Persim Maros
Persatuan Sepakbola Indonesia Maros (Lontara Bugis: ᨄᨛᨑᨛᨔᨈᨘᨕ ᨔᨙᨄᨅᨚᨒ ᨕᨗᨉᨚᨊᨙᨔᨗᨕ ᨆᨑᨚ , transliterasi: Pêrêsatuan Sépakbola Indonésia Maros ; Lontara Makassar: ᨄᨙᨑᨙᨔᨈᨘᨕ ᨔᨙᨄᨅᨚᨒ ᨕᨗᨉᨚᨊᨙᨔᨗᨕ ᨆᨑᨚ , transliterasi: Pérésatuan Sépakbola Indonésia Maros ) (disingkat Persim Maros) adalah sebuah klub sepakbola Indonesia yang berbasis di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia. Persim Maros termasuk salah satu klub era perserikatan yang terbentuk pada 6 Maret 1950. Oleh karena itu, Persim Maros juga termasuk salah satu klub tertua di Sulawesi Selatan. Persim Maros pernah menjadi salah satu kekuatan sepakbola nasional, terutama wilayah Indonesia Timur. Baik kompetisi era Perserikatan maupun era Liga Indonesia, Persim Maros merupakan klub yang tangguh dengan segala kesederhanaannya dan kerap merepotkan klub-klub besar di kancah persepakbolaan Indonesia. Pada era 2000-an, Persim Maros dikenal sebagai klub yang doyan memakai jasa pemain muda. Tidak heran jika Persim Maros dijadikan tempat pelabuhan untuk memulai karier profesional di Liga Indonesia. Dengan sponsor utama Bosowa Group, Persim tercatat telah mengorbitkan banyak pemain handal dan profesional, seperti Syamsidar, Asri Akbar, Zulkifli Syukur, Hendra Ridwan dan Irsyad Aras.[1] Prestasi klub ini adalah pernah bermain di Divisi Satu Liga Indonesia dan bertahan selama 5 musim (2002-2006) hingga akhirnya mengundurkan diri ketika kompetisi Divisi Satu Liga Indonesia musim 2007 akan dimulai.[2] Keputusan pengunduran diri tersebut diambil karena beberapa persoalan mendasar, seperti pendanaan klub yang minim karena pemerintah Kabupaten Maros melarang penggunaan APBD, keluarnya sponsor dan tak ada penggantinya, ketidakadilan terhadap PSSI tidak ada dan banyak merugikan Persim Maros ketika harus mengulangi pertandingan yang telah berjalan selama 61 menit dengan keunggulan 1-0 dipegang oleh Persim Maros atas tamunya PSMS Medan. Pertandingan tersebut harus diulang mulai menit pertama dengan skor 0-0 dan diharuskan bermain tempat netral di Jakarta. Dengan keadaan seperti itu, pihak Persim Maros merasa dirugikan dan kecewa terhadap PSSI, hingga akhirnya tidak mengindahkan aturan dari PSSI. Sekarang Persim Maros bermain di kompetisi Liga 3 Zona Sulawesi Selatan. Stadion Persim Maros bernama Stadion Merdeka Kassi Kebo. Secara harfiah, frase Kassi Kebo diambil dari Bahasa Makassar, Kassi yang berarti pasir dan 'Kebo' yang berarti putih, jadi dalam Bahasa Indonesia artinya pasir putih. Stadion ini memiliki sejarah dan dikenal angker bagi tim tamu yang akan menghadapi Persim Maros. Stadion ini terletak di Kelurahan Baju Bodoa, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros. Stadion berkategori D oleh PSSI ini biasa digunakan oleh Persim Maros untuk menjamu lawannya di Divisi Satu Liga Indonesia. Sudah banyak pemain handal ataupun nama-nama besar yang pernah merasakan bermain di stadion ini, seperti Syamsidar mantan kiper Timnas U-21 di turnamen Hassanal Bolkiah Trophy, Brunei Darussalam (2002), sebelum berlabuh ke PSM Makassar (2005-2010), Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, dan Mitra Kukar (2012-sekarang), ia sempat memperkuat gawang Persim Maros (2001), adalagi Deny Marcel yang pada tahun 2006 pernah bermain sebagai penjaga gawang Arema Malang berlabuh ke Persim Maros, Asri Akbar juga pernah membela dan memulai kariernya di Persim Maros ketika itu bermain di Divisi Satu Liga Indonesia pada tahun 2003-2006. Setelah membela Persim Maros selama empat musim, ia berkelana ke PSMS Medan, PSM Makassar, Persiba Balikpapan, Persib Bandung, dan sekarang Sriwijaya FC, tidak lupa pemain asing Fernando Rene, dan di barisan belakang ada Denny Tarkas sebagai benteng pertahanan Persim Maros yang kokoh pada saat itu. Tidak hanya pemain, dibagian pelatih pun sudah banyak yang mencoba formula kemenangannya di Stadion Merdeka Kassi Kebo ini, diantaranya adalah M. Zein Al Hadad dan M. Basri. Sejarah KlubDalam sejarahnya, Persim Maros adalah satu-satunya klub asal Provinsi Sulawesi Selatan yang ikut andil dalam kompetisi pada era perserikatan di divisi satu tahun 1984 dan 1985. Sebelumnya itu, Persigowa Gowa terlebih dahulu mencicipi era perserikatan divisi satu pada musim 1978/1979 dan tahun 1983. Pada era perserikatan, Persim Maros tidak dapat berbicara banyak mengenai prestasinya. Persim Maros hanya mampu bertahan 2 musim di kompetisi ini. Pada era Liga Indonesia tahun 2001, Persim Maros bersama Persela Lamongan promosi ke Divisi Satu Liga Indonesia yang sebelumnya bersaing di Divisi Dua Liga Indonesia untuk memperebutkan 2 tiket promosi. Pada era Liga Indonesia ini, Persim Maros menorehkan beberapa catatan positif, seperti tampil konsisten divisi satu selama 5 tahun berturut (2002-2006), bahkan pada tahun 2003 dan 2004 nyaris lolos ke Divisi Satu Liga Indonesia, selain itu catatan tak pernah terkalahkan di kandang, menaklukan klub besar dan klub ternama, seperti Persela Lamongan, Mitra Kukar Kutai Kartanegara, Persisam Samarinda (sekarang Putra Samarinda), Persijap Jepara dan lain-lain. Julukan
Laskar Marusu atau The Marusu Warrior adalah julukan dari Persim Maros. Nama "Marusu" diambil dari nama "Kerajaan Islam" yang dahulu terdapat di "Kabupaten Maros". Alasan diberinya julukan Laskar Marusu kepada "Persim Maros", karena diharapkan pemain mempunyai jiwa yang kuat dan bersemangat serta tangguh menghadapi lawan layaknya pasukan Kerajaan Marusu. Sebelum terbentuk daerah administrasi dengan nama Kabupaten Maros, daerah ini awalnya merupakan wilayah dari "Kerajaan Marusu". Kerajaan ini bertetangga dengan Kerajaan Bone di sebelah timur dan Kerajaan Gowa di sebelah selatan. Pada sejarahnya, Kerajaan Marusu dikenal dengan tanahnya yang subur untuk wilayah pertanian, strategis untuk perekonomian, dan sangat potensial dalam hal politik saat itu. Adapun raja pertama yang memimpin Kerajaan Marusu adalah "Karaeng Loe Ri Pakere". Karena kelebihannya itu, "Kerajaan Marusu" berusaha dikuasai kerajaan tetangga, baik Kerajaan Gowa maupun Kerajaan Bone. Mengingat sebelumnya, Raja Gowa dan Raja Bone berselisih dan berusaha memperebutkan wilayah Kerajaan Marusu. Akhirnya, beberapa tahun kemudian Kerajaan Gowa menguasai wilayah barat dan sementara wilayah timur dikuasai oleh Kerajaan Bone. Dari penguasaan ini, Kabupaten Maros memiliki dua suku mayoritas, yaitu Bugis dan Makassar. Daerah ini telah mempersatukan antara etnis Bugis dan Makassar. Hingga pada akhirnya, bersatu memerangi kolonial Hindia Belanda pada masa penjajahan Hindia Belanda, yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin sedangkan Hindia Belanda di bawah pimpinan admiral Speelman.
Kupu-Kupu Raja merupakan binatang langka yang terdapat di Bantimurung yang secara letak administratif masuk wilayah Kabupaten Maros dan masuk kawasan perlindungan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Lokasi ini sudah terkenal di dunia internasional akan kupu-kupunya yang indah dan berukuran besar. Kala itu Alfred Russel Wallace, seorang naturalis asal Britania Raya memperkenalkannya pertama kali. Adapun spesies yang terkenal adalah Papilioblumei yang dianggap sebagai kupu-kupu raja. Predator, seperti burung akan menghindari Kupu-Kupu Raja karena rasanya yang tidak enak untuk dimakan. Filosofi paling sakral dari kupu-kupu adalah perubahan yang dikenal dengan sebutan metamorfosis. Untuk berubah menjadi kupu-kupu indah dengan sayap yang kuat dibutuhkan perjuangan yang tidaklah mudah. Karena perjuangan adalah sesuatu yang diperlukan dalam hidup. Diberinya julukan "Kupu-Kupu Raja" kepada "Persim Maros", karena diharapkan pemain mempunyai jiwa yang kuat dan bersemangat dalam perjuangan menghadapi lawan seperti karakter Kupu-Kupu Raja.
Sama halnya dengan alasan dijuluki Kupu-Kupu Raja, Persim Maros juga kerap dijuluki The Kingdom of Butterfly dengan alasan yang spesifik, yaitu banyaknya kupu-kupu di Kabupaten Maros dengan aneka jenis yang sangat indah.
Nama "Butta Salewangang" sangat identik dengan Kabupaten Maros. Dari segi etimologi, kata Butta mengandung makna tanah, wilayah, area, atau tempat, sedangkan kata Salewangang mengandung makna makmur, aman, damai, dan sejahtera. Dengan demikian, pengertian Butta Salewangang adalah tanah atau wilayah yang makmur, aman, damai, dan sejahtera. Dari segi historis, istilah Butta Salewangang berasal dari sejarah masa lalu. Istilah Butta salewangang memang mulai disebut pada masa pemerintahan Tumanurung yang datang di wilayah yang menjadi cikal-bakal Kabupaten Maros ini. Karaeng Loe ri Pakere hadir dalam kondisi masyarakat yang tak menentu, masyarakat masa itu tidak lagi mau mendengar perkataan dan perintah pemimpin yang ada, hukum tak dapat ditegakkan dan aturan banyak dilanggar. Masa ini disebut zaman sikanre-bale atau saling memangsa. Pada masa itu, tanaman juga tak membuahkan hasil, hujan turun terus menerus diiringi gemuruh yang terjadi dalam tujuh hari tujuh malam. Namun tiba-tiba muncul sebuah istana yang oleh masyarakat disebut Saoraja berdiri di tengah-tengah bidang tanah di Pakere. Bersamaan dengan itu terlihat pula seseorang yang duduk di depan tangga istana itu. Mendengar hal ini, orang-orang pun berdatangan memberi penghormatan, lalu mengangkat Tumanurung ini menjadi pemimpin dan diberi gelar Karaeng Loe ri Pakere. Sejak itu tanaman pun tumbuh dengan subur dan membuahkan hasil melimpah. Dalam pemimpin, Karaeng Loe ri Pakere senantiasa membangkitkan eksistensi kerajaan dalam mengemban amanah rakyat. Terutama dalam memposisikan Kerajaan Marusu' sebagai daerah berpemerintahan kuat dan disegani. Keadaan rakyat pun hidup aman, makmur, damai, dan sejahtera lahir-batin, karenanya daerah ini disebut Butta Salewangang.[3] Logo KlubLogo Persim Maros berbentuk lingkaran dengan kombinasi sederhana dua warna keagungan klub, yaitu biru dongker dan putih. Dalam makna psikologis, secara umum biru dongker menggambarkan sifat ketenangan, keteraturan, dapat dipercaya, dan juga sangat menghargai loyalitas pada sesama dan secara khusus memiliki sifat serius dan konservatif. Sedangkan warna putih memberi kesan kebebasan dan keterbukaan. Putih sebagai warna yang murni dan tidak menggunakan campuran apapun memberi arti yang suci dan bersih. Pada logo ini, warna biru dongker dikreasikan sebagai pattern sedangkan warna putih dikreasikan sebagai background. Pada logo Persim Maros memiliki dua garis lingkaran dengan warna biru dongker, yaitu garis lingkaran luar dan garis lingkaran dalam. Pada garis lingkaran luar terdapat empat kata yang bertuliskan PERSATUAN SEPAKBOLA INDONESIA • MAROS • dengan huruf kapital secara melingkar searah perputaran jarum jam. Ini menegaskan secara jelas bahwa tulisan tersebut adalah nama lengkap dari klub Persim Maros dengan makna mengikat dan menjunjung tinggi nama sepak bola yang ada di Kabupaten Maros secara dinamis dan atraktif. Sedangkan pada lingkaran dalam terdapat sebuah kata yang bertuliskan PERSIM dengan huruf kapital di sela simbol dua sayap kupu-kupu khas dengan jumlah dua belas helai bulu yang melambangkan jumlah wilayah kecamatan pada saat itu yang ada di Kabupaten Maros (sekarang 14 kecamatan) dan tiga butir mutiara sebagai simbolis sakral dan suci persekutuan tiga federasi kerajaan terdahulu, yakni Toddo Limayya Ri Marusu' , Lebbo Tengngae, dan Gallarang Appaka sebagai cikal bakal terbentuknya Kabupaten Maros seperti saat ini. Ini menegaskan bahwa kata PERSIM merupakan akronim dari apa yang ada pada lingkaran luar dan dengan tulisan PERSIM ini pula bisa mewakili persepakbolaan di Kabupaten Maros untuk mengarungi kompetisi skala regional, nasional, atau bahkan internasional. Sementara itu, kupu-kupu tidak dapat dipisahkan dari klub ini karena simbol kupu-kupu tersebut merupakan salah satu icon penting dari Kabupaten Maros karena di wilayah ini memiliki banyak spesies kupu-kupu endemik yang tidak terdapat di dunia. Dengan icon tersebut, klub Persim Maros di juluki The Kingdom of Butterfly.
Jenjang Skuat
StadionStadion Merdeka Kassi Kebo adalah stadion yang menjadi kandang dari Persim Maros semenjak berlaga di Divisi II Liga Indonesia. Stadion ini dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Maros. Selain Stadion Merdeka Kassi Kebo, Persim Maros juga memiliki beberapa lapangan sepak bola yang tersebar di Kabupaten Maros.
Tipe Formasi3-5-2Formasi yang mengunakan 3 bek sejajar di belakang dengan memakai 5 Gelandang, dan 2 striker di depan. Yang perlu di perhatikan adalah 5 gelandang tersebut. karena 5 Gelandang tersebut salah satunya adalah gelandang bertahan murni. sehingga jika di gambarkan dalam pemikiran kita 3 bek 1 gelandang bertahan dan 4 Gelandang Serang di depannya, serta memakai 2 striker. Ini formasi favorit jika menggunakan 3 bek. Persim Maros menerapkan formasi ini pada saat bertandang ke kandang Persijap Jepara tahun 2003. Divisi Satu Liga Indonesia Musim 2003 Putaran Final starting line-up 8 besar Persijap 2–2 Persim Partisipasi Klub
Statistik klub
Champion Runners-up 3rd place Promoted Relegated QR Babak kualifikasi NP Tidak berpartisipasi
Note: Prestasi klubPersim Tim UtamaDirgantara Cup
Porda Sulawesi Selatan
Piala Gubernur Sulawesi Selatan
Habibie Cup
Sulawesi Super Cup
Copa Indonesia
Persim Tim WanitaPersim U-13
Persim U-15
Persim U-17
Persim U-21
Hasil-Hasil PertandinganRekor Kemenangan dan Kekalahan TerbesarMenang
Kalah
Peringkat KlubPemainSkuad utama
Skuad Persim Maros di Liga 3 Indonesia 2023–2024 Putaran Nasional Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.
Eks Pemain
Persim U-15
Persim U-17StafPelatihPelatih kepala
Asisten pelatih
Manajer timKetua manajer
Asisten manajer
Penasihat teknis
Ketua Umum
Wakil ketua umum
Sekretaris umum
Humas tim
LegendaCristiano Lopes telah menjadi salah satu pemain legenda dari Persim Maros. Ia lahir 18 Februari 1978 dengan status pemain asing berkebangsaan Brasil. Ia membela Persim Maros pada musim 2004-2005 dengan posisi penyerang yang memiliki ciri-ciri berkepala plontos. Ia didatangkan dari Persita Tangerang. Salah satu senjata andalan dari Cristiano Lopes adalah kecepatan dan skill goyang samba sebagai darah pesepak bola Brasil.[15] Salah satu momen dari Cristiano Lopes adalah pada kompetisi musim 2005 Divisi Satu Liga Indonesia, ketika ia menjadi pencetak gol pembuka pada menit ke-10 saat mengalahkan Persma Manado dengan skor 3-0 di Stadion Merdeka Kassi Kebo. Hector Velazquez bergabung dengan Persim Maros tahun 2006 dan berposisi sebagai penyerang. Oum Luc Junior bergabung dengan Persim Maros tahun 2003 dan berposisi sebagai bek. Fernando Rene bergabung dengan Persim Maros tahun 2006 dan berposisi sebagai gelandang. Budiardjo Thalib telah menjadi legenda Persim Maros setelah mempersembahkan piala Habibie Cup tahun 2012. Berkat pelatih Makassar ini, untuk pertama kalinya itu Persim Maros membuat catatan sejarah merengkuh piala prestisius Habibie Cup. Cristian Carrasco yang berkebangsaan Cile pertama kali tiba di Indonesia pada awal tahun 2002 dan membela Persim Maros selama dua musim (2002-2003). Cristian Carrasco telah menjadi pemain legendaris Persim Maros dan banyak diperbincangkan namanya oleh masyarakat Maros dan Sulawesi Selatan hingga saat ini. Kala itu pada kompetisi musim 2002 Divisi Satu Liga Indonesia, Cristian Carrasco menjadi top skor klub Persim Maros dengan torehan 15 gol meski pertama kali merumput di Liga Indonesia. Di musim selanjutnya 2003, Cristian Carrasco benar-benar menjadi penyerang yang haus gol sebagai pencetak gol terbanyak dengan torehan 25 gol sekaligus mengangkat pamor Persim Maros pada saat itu. Berkat catatan produktivitas golnya tersebut, Cristian Carrasco diboyong klub Persebaya Surabaya pada musim 2004.[31] Asri Akbar memulai karier profesionalnya bersama Persim Maros selama empat musim (2003-2006). Bagi Asri, Persim adalah tempat untuk menimba ilmu.[1] Walau posisinya sebagai gelandang, Asri Akbar tak jarang mencetak gol dengan sepakan kerasnya dari jarak jauh yang mematikan. Seperti pada kompetisi musim 2004 Divisi Satu Liga Indonesia, Asri Akbar menjadi penentu kemenangan Persim Maros 1-0 ketika menjamu Persmin Minahasa dan mencetak gol pembuka saat mengalahkan Persibom Bolaang Mongondow dengan skor 5-1. Sosok galandang pekerja keras ini sering membantu baik penyerangan tim maupun pertahanan tim. Dari sinilah Asri Akbar menunjukkan potensinya hingga mulai dilirik klub Divisi Utama Liga Indonesia dan pada musim 2007, ia direkrut Semen Padang FC. Rezki mampu membuat lini belakang tim semakin kuat. Stopper yang juga bisa bermain sebagai gelandang ini memiliki karakter permainan yang dingin dan tenang.[32] Anton merupakan gelandang bertahan atau pemain jangkar yang memiliki karakter petarung dan pantang menyerah. Anton memiliki kemiripan gaya bermain dengan gelandang enerjik seperti Syamsul Haeruddin.[32] Alfian Habibi memulai karier profesionalnya bersama Persim Maros selama satu musim (2005). Alfian yang kala itu berusia 20 tahun direkrut Persim Maros. Dari situ juga ia dipanggil seleksi Timnas U-20 Indonesia bersama pemain Persim lainnya, Hendra Ridwan. Walau hanya sebatas mengikuti seleksi bersama tim Pra Piala Asia[33] Zulkifli Syukur bergabung tahun 2005 sekaligus memulai karier profesionalnya sebagai pesepakbola bersama Persim Maros selama satu musim (2005) di Divisi Satu Liga Indonesia.[34] Ia didatangkan langsung dari PSM Makassar Junior karena pada saat itu Zulkifli Syukur tak mendapat tempat pada skuat utama PSM Makassar. Maka Persim Maros merekrutnya untuk berlaga di kasta kedua Liga Indonesia. Selama di Persim Maros, Zulkifli Syukur bermain sebanyak 8 pertandingan. Dia dikenal sebagai bek yang tangguh. Di sini kemampuan Zulkifli sudah kelihatan sampai PKT Bontang merekrutnya. Irsyad Aras memulai karier sepak bola profesionalnya bersama Persim Maros selama dua musim (2002-2003). Irsyad Aras direkrut oleh manajemen Persim Maros saat itu karena talentanya tampil gemilang di ajang turnamen sepak bola lokal Habibie Cup tahun 1998. Pelatih Persim Maros, M. Basri sangat antusias atas kedatangan Ardan Aras. Andi Oddang memulai karier sepak bola profesionalnya bersama Persim Maros selama empat musim (1997-2002). Persim Maros pada awal dibelanya berkompetisi Divisi Dua Liga Indonesia. Pada musim 2001, Andi Oddang berhasil mengantar promosi Persim Maros ke Divisi Satu Liga Indonesia. Sosok Andi Oddang bagi sepak bola Maros sangat disegani. Ardan Aras lahir pada 2 Maret 1984 di Polewali Mandar, Sulawesi Barat[35] dan memulai karier profesionalnya sebagai pesepakbola dengan posisi gelandang bertahan di klub Persim Maros selama satu musim (2002). Saat itu, ia masih berusia 18 tahun dan tampil di kompetisi profesional Divisi Satu Liga Indonesia. Sebelumnya, Ardan Aras ikut seleksi ke Persim Maros karena ajakan dari kakaknya Irsyad Aras yang juga membela Persim Maros pada saat itu. Sebelum membela Persim Maros, Ardan Aras pernah bermain untuk klub-klub sepakbola lokal amatir di kampung halamannya di Sulawesi Barat. Dengan keberadaannya di skuat Persim Maros, ia mampu menjaga permainan tim walau Persim Maros saat itu berstatus sebagai tim promosi, namun bisa disegani lawan kuat kala itu seperti Persik Kediri dan PSJS Jakarta Selatan. Persim Maros cukup bersinar pada periode tersebut dan digadang-gadang bakal ada "Derby Sulsel" antara Persim Maros dan PSM Makassar di masa mendatang pada kompetisi Liga Indonesia. Namun hanya setahun kemudian, Ardan Aras pulang dan bergabung dengan klub tanah kelahirannya PS Sandeq Polman. Hendra Ridwan memulai karier profesionalnya sebagai pesepakbola di Persim Maros selama 6 bulan atau setengah musim (2005). Ia didatangkan langsung dari PSM Makassar Junior karena pada saat itu Hendra Ridwan tak mendapat tempat pada skuat utama PSM Makassar. Maka Persim Maros merekrutnya untuk berlaga di kasta kedua Liga Indonesia. Dengan posisi gelandang, kesigapan memutus penyerangan lawan kerap dilakukan. Walau tak lama berkostum Persim, ia telah begitu berkontribusi dalam permainan ciamik Persim Maros di Divisi Satu Liga Indonesia musim 2005. Syamsidar memulai karier profesionalnya bersama Persim Maros selama dua musim (2001-2002). Di Persim Maros, Syamsidar tampil apik dalam menjaga gawang. Tidak sedikit penyelamatan yang dilakukannya dan begitu cekatan dalam menghalau bola yang mengarah ke gawangnya. Kepiawaiannya dalam mengamankan gawang, membuat Syamsidar dipercaya sebagai kiper tim nasional Indonesia U-21 di kejuaraan sepakbola junior ASEAN Piala Hassanal Bolkiah pada tahun 2002. Selain ikut mengantar Indonesia sebagai juara turnamen tersebut, Syamsidar juga meraih predikat sebagai pemain terbaik berkat aksi-aksi penyelamatan yang dilakukannya terhadap gempuran pemain Thailand.[36] Irwansyah Kasim dikenal oleh masyarakat Kabupaten Maros karena prestasinya dalam mengantarkan Persim Maros ke ajang bergengsi Divisi I (Satu) Liga Indonesia tahun 2001. Walau bukan sebagai pemain, tetapi dengan loyalitas sebagai manajer sekaligus wakil ketua umum Persim Maros kala itu membangkitkan atmosfer sepakbola Maros yang sempat hilang sejak kebangkitan era perserikatan. Tak heran jika ia pernah mendapatkan penghargaan sebagai manager Persim Maros atas berhasilnya Persim Maros lolos dari Divisi II ke Divisi I oleh Bupati Maros tahun 2001 dan piagam penghargaan selaku Pembina Olah Raga Teladan oleh Bupati Maros tahun 2002.[30] Top SkorTop Skor Liga
Top Skor Klub
Total Gol Dalam Karier Klub
Suporter KlubPersimania[16] adalah kelompok suporter resmi dari kesebelasan sepakbola Persim Maros yang lahir sejak awal tahun 2000 atau ketika setahun sebelum Persim Maros promosi ke kasta kedua, Divisi Satu Liga Indonesia tahun 2001. Suporter ini mudah dikenali karena selalu menggunakan kostum kebesaran mereka yang bertuliskan Persimania dengan ciri khas warna biru dengan lengan berwarna merah. Markas dan sekretariat Persimania berada di Stadion Merdeka Kassi Kebo, Kabupaten Maros. Selain suporter yang menamakan dirinya Persimania, klub Persim Maros juga didukung oleh suporter yang menamakan dirinya The Butterfly. Suporter The Butterfly ini dominan berada di daerah-daerah pedesaan di Kabupaten Maros dan sekitarnya. Loyalitas kedua kelompok suporter ini sangat tinggi ketika Persim Maros memainkan laga kandang. KostumWarna utama Persim adalah biru, termasuk dalam hal kostum. Untuk kostum kandang, setiap musim Persim menggunakan warna biru. Sedangkan untuk kostum tandang, menggunakan warna yang berbeda. Untuk kostum ketiga menggunakan warna hitam. Pada musim 2016, Persim menggunakan warna merah dengan aksen putih.[37] Kostum dari masa ke masa
SponsorKit apparelPersim Maros Senior
Persim Maros U-21
Persim Maros U-19
Persim Maros U-17
Persim Maros U-15
Persim Maros U-13
Persim Maros Wanita
Sponsor KlubKemunduran KlubPersim Maros adalah klub yang memiliki reputasi sepak bola yang baik di Provinsi Sulawesi Selatan pada periode 2001-2006. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, klub ini mulai ditinggalkan oleh para pemain bintangnya. Hal tersebut dilatarbelakangi dengan tidak lolosnya Persim Maros dari Divisi Satu Liga Indonesia ke Divisi Utama Liga Indonesia pada tahun 2006. Sebelumnya, Persim Maros sempat digembar-gemborkan akan lolos dan diprediksikan akan memunculkan Derby Sulawesi Selatan untuk menemani PSM Makassar yang sudah lama malang melintang di Divisi Utama Liga Indonesia. Kekecewaan publik Maros menjadi nyata ketika Persim Maros hanya menempati urutan ketiga pada tabel klasemen akhir dan kalah bersaing dengan Perseman Manokwari dan Persma Manado yang masing-masing menempati peringkat pertama dan kedua. Perseman Manokwari dan Persma Manado berhak melaju ke babak 18 besar Divisi Satu Liga Indonesia sekaligus mendapatkan tiket promosi ke Divisi Utama Liga Indonesia. Sebelumnya, Persim Maros bersaing ketat hingga kompetisi selesai dengan Perseman Manokwari, Persma Manado, dan Persekaba Badung untuk merebut dua tiket promosi ke Divisi Utama Liga Indonesia tahun 2007. Dalam pertandingan terakhir kompetisi Divisi Satu Liga Indonesia, Persim Maros memiliki peluang untuk lolos dengan catatan harus mengalahkan Mitra Kutai Kartanegara di Stadion Merdeka Kassi Kebo dan Persma Manado harus kalah dari Persidafon Dafonsoro di Papua atau apapun hasil pertandingan Persidafon Dafonsoro vs Persma Manado, Persim Maros masih berpeluang lolos jika pertandingan Perseman Manokwari vs Persekaba Badung berakhir seri dan Persim Maros bisa mengalahkan Mitra Kutai Kartanegara. Namun hal tersebut tidak terjadi dan tidak sesuai harapan Persim Maros untuk melaju ke babak berikutnya sekaligus promosi ke Divisi Utama Liga Indonesia tahun 2007. Pasalnya, meskipun Persim Maros menang telak 4-1 melawan Mitra Kutai Kartanegara, akan tetapi pada pertandingan lain Perseman Manokwari sukses mengalahkan Persekaba Badung dengan skor tipis 1-0 dan Persma Manado sukses memetik satu poin di kandang Persidafon Dafonsoro setelah bermain imbang 0-0. Dengan hasil-hasil pertandingan tersebut, Persim Maros gagal promosi ke Divisi Utama Liga Indonesia tahun 2007. Ironis memang harus menunggu hasil dari pertandingan tim lain yang sarat dengan permainan politik atur skor pada saat itu. Sejak saat itulah akibat kefrustasian para pemain, satu demi satu pemain pun hengkang, disusul pelatih yang menambah derita kemunduran tim yang merupakan tim kebanggaan masyarakat Kabupaten Maros. Sebelumnya Persim Maros digadang-gadang bakal menemani PSM Makassar di kasta teratas Liga Indonesia. Setelah beberapa kali hampir naik kasta teratas dan selalu gagal, akhirnya sponsor utamanya Bosowa Semen keluar dari Persim Maros dan lebih lanjut Pemerintah Kabupaten Maros tidak bisa membiayai Persim Maros karena keluarnya Peraturan Menteri Dalam Negeri mengenai klub tidak boleh dibiayai lagi oleh APBD. Keluarnya Bosowa Semen buntut dari kekecewaan terhadap kompetisi divisi satu saat itu kasta kedua Liga Indonesia. Karena menganggap Persim Maros dicurangi dan di halang-halangi untuk bisa promosi ke kasta teratas. Sejak saat itulah klub Persim Maros mundur dari keanggotaan PSSI dari Divisi Satu Liga Indonesia dalam rentang tahun 2007-2012. Tahun 2013, Persim Maros kembali bergabung di PSSI dan berhak berkompetisi dengan mulai bermain di liga tingkat paling bawah, yaitu Divisi Tiga Liga Indonesia. Pembinaan dan sekolah sepak bolaDalam memunculkan bakat-bakat muda yang berpeluang memperkuat Persim Maros ke depan, maka banyak ajang turnamen sepak bola yang diadakan secara rutin dalam lingkup wilayah Kabupaten Maros seperti:
Saat ini Persim Maros telah memiliki wadah pendidikan dan pembinaan sepak bola untuk direkrut menjadi pemain sepak bola yang handal dari:
Lihat pulaPranala luar
Referensi
|