Soesilo Soedarman
Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Soesilo Soedarman (EYD: Susilo Sudarman) (10 November 1928 – 18 Desember 1997) adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan pada Kabinet Pembangunan VI (1993—1998) dan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi pada Kabinet Pembangunan V (1988—1993). Soesilo Soedarman juga pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Amerika Serikat yang berkedudukan di Washington DC dari 18 Februari 1986 hingga 11 April 1988. Ia juga menjadi Anggota MPR RI mewakili Golongan Karya untuk daerah pemilihan Sumatera Utara hingga akhir hayatnya.[1] Riwayat HidupKehidupan AwalSoesilo lahir sebagai anak kedua dari sebelas bersaudara pada 10 November 1928 di Maos, Cilacap dengan nama Soemarlan. Pada saat ia disapih, ia lalu dirawat oleh sang kakek yang lalu mengganti namanya dengan Soesilo. Kakek Soesilo adalah seorang juragan tanah (landlord) yang kaya. Maka dari itu saat kelahirannya, ia lalu mendapatkan beberapa hadiah dari sang kakek berupa tanah seluas 100 bau dan uang sejumlah 10 ribu gulden. Hadiah ini diberikan tak lain dan tak bukan bertujuan agar Soesilo kelak akhirnya dapat bersekolah menjadi seorang dokter. Kakek Soesilo sendiri memiliki dokter pribadi bernama Dokter Katung, di mana sang kakek kagum pada sosok dokter ini dan menginginkan sang cucu kelak juga bisa menjadi dokter. Namun, pada saat masa pendudukan Jepang, kakeknya ini terkena peraturan reformasi tanah (landreform), di mana akhirnya kakek Soesilo jatuh miskin. Masa kecil Soesilo Soedarman diwarnai dengan kegemarannya menggembalakan kerbau milik kakeknya bersama beberapa teman sebayanya. Ia juga suka menangkapi belut di sawah dan membakarnya. Selain itu, Soesilo kecil sangat gemar akan wayang, di mana ia sering menonton pertunjukan wayang semalam suntuk dan mengagumi tokoh Bima dan Hanoman. Dia juga sering bermain dalang sendiri dengan wayang-wayang, suara gamelan dari mulut dan diterangi lampu petromaks. Kegemaran akan wayang ini melekat sepanjang hidupnya. Pada masa kecilnya ini pula, karena lebih sering diasuh oleh kakeknya maka Soesilo memanggil kakeknya dengan sebutan Bapak sedangkan ayahnya sendiri dipanggil dengan sebutan kangmas (kakak). Hal ini lalu disadarinya saat Soesilo akan dikhitan, ia baru menyadari saat itu bahwa yang ia panggil kangmas adalah ayahnya sendiri.[2] Nama Soesilo SoedarmanDari saat pengasuhan kakeknya tersebut, namanya hanya Soesilo saja. Hingga saat Soesilo menjadi duta besar di Amerika Serikat ada yang menanyakan nama keluarga Soesilo. Soesilo menjawab bahwa namanya hanyalah satu kata tersebut. Namun si penanya berkata "Kamu harusnya mempunyai nama lain" dan Soesilo lalu memberikan nama Soedarman yang merupakan nama ayahnya (Soedarman Wiryosoedarmo). Pada kesempatan berikutnya, Soesilo lalu dipanggil dengan nama Mr. Soedarman.[2] Karier MiliterSetelah lulus dari Sekolah Menengah Tinggi di Yogyakarta, ia lalu melanjutkan pendidikannya ke Militer Akademi (MA), melenceng dari keinginan kakeknya yang menginginkannya menjadi dokter. Di Militer Akademi (MA) ia adalah rekan satu angkatan dari Subroto (mantan Menteri Pertambangan dan Energi) dan Sayidiman Suryohadiprojo (mantan Duta Besar Indonesia untuk Jepang). Lulus dari akademi, ia dilantik menjadi Letnan Dua pada 28 November 1948.[3] Beberapa tokoh pernah berada dalam pelatihannya adalah Mudjono, S.H. dan Soedharmono (mantan Wakil Presiden). Dalam mobilisasi pelajar pada era perang kemerdekaan (1947), ia bertugas untuk melatih para siswa tingkat SMP dan SMA saat pasukan Belanda telah mencapai Gombong. Pada tahun 1966, Soesilo tergabung ke dalam tim yang hendak menggabungkan 4 akademi perwira ABRI menjadi Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).[3] Soesilo kemudian ditugaskan menjadi atase pertahanan di Amerika Serikat pada tahun 1970-1973. Ia ditempatkan sebagai Kepala G3/Personalia Hankam dari 1973 hingga 1975. Soesilo kembali ke Akabri sebagai komandan jenderal pada tahun 1978-1980.[3] Sebagai tentara pula, ia pernah menjabat sebagai Panglima Komando Wilayah Pertahanan (Pangkowilhan) Sumatra dan Kalimantan Barat pada periode 1980–1985.[2] Kehidupan pribadiPernikahan dan anakIa menikah dengan Widaningsri Putri dari Mayjen TNI Muhammad Mangundiprojo dan Adik Letjen TNI Himawan Soetanto, seorang gadis yang dikenalnya saat masih menjadi taruna Militer Akademi (MA). Pernikahan tersebut berlangsung di Ponorogo, pada 15 April 1951. Pernikahan ini dikaruniai 5 anak, 1 wanita dan 4 laki-laki.[2] Meninggal duniaSoesilo Soedarman meninggal dunia pada tanggal 18 Desember 1997 dalam usia 69 tahun di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Jenazah Soesilo Soedarman dimakamkan di TMP Kalibata, Bertindak inspektur upacara Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Wiranto. PeninggalanMuseum Soesilo SoedarmanMuseum Soesilo Soedarman terletak di desa Gentasari, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Museum ini diresmikan pada 24 Maret 2000.[4] Namanya juga diabadikan sebagai Gelanggang Olah Raga (GOR) di kompleks Universitas Jenderal Soedirman .[5] Tanda Kehormatan[6]
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Soesilo Soedarman.
Referensi
|