Tai Di
Tai Di atau Taidi adalah Dewa Maha Kuasa (Hanzi=太帝;sederhana=太帝; Hanyu pinyin=tài dì) adalah sebuah konsep dalam mitologi dan agama tradisional China. Tai Di merujuk pada pemimpin panteon dewata China dan makhluk suci lainnya, yang mana menurut istilah mandarin disebut sebagai Birokrasi Surga. Namun, "Tai Di" secara umum tidak dipandang sebagai sesosok pribadi yang memiliki pelbagai karakteristik tertentu, tetapi lebih condong diidentifikasikan sebagai Dewata lain oleh masyarakat yang berbeda serta pada masa yang berbeda pula. Biasanya Tai Di diidentifikasikan dengan Kaisar Giok (Yu Di), Yu Agung (huruf Yu pada Yu Agung berbeda dengan Yu pada Kaisar Giok), Tian Di (Dewa Surga), dan dengan Shangdi. (Yang, 2005: 286) Konsep Tuhan Maha Kuasa dan manifestasinya secara historis dalam hubungannya dengan mitologi dan agama tradisional di China merupakan sebuah subyek penelitian yang penting.[1] EtimologiTaidi (bahasa Tionghoa: 太帝; Pinyin: Tài dì) memiliki arti "Kaisar Agung", "Dewa Agung", "Roh Agung", atau "Kekuatan Agung". Aksara pertama (太) tài memiliki arti "agung", "besar", "primordial", "yang paling"; aksara kedua 帝, Dì merupakan aksara yang juga digunakan dalam gelar Huangdi (Kaisar Kuning) yang pertama kali membentuk peradaban Tiongkok. Gelar huangdi selanjutnya digunakan sebagai sebutan bagi kaisar Tiongkok dan biasanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai "emperor".[1] Pimimpin para dewaDalam panteon para makluk suci menurut kepercayaan tradisional Tiongkok, semua dewa memiliki peran dan jabatan masing-masing. Mereka berkewajiban untuk memberikan laporan mereka kepada Kaisar Giok serta memiliki tugas yang mempengaruhi alam fisik, seperti cuaca, api, kelaparan atau epidemik, berdasarkan perintah Kaisar Giok yang menjalankan tugasnya sesuai aliran Tao.[1] Kekuatan para dewa membuktikan bahwa mereka merupakan wakil dari aspek-aspek tertentu dari Tao (hukum final alam semesta). Kekuatan harus diamalkan dengan bertanggung jawab karena dapat mengganggu keseimbangan dunia. Tao akan menyeimbangkan dirinya sendiri jika ada usikan terhadap keseimbangan alam, dan proses tersebut mungkin dapat mengganggu keseimbangan dunia. Banyak manusia abadi dan leluhur yang dimuliakan masuk ke dalam panteon ini. Setiap orang dapat mencapai kedewaan setelah kematiannya jika selama hidupnya melakukan tindakan kebajikan yang sangat banyak. Dalam hal ini, contoh yang umum adalah Guan Yu dan Confucius. Para makluk suci juga dapat mengundurkan diri dari jabatan mereka. Dalam Taoisme, terdapat kekuatan spiritual yang lebih tinggi daripada panteon ini, seperti Tai Shang Lao Jun dan tiga guru suci Tao. Lihat Pula
Referensi
|