Buddhisme HanInstitusi Buddhisme Han
Buddhisme Han (Hanzi: 汉传佛教; Pinyin: Hànchuán Fójiào), juga dikenal sebagai Buddhisme Tionghoa dan Buddhisme Cina, adalah bentuk aliran Buddha Mahayana versi orang-orang Tionghoa yang mengacu pada Tripitaka Tionghoa[1] serta beberapa tradisi Tionghoa. Buddhisme Han berfokus pada mempelajari sutra dan kitab-kitab Mahāyāna, dan mendasarkan ajaran-ajarann utamanya dari sumber-sumber ini. Beberapa teks suci terpenting dalam Buddhisme Tionghoa meliputi: Sutra Teratai, Sutra Ornamen Bunga, Sutra Vimalakirtī, Sutra Nirwana, dan Sutra Amitābha.[2][3] Buddhisme Tiongkok adalah agama terbesar yang dilembagakan di daratan Tiongkok.[4] Saat ini, diperkirakan terdapat 185 hingga 250 juta umat Buddhisme Han di Republik Rakyat Tiongkok.[4] Ini juga merupakan agama besar di Taiwan, Singapura, dan Malaysia, serta di kalangan Diaspora Tionghoa.[2] Agama Buddha pertama kali masuk ke Tiongkok pada masa Dinasti Han (206 SM – 220 M). Agama ini dipromosikan oleh banyak kaisar, terutama pada masa Dinasti Tang (618–907), yang membantu penyebarannya ke seluruh negeri.[5] Penerjemahan sejumlah besar kitab Buddha dari India ke dalam bahasa Tionghoa dan dimasukkannya terjemahan-terjemahan ini (bersama dengan karya-karya Taoisme dan Konfusianisme) ke dalam Tripitaka Tionghoa mempunyai implikasi yang luas terhadap penyebaran agama Buddha di seluruh lingkup budaya Asia Timur, termasuk Korea, Jepang, dan Vietnam. Buddhisme Han juga mengembangkan berbagai tradisi pemikiran dan praktik Buddhis yang unik, termasuk Buddhisme Tiantai, Huayan, Chan, dan Buddhisme Tanah Suci. Sejak awal berdirinya, Buddhisme Han telah dipengaruhi tidak hanya oleh filsafat asli Tionghoa, khususnya Konfusianisme dan Taoisme, tetapi juga oleh berbagai kepercayaan tradisional Tionghoa. Referensi
|