusat Pertambangan Timah Bangka (Bankatinwinning) yang dibangun pada tahun 1915 dan dikelola oleh Pemerintah Belanda.[1] Kepemilikan dan pengelolaan museum ini berada dalam tanggung jawab PT. Timah Tbk, setelah gagasan pendiriannya diwujudkan pada tahun 2012 melalui tahap konservasi gedung dan peresmian museum dilakukan pada tanggal 7 November 2013. Pada museum ini terdapat galeri sejarah perkembangan Melayu Bangka, informasi pengasingan Soekarno, dan sejarah Perang Dunia II. Jenis koleksi yang dipamerkan di dalam museum terdiri dari bebatuan, fosil makhluk hidup, benda kesukuan, peninggalan budaya dan sejarah, mata uang kuno, perlambangan, naskah, keramik, seni rupa, dan peninggalan teknologi. Museum Timah Indonesia Muntok berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman, Muntok. Lokasi museum dapat dicapai melalui Bandar Udara Depati Amir dengan jarak tempuh 143 kilometer, dari Pantai Tanjung Ular dengan jarak tempuh 6,8 kilometer, dari Pelabuhan Penyebrangan Muntok sejauh 6,6 kilometer, atau dari Terminal Muntok sejauh 1,3 kilometer.[1] SejarahPada tahun 1915, diadakan pembangunan Kantor Penambangan Timah Bangka di Muntok oleh pemerintah Hindia Belanda. Kantor ini juga dijadikan sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda di Pulau Bangka.[2] Selanjutnya, tentara Jepang mengambil alih kantor tesebut saat berkuasa di Indonesia. Gedung tersebut kemudian diabaikan setelah Indonesia menyatakan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. PT Timah Tbk kemudian melakukan upaya konservasi sehingga gedung dapat dijadikan sebagai museum yang terbuka untuk masyarakat umum.[3] Setelah bangunan mengalami renovasi, gedung tersebut dijadikan sebagai sebuah museum pendidikan yang menampilkan sejarah awal pembentukan Muntok, sejarah tragedi Kapal Vyner Brooke, sejarah pengasingan tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, serta sejarah kegiatan penambangan oleh PT. Timah, Tbk di Pulau Bangka. Gagasan pembangunan museum dimulai sejak tahun 2012. Konservasi gedung menjadi langkah awal realisasi museum. Pemilihan Muntok sebagai lokasi pembangunan museum, dikarenakan Muntok memiliki peran penting dalam sejarah pertimahan dan sejarah Indonesia.[2] LokasiMuseum Timah Indonesia - Muntok ini didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda ketika melakukan eksplorasi timah. Pemerintah Hindi Belanda mendirikan Badan Pertambangan Bangka serta mendirikan sebuah pemukiman di wilayah Muntok. Gedung Museum Timah Indonesia - Muntok terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu bangunan bagian depan dan bangunan bagian belakang. Pada bagian atas dari pintu masuk bangunan bagian depan terdapat sebuah dinding yang memiliki tulisan angka “1915” dan kata “ANNO”. Sebelum menjadi museum, gedung Museum Timah Indonesia - Muntok digunakan sebagai gedung pendidikan menengah.[4] Museum Timah Indonesia - Muntok merupakan gedung cagar budaya yang terletak di Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kepemilikan museum ini menjadi hak dari PT. Timah Tbk.[4] Gedung Museum Timah Indonesia - Muntok berada di pusat wilayah Muntok, yang berdekatan dengan taman kereta api. Lokasi gedung berada di dalam kawasan pengembangan budaya Eropa di daerah Muntok.[5] KoleksiKoleksi yang ditampilkan pada Museum Timah Indonesia - Muntok berupa artefak pertambangan timah, pakaian tradisional masyarakat Muntok, peralatan sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat Bangka Belitung, serta miniatur tiga dimensi yang menggambarkan lingkungan Muntok dan pertambangan timah. Pada lantai kedua gedung terdapat sebuah perpustakaan yang berisikan berbagai macam buku yang membahas mengenai pertambangan timah dan perkembangan Bangka Belitung dari suatu masa ke masa berikutnya, Selain itu, museum ini memiliki sebuah ruang pertemuan. Pada bagian halaman gedung terdapat tiruan dari tugu jam yang sebelumnya telah dirobohkan saat renovasi. Sedangkan pada bagian belakang gedung terdapat tempat untuk berbagai galeri dan tempat peristirahatan sementara bagi pengunjung museum.[5] Museum Timah Indonesia - Muntok memiliki sembilan galeri. Galeri yang pertama membahas tentang sejarah perkembangan sosial dan budaya di lingkungan masyarakat Muntok. Galeri yang kedua membahas tentang berbagai gedung bersejarah di Muntok. Galeri yang ketiga memberikan informasi tentang cara mengekplorasi timah. Galeri kelima merupakan galeri yang membahas mengenai pertambangan timah di darat, sedangkan galeri keenam membahas tentang pertambangan timah di laut. Galeri ketujuh membahas tentang proses peleburan timah. Galeri kedelapan merupakan galeri yang khusus membahas tentang ilmu bumi dan cara mengeksplorasinya. Galeri kesembilan mengkhususkan pada pemetaan tambang darat dan tambang laut. Galeri kesembilan memamerkan peta pertambangan timah di dunia dan Indonesia, alat pengukur kandungan timah, alat pemetaan wilayah, serta beragam jenis timah mentah dan alat eksploitasi timah. Galeri ini juga memberikan informasi mengenai peta persebaran timah di Indonesia. Selain itu, terdapat galeri sarana dan prasarana yang memajang foto-foto tempo dulu dan peta kuno dari wilayah Muntok. Museum Timah Indonesia - Muntok juga memiliki galeri yang khusus menjelaskan kehidupan pribadi Soekarno. Galeri ini menampilkan foto-foto Soekarno dan rekan-rekan seperjuangannya selama masa pengasingan di Muntok. Selain itu, galeri ini juga menyimpan miniatur dari gedung tempat pengasingan para tokoh Indonesia di Muntok, yaitu Wisma Ranggam dan Wisma Menumbing.[2] Galeri Vivian BullwinkelGaleri terakhir didekasikan untuk mengenang Vivian Bullwinkel. Galeri ini menampilkan video singkat dalam Bahasa Inggris. Galeri ini dibangun khusus oleh Tentara Angkatan Darat negara Australia sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap seorang perawat tentara perang bernama Vivian Bullwinkel. Pada masa Perang Dunia II, Bullwinkel bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Angkatan Darat Australia di Singapura. Ketika Singapura dikuasai oleh Jepang pada tahun 1942, Bullwinkel bersama dengan para warga sipil, perawat, dan tentara Inggris berangkat ke Australia menggunakan kapal Vyner Brooker. Namun kapal ini berhasil dibom sampai tenggelam di Selat Bangka oleh tentata Jepang. Bullwinkel dan beberapa perawat lainnya berhasil selamat dari pengeboman tersebut dan berhasil mencapai pantai dekat mercusuar Tanjung Kalian dengan cara berenang. Tentara Jepang mengetahui keberadaan mereka pada keesokan harinya. Bullwinkel dan perawat lain yang selamat kemudian ditembaki oleh para tentara Jepang. Bullwinkel dapat selamat dengan berpura-pura meninggal. Akhirnya ia berhasil kembali ke Australia. Bullwinkel kembali ke Pulau Bangka pada tahun 1993 untuk meresmikan prasasti peringatan Vyner Brooke di pinggir Pantai Tanjung Kalian.[3] KeunikanMuseum Timah Indonesia - Muntok mulai dibuka untuk umum pada tanggal 7 November 2013. Keunikan dari museum ini adalah desain gedung yang memakai gaya arsitektur bernuansa Eropa. Gaya arsitektur ini merupakan warisan budaya dan warisan sejarah dari masa penjajahan Hindia Belanda di Indonesia. Selain membahas tentang pembuatan timah, museum ini juga membahas mengenai sejarah dan budaya Indonesia, terutama yang berangsung dan berkembang di Pulau Bangka. Keseluruhan informasi sejarah ditampilkan dengan jelas secara runtut dan rinci. Museum ini juga mengoleksi tiruan alat-alat pertambangan timah, alat tenun, dan perlengkapan prajurit pada masa Perang Dunia II. Selain itu juga disediakan media audio visual mengenai kejadian-kejadian yang bersejarah. Selain berfungsi sebagai museum, ruangan yang berada di lantai atas juga digunakan sebagai perpustakaan dan ruang perkumpula. Ruangan ini mampu menampung sebanyak 100 orang peserta. Meski gedung museum telah direnovasi, namun struktur utama gedung tetap dipertahankan karena memiliki nilai sejarah yang harus dilestarikan.[3] Referensi
|