The Man in the Moone
The Man in the Moone: or, A Discourse of a Voyage Thither by Domingo Gonsales adalah buku karya pendeta dan uskup Gereja Inggris, Francis Godwin, yang mendeskripsikan "perjalanan penemuan utopis".[1] Sejak lama dipandang sebagai salah satu karya awal Godwin, buku ini sekarang secara umum diperkirakan telah ditulis pada akhir tahun 1620‑an. Buku ini pertama kali terbit secara anumerta pada tahun 1638 atas nama samaran Domingo Gonsales. Karya ini dikenal atas perannya dalam bidang yang disebut-sebut "astronomi baru", cabang astronomi yang terutama dipengaruhi oleh Nicolaus Copernicus. Meskipun Copernicus merupakan satu-satunya astronom yang disebutkan Godwin secara langsung, buku ini juga meminjam teori Johannes Kepler dan William Gilbert. Teori astronomis Godwin amat dipengaruhi oleh Sidereus Nuncius (1610) karya Galileo Galilei. Namun, lain dari Galileo, Godwin mengajukan bahwa kawah-kawah di Bulan adalah lautan, salah satu dari banyak paralel buku ini dengan Somnium sive opus posthumum de astronomia lunari tahun 1634 karya Kepler. Kisah ini ditulis sebagai narasi orang pertama dari sudut pandang Domingo Gonsales, sang pengarang fiktif dari bukunya. Dalam pernyataan pembuka, penerjemah fiktif bukunya, "E. M.", menjanjikan "esai Fantasi, dengan Invensi yang ditunjukkan berdasarkan Konsiderasi" kepada para pembaca. Beberapa kritikus memandang The Man in the Moone, bersama dengan Somnium milik Kepler, sebagai salah satu karya pertama fiksi ilmiah. Buku ini terkenal pada abad ke‑17, dan bahkan mengilhami parodi karya Cyrano de Bergerac dan Aphra Behn, tetapi terlalaikan dalam sejarah kritis. Kajian-kajian terkini berpusat pada teori bahasa Godwin, mekanika perjalanan lunar, dan keyakinan keagamaan serta simpatinya yang tampak melalui bukunya. Ringkasan alurDomingo Gonsales adalah warga negara Spanyol yang terpaksa melarikan diri ke Hindia Timur setelah membunuh seorang pria dalam perang tanding. Di sana, keadaan Gosnales meningkat pesat dengan perdagangan perhiasan, dan ia memutuskan untuk kembali ke Spanyol setelah mendapat kekayaan yang cukup. Selama perjalanan pulang, ia sakit parah, sehingga ia dan seorang budak negro bernama Diego ditempatkan di pesisir St Helena, pulau terpecil yang terkenal atas udara "sedang yang menyehatkan". Kelangkaan sumber pangan memaksa Gonsales dan Diego tinggal terpisah beberapa mil, tetapi Gonsales memperalatkan beragam sistem untuk membolehkan mereka berkomunikasi.[a] Pada akhirnya, ia bergantung pada suatu spesies burung yang digambarkan sebagai sejenis angsa liar, seekor gansa, untuk membawa pesan dan persediaan makanan antara dirinya dan Diego. Gonsales lambat laun menyadari bahwa burung-burung tersebut dapat memikul beban yang substansial, dan ia memutuskan untuk mengonstruksikan suatu peranti yang memelana sejumlah gansa sehingga mereka dapat mendukung beban seorang pria, membolehkan Gonsales berpindah tempat di pulau dengan lebih nyaman. Menyusul uji coba penerbangan yang berhasil, ia bertekad untuk melanjutkan perjalanannya pulang, berharap ia akan "mengisi dunia dengan Kenamaan Keagungan dan Kemasyhuran". Namun, dalam perjalanan pulang ditemani burung-burung dan alatnya, perahu Gonsales diserang oleh armada Inggris dari pesisir Tenerife dan ia terpaksa kabur ke udara.[b] Setelah menetap beberapa waktu di Tenerife, Gonsales kembali terpaksa mengudara akibat penduduk asli yang liar mulai mendekat. Namun, alih-alih terbang menuju tempat yang aman di antara penduduk Spanyol di pulau, gansa-gansa Gonsales terbang kian tinggi. Pada hari pertama penerbangannya, Gonsales berpapasan dengan "ilusi 'Setan dan Roh Terkutuk'" berbentuk pria dan wanita, yang beberapa di antaranya dapat berbicara dengan Gonsales. Mereka memberikan persediaan makan dan minum untuk perjalanan Gonsales serta menjanjikannya akan mendarat dengan aman di Spanyol jika ia bergabung bersama "Persaudaraan" mereka, dan "memasuki Kovenan sebagaimana mereka berjanji kepada Kapten dan Master mereka, yang tidak mereka sebutkan namanya". Gonsales menolak bujukan mereka, dan setelah dua belas hari dalam perjalanan ia mencapai Bulan. Mendadak lapar, ia membuka persediaan makanan yang diberikan selama perjalanan, tetapi ia hanya menemukan daun kering, bulu kambing, dan kotoran hewan, anggur yang ia bawa pun "berbau seperti kencing Kuda". Ia segera ditemukan oleh para penduduk Bulan, orang-orang Lunar, yang ia dapati tampak seperti orang-orang Kristen berbadan tinggi menikmati hidup yang bahagia nan lalai dalam firdaus pastoral.[c] Gonsales menemukan bahwa keteraturan dipertahankan dalam keadaan yang terlihat utopis ini dengan cara menukar anak-anak nakal dengan anak-anak dari Bumi.[d] Para Lunar menuturkan bahasa yang "lebih banyak berisi nada dan bunyi ganjil daripada kata-kata dan huruf", yang Gonsales mulai lancar tuturkan selepas beberapa bulan. Kira-kira enam bulan setelah kedatangannya, Gonsales mulai merisaukan kondisi para gansa, sebab tiga di antaranya telah mati. Khawatir ia tidak akan bisa kembali ke Bumi dan melihat anak-anaknya lagi apabila ia terus menunda, ia memutuskan untuk meninggalkan para tuan rumah, sambil membawa hadiah batuan berharga dari sang penguasa Bulan, Irdonozur. Bebatuan tersebut terdiri atas tiga jenis: Poleastis, yang dapat menyimpan dan memancarkan panas; Macbrus, yang memancarkan cahaya terang; dan Ebelus, yang ketika salah satu sisinya tertutup kulit akan menghilangkan beban si pemegang sama sekali, atau mengurangi setengah bebannya jika sisi yang lain tersentuh. Gonsales memelana gansa-gansanya kepada alat ciptaannya dan meninggalkan Bulan pada tanggal 29 Maret 1601. Ia mendarat di Tiongkok sekitar sembilan hari kemudian, tanpa kembali berpapasan dengan pria dan wanita yang ia temui saat berangkat. Ia mencegah burung-burungnya terjun jatuh dengan bantuan Ebelus, yang mengurangi beban Gonsales.[e] Ia segara tertangkap dan dibawa ke hadapan mandarin setempat karena dituduh sebagai seorang penyihir. Akibatnya, ia ditahan di istana sang mandarin. Ia belajar menuturkan dialek bahasa Tionghoa setempat, dan setelah beberapa bulan tertahan, ia kembali dihadapkan dengan sang mandarin untuk berkisah mengenai dirinya dan kedatangannya di Tiongkok, yang berhasil meyakinkan sang mandarin. Gonsales mendengar tentang sekelompok Yesuit, dan diperbolehkan mengunjungi mereka.[f] Ia menuliskan kisah petualangan yang ia jalani, dan para Yesuit berenacana akan mengirim kisahnya kembali ke Spanyol. Ceritanya berakhir dengan hasrat mendalam Gonsales bahwa ia suatu saat akan diizinkan pulang ke Spanyol, dan bahwa "dengan mengayakan negara[nya] dengan pengetahuan mengenai misteri tersembunyi ini, [ia] setidaknya dapat menuai keagungan kemalangan[nya] yang beruntung". Latar belakang dan konteksGodwin, putra Thomas Godwin, Uskup Bath dan Wells, terpilih menjadi pelajar di Christ Church, Oxford, pada tahun 1578, dan ia menerima gelar sarjana bidang keilmuan pada tahun 1581 dan magister pada 1584; setelah bergabung bersama gereja, ia menerima gelar sarjana pada tahun 1594 dan doktor pada 1596 dalam jurusan keagamaan. Ia memperoleh kenamaan, bahkan di kancah internasional, pada tahun 1601 dengan menerbitkan Catalouge of the Bishops of England Since the First Planting of the Christian Religion in This Island, yang membolehkannya lekas menaiki hierarki gereja. Selama hidup, Godwin dikenal sebagai seorang sejarawan.[7] Kemajuan ilmiah dan spekulasi lunarBuku Godwin terbit pada saat Bulan dan fenomena luar angkasa sedang banyak diminati. Pada waktu itu pula tercipta berbagai perkembangan penting dalam pengamatan langit, matematika, dan mekanika. Terutama pengaruh dari Nicolaus Copernicus memicu timbulnya sebuah bidang bernama "astronomi baru"; Copernicus merupakan satu-satunya astronom yang Godwin sebutkan secara langsung, tetapi tampak pula teori Johannes Kepler dan William Gilbert.[8] Pamflet Sidereus Nuncius tahun 1610 karya Galileo Galilei banyak berpengaruh terhadap teori astronomis Godwin, meskipun (lain dari Galileo) Godwin mengemukakan bahwa kawah-kawah di Bulan merupakan lautan, salah satu dari banyak kemiripan The Man in the Moone dengan Somnium sive opus psthumum de astronomia lunaris tahun 1634 karya Kepler.[9] Spekulasi mengenai penghunian Bulan bukanlah hal baru dalam pemikiran Barat, tetapi dugaan-dugaan serupa menghebat selama abad ke‑17 awal: terjemahan tahun 1603 Philemon Holland dari Moralia karya Plutarkhos memperkenalkan spekulasi Yunani-Romawi kepada orang-orang Inggris, dan para penyair layaknya Edmund Spenser mengajukan bahwa dunia lain, termasuk Bulan, dapat dihuni. Spekulasi serupa juga terpicu oleh pandangan geografis akan dunia yang tengah meluas.[10] Tahun 1630‑an meyaksikan penerbitan terjemahan Vera Historia (1634) karya Lukianos, berisikan dua penuturan perjalanan ke Bulan, dan edisi baru Orlando Furioso karya Ariosto, yang turut menampilkan kenaikan ke Bulan. Dalam kedua buku, Bulan diceritakan berpenghuni, dan tema ini kemudian diberikan kepentingan keagamaan yang tersurat oleh penulis seperti John Donne, yang dalam Ignatius His Conclave (1611) menyatirkan suatu "gereja lunatik" di Bulan yang didirikan oleh Lucifer dan para Yesuit. Spekulasi lunar mencapai puncaknya pada akhir dasawarsa, dengan publikasi The Man in the Moone (1638) oleh Godwin dan The Discovery of a World in the Moone (juga 1638) karya John Wilkins.[11] Bukti penanggalanSebelum Grant McColley, sejarawan sastra bahasa Inggris Modern awal, menerbitkan makalahnya mengenai penanggalan buku ini pada tahun 1937, umum dianggap bahwa Godwin menulis The Man in the Moone relatif pada awal hidupnya – mungkin selama masanya di Christ Church pada tahun 1578 sampai dengan 1584, atau selambat-lambatnya 1603. Namun, McColley mengajukan tanggal yang jauh lebih akhir, yakni tahun 1627 atau 1628, berdasarkan pembuktian internal dan biografis.[12] Sejumlah gagasan mengenai sifat fisik Bumi dan Bulan, termasuk klaim tentang "sifat rahasia yang beroperasi layaknya batuan magnet menarik besi", belum lazim diketahui hingga tahun 1620.[13] Dan Godwin tampak meminjam konsep menggunakan sekelompok burung yang kuat dan terlatih untuk menerbangkan Gonsales ke Bulan dari Sylva sylvarum karya Francis Bacon yang terbit pada tahun 1626. Seluruh pembuktian ini mendukung penanggalan McColley antara "tahun 1626–1629, dengan kemungkinan tahun komposisi 1627–1628",[14] yang kini umumnya diterima.[15] William Poole, editor edisi 2009 The Man in the Moone, menuliskan dalam bagian pengantar pembuktian tambahan untuk penanggalan yang lebih akhir. Ia mengemukakan bahwa Godwin kemungkinan besar mengetahui misi Yesuit di Tiongkok (didirikan tahun 1601) dari edisi 1625 Purchas His Pilgrimage karya Samuel Purchas. Buku tersebut berisi redaksi dari De Christiana expeditione apud Sinas suscepta ab Societate Jesu (1615) karya Nicolas Trigault, yang sendirinya merupakan redaksi dari manuskrip imam Yesuit Matteo Ricci.[16] Poole juga menyadari pengaruh Robert Burton, yang berspekulasi mengenai pemerolehan pengetahuan astronomis melalui observasi teleskopik (mengutip Galileo) atau dari perjalanan luar angkasa (Lukianos) dalam jilid kedua The Anatomy of Melancholy. Terbit untuk pertama kali pada tahun 1621, edisi 1628 Anatomy merupakan bagian mengenai periode keplanetan, yang mencatat periode Mars ialah tiga tahun – jika Godwin menggunakan perhitungan dalam De Magnete (1600) milik Gilbert, ia akan mendapati periode Mars sepanjang dua tahun.[17] Terakhir, Poole menunjuk kepada apa yang ia sebut "piutang genetik": sementara beberapa detail, contohnya periode Mars, bisa diambil dari beberapa sumber lain, tidak ada penulis selain Burton dan Godwin yang menggabungkan minat terhadap kehidupan alien dengan anak-anak hijau dari Woolpit, dari penuturan abad ke‑12 tentang dua anak hijau misterius yang ditemukan di Suffolk.[18] Poole memandang referensi tersebut sebagai bukti yang kuat mengenai kebergantungan Godwin kepada Burton.[19] Salah satu "utang intelektual utama" Godwin ialah kepada De Magnete karya Gilbert,[20] yang berisi argumen bahwa Bumi bersifat magnetis, walaupun ia mungkin telah menggunakan catatan derivatif oleh Mark Ridley ataupun sebuah buku ajar geografi karya Nathanael Carpenter.[21] Kurang memungkinkan bagi Godwin untuk menghimpun pembuktian pribadi untuk mengisahkan peristiwa-peristiwa dalam bukunya (seperti detail perjalanan pulang Gonsales dari Timur, terutama deskripsi Saint Helena dan signifikansinya sebagai tempat istirahat pelaut yang sakit), dan lebih mungkin bahwa ia bergantung pada petualangan perjalanan dan buku-buku lain.[15] Ia menggunakan De Christiana expeditione apud Sinas karya Trigault, yang didasarkan dari manuskrip karya Matteo Ricci, pendiri misi Yesuit di Beijing pada tahun 1601, untuk memperoleh informasi mengenai misi tersebut.[22] Perincian seputar perjalanan laut dan Saint Helena mungkin berasal dari kisah Thomas Cavendish, tersedia dalam Principal Navigations (1598–1600) karya Richard Hakluyt dan Purchas His Pilgrimage, pertama terbit tahun 1613.[23] Informasi mengenai Pemberontakan Belanda, latar sejarah untuk bagian awal karier Gonsales, mungkin berasal dari tawarikh Emanuel van Meteren, seorang sejarawan Belanda yang bekerja di London.[24] Edisi bahasa Inggris dan terjemahanMcColley hanya mengetahui satu salinan edisi pertama yang bertahan, tersimpan di Museum Britania (kini Perpustakaan Britania C.56.c.2),[25] yang merupakan landasan bagi edisi 1937 The Man in the Moone dan Nuncius Inanimatus, yang dikritik oleh kritikus sastra Kathleen Tillotson karena kekurangan ketelitian dan konsistensi tekstual.[26] Tinjauan H. W. Lawton yang terbit enam tahun lebih awal menyebutkan salinan kedua di Perpustakaan Nasional Prancis, V.20973 (kini RES P- V- 752 (6)), suatu kekurangan yang juga tercatat Tillotson.[27] Untuk teks edisi 2009 The Man in the Moone, William Poole membandingkan salinan di Perpustakaan Bodleian Oxford (Ashm. 940(1)) dengan yang terdapat di Perpustakaan Britania.[28] Pencetak edisi perdana The Man in the Moon teridentifikasi dalam halaman judul atas nama John Norton, dan bukunya dijual oleh Joshua Kirton dan Thomas Warren.[29] Edisi pertama juga menyertakan epistel yang memperkenalkan karyanya dan diatribusikan kepada "E. M.", yang terindentifikasi melalui Stationers' Register sebagai Edward Mahon sang penerjemah fiktif The Man in the Moone dari bahasa Spanyol.[30] Poole berspekulasi bahwa Edward Mahon mungkin adalah Thomas atau Morgan Godwin, dua putra sang uskup yang telah bekerja sama dengan ayahnya dalam telegrafi,[29] tetapi menambahkan bahwa putra ketiga Godwin, Paul, mungkin juga terlibat. Revisi parsial menuskripnya (paruh pertama berisi tanggal menurut kalender Gregorius, paruh kedua masih mengikuti kalender Julius yang usang) mengindikasikan keberadaan sebuah manuskrip yang tidak terselesaikan, yang mungkin Paul peroleh setelah kematian ayahnya dan ia teruskan kepada bekas koleganya, Joshua Kirton: Paul Godwin dan Kirton dicantrik oleh pencetak yang sama, John Bill, dan mereka bekerja di sana selama tujuh tahun. Paul mungkin mengikuti hoaks "E. M." tanpa sadar, dan/atau bertanggung jawab atas revisi parsial terhadap manuskripnya.[31] Nuncius Inanimatus (dalam bahasa Inggris dan Latin; pertama terbit tahun 1629) karya Godwin ditambahkan kepada edisi kedua The Man in the Moone. Edisi ketiga terbit pada tahun 1768; teksnya dipersingkat, dan sebuah deskripsi mengenai St Helena (oleh pencetak Nathaniel Crouch[32]) dipergunakan sebagai pengantar.[33] Terjemahan bahasa Prancis oleh Jean Baudoin, L'Homme dans la Lune, terbit pada tahun 1648, dan dipublikasikan kembali sebanyak empat kali.[g] Versi bahasa Prancis tersebut memotong seksi narasi teks aslinya mengenai kekristenan Bulan,[35] demikian pula terjemahan-terjemahan lain yang mengambil versi Baudoin sebagai landasan,[36] termasuk terjemahan bahasa Jerman yang salah diatribusikan kepada Hans Jakob Christoffel von Grimmelshausen, Der fliegende Warndersmann nach dem Mond, 1659.[h] Johan van Brosterhuysen menerjemahkan buku ini menuju bahasa Belanda,[39] dan salah satu terjemahan bahasa Belanda – mungkin milik van Brosterhuysen, meski atribusinya samar[40] – telah dipublikasikan kembali antara tahun 1645 dan 1718. Edisi kedua tahun 1651 dan seterusnya menyertakan kelanjutan cerita Gonsales yang tidak diketahui siapa pengarangnya.[41][i] Menyusul edisi 1937 McColley, telah terbit beberapa cetakan ulang dan edisi kritis modern. The Man in the Moone: A Story of Space Travel in the Early 17th Century terbit di Hereford pada tahun 1959 dengan prakata pendek dan potret Godwin. Dalam antologi Short Fiction of the Seventeenth Century suntingan Charles C. Mish tahun 1963, kisah Godwin diterbitkan dengan teks modern, sebuah pilihan yang H. Neville Davies nilai "eksentrik".[43] Pada tahun 1971, Scolar Press menerbitkan cetakan faksimile,[44] dan cerita ini muncul dalam kumpulan fantasi lunar terbitan Praeger yang disunting oleh Faith K. Pizor dan T. Allan Comp.[45] Edisi McColley dicetak ulang oleh Logaston Press pada tahun 1996 dengan pengantar A. Johnson dan R. Shoesmith,[44] sementara edisi William Poole terbit pada tahun 2009 melalui Broadview Press.[46] Francis Godwins 'The Man in the Moone': Die Entdeckung des Romans als Medium der Auseinandersetzung mit Zeitproblemen, monografi Anke Janssen mengenai buku ini, diterbitkan Peter Lang pada tahun 1981.[47] TemaAgamaKisah The Man in the Moone berlatar pada kekuasaan Ratu Elizabeth I, periode yang ditandai dengan konflik keagamaan di Inggris. Tidak hanya timbul ancaman resurgensi Katolik, tetapi juga terdapat persengketaan dalam Gereja Protestan. Ketika Gonsales pertama kali bertemu dengan para Lunar, ia berseru, "Jesu Maria", dan para Lunar pun bersimpuh, tetapi walaupun mereka menakzimkan nama Yesus, mereka tidak mengenali nama Maria, yang menyiratkan bahwa mereka adalah penganut Protestan alih-alih Katolik;[48] Poole sependapat: "Kurangnya reaksi mereka terhadap nama Maria mengajukan bahwa mereka belum terjerumus ke dalam kesesatan Gereja Katolik, meskipun juga terdapat lembaga-lembaga yang tampak Katolik di Bulan."[35] Semenjak tahun 1580‑an, saat Godwin masih berkuliah di Universitas Oxford, berbagai publikasi yang mengkritik Gereja Inggris luas diedarkan, hingga pada tahun 1586 ketika diperkenalkan penyensoran, mengakibatkan kontroversi Martin Marprelate. Martin Marprelate merupakan nama yang digunakan oleh pengarang awanama dari karya-karya ilegal yang menyerang Gereja Inggris, terbit antara tahun 1588 dan 1589. Sejumlah komentator, termasuk Grant McColley, telah mengemukakan bahwa Godwin menolak keras pelaksanaan penyensoran, terungkapkan dalam pengharapan Gonsales agar publikasi kisahnya tidak tampak "berprasangka terhadap keimanan Katolik". John Clark mengajukan bahwa kontroversi Martin Marprelate mungkin telah mengilhami Godwin untuk menamai Tuhan para Lunar "Martin", tetapi sebagai uskup Gereja Inggris kurang memungkinkan baginya untuk bersimpati terhadap kedudukan Martin Marprelate.[49] Para kritikus tidak seia mengenai denominasi pasti dari para Lunar. Bertolak belakang dengan Clark serta Poole, David Cressy menyatakan bahwa para Lunar yang bersimpuh saat mendengar seruan Gonsales (ritual serupa juga terjadi di istana Irdonozur) merupakan bukti sebuah "bentuk agama yang cukup mekanis (sebagaimana angkatan Protestan Godwin menghakimi Kekatolikan Romawi)".[50] Pada saat The Man in the Moone diterbitkan, diskusi mengenai kemajemukan dunia mulai mendukung kemungkinan kehidupan ekstraterestrial.[51] Bagi pemikir Kristen, pluralitas serupa bertalian dekat dengan Kristus dan penebusan manusia olehnya: apabila terdapat dunia lain, apakah mereka memiliki sejarah yang sama, dan apakah Kristus juga menebus mereka dalam pengorbanannya?[35] Menurut Philipp Melanchthon, seorang teolog abad ke‑16 yang akrab bekerja sama dengan Martin Luther, "Tidak boleh dibayangkan bahwa terdapat berbagai dunia, sebab tidak boleh dibayangkan bahwa Kristus meninggal atau dibangkitkan lebih sering, tidak boleh pula dibayangkan bahwa kaum manusia akan dikembalikan menuju hidup yang abadi tanpa pengetahuan anak Tuhan." Komentar serupa pun dilontarkan oleh teolog Calvinis bernama Lambert Daneau.[52] Pada pertengahan abad ke‑17, pembahasan ini tampak diselesaikan dengan dukungan terhadap kemungkinan kemajemukan dunia, yang diterima oleh Henry More dan Aphra Behn, di antara penulis-penulis lainnya; "Sejak tahun 1650, pertanyaan pemeriksaan Oxford era Elizabeth an sint plures mundi? ('bisakah terdapat banyak dunia' – yang jawaban benar Aristoteliannya ialah 'tidak') telah digantikan oleh tesis persengketaan quod Luna sit habitabilis ('bahwa Bulan bisa layak dihuni' – yang dapat dijawab dengan 'mungkin' jika bukan 'ya')."[53] Bahasa BulanSepanjang hayat Godwin, ia amat berminat dalam bahasa dan komunikasi (sebagaimana terlihat dalam berbagai cara Gonsales berkomunikasi dengan pelayannya Diego di St Helena[54]), dan hal ini merupakan topik yang diwacanakan dalam Nuncius Inanimatus (1629).[55] Bahasa-bahasa yang Gonsales temui di Bulan tidak terhubung dengan bahasa-bahasa yang ia kenali, dan membutuhkan berbulan-bulan untuk melancarkan dirinya menuturkan bahasa tersebut demi berkomunikasi dengan baik bersama para penduduk di sana.[56] Sementara kosakata di dalamnya tampak terbatas, kemungkinan pemaknaannya mengganda sebab arti dari kata-kata dan frasa juga bergantung pada nada. Bahasa buatan merupakan elemen penting dalam beberapa kisah fantastis pendahulu, seperti Utopia karya Thomas More, Gargantua et Pantagruel karya François Rabelais, dan Mundus Alter et Idem karya Joseph Hall, buku-buku yang dikenali Godwin.[57] P. Cornelius, dalam sebuah kajian mengenai bahasa buatan dalam cerita perjalanan khayali dari abad ke‑17 dan ke‑18, mengemukakan bahwa bahasa yang sempurna serta terorganisasi secara rasional indikatif terhadap rasionalisme dari Abad Pencerahan.[58] Sebagaimana yang diajukan H. Neville Davies, bahasa khayali Godwin lebih sempurna dari, misalnya, bahasa ciptaan More, dalam salah satu aspek: bahasanya dituturkan di seluruh Bulan dan belum terpengaruh dispersi bahasa duniawi yang disebabkan oleh runtuhnya Menara Babel.[59] Salah satu sumber Godwin untuk bahasa Bulan buatannya merupakan De Christiana expeditione apud Sinas karya Trigault.[60] Gonsales memberikan dua contoh frasa terucap, tertulis dalam sebuah sandi yang kemudian diuraikan oleh John Wilkins dalam Mercury, or The Secret and Swift Messenger (1641).[61] Cerita Trigault mengenai bahasa Tionghoa memberikan Godwin gagasan untuk memberikan nada terhadap bahasa Bulan, dan juga untuk mengapresiasinya dalam bahasa yang dituturkan para mandarin Tionghoa yang Gonsales temui setelah kembali ke Bumi.[60] Gonsales mengeklaim bahwa bertolak belakang dengan beragam bahasa di Tiongkok (menjadikan para penutur secara timbal balik sukar dipahami), bahasa para mandarin bersifat universal berkat nada suara (Godwin mengekangnya dalam varietas bahasa Tionghoa lainnya). Maka dari itu para mandarin dapat mempertahankan superioritas kultural dan spiritual yang mirip dengan kelas atas di Bulan, yang ditempatkan kontras dengan keberagaman bahasa yang dituturkan di Eropa yang moralnya retak nan menyimpang serta wilayah lainnya.[62] James R. Knowlson mengemukakan bahwa menggunakan istilah "bahasa" melebih-lebihkan kasusnya, dan bahwa sandi adalah istilah yang lebih tempat: "Terlepas dari klaim Godwin, 'bahasa' musikal ini sama sekali bukanlah sebuah bahasa, tetapi sekadar sandi yang di dalamnya huruf-huruf dari bahasa yang sudah ada dapat diuraikan." Ia mengajukan bahwa sumber Godwin mungkin berasal dari salah satu buku karya Joan Baptista Porta, yang karyanya De occultis literarum notis (1606)[j] berisi "deskripsi tepat dari metode yang akan [Godwin] gunakan".[63] GenreBuku ini telah digolongkan ke dalam berbagai genre. Ketika The Man in the Moone pertama terbit, genre sastra fantasi utopis baru mulai timbul, dan para kritikus telah mengakui bagaimana Godwin menggunakan pelataran utopis guna mengkritik institusi-institusi pada masanya: Bulan menjadi "kacamata yang ideal untuk memandangi Bumi" beserta "watak moral dan lembaga sosial yang ada di dalamnya", menurut Maurice Bennett.[64] Kritikus lain telah menyebut buku tersebut sebagai "utopia",[65] "utopia Renaisans", atau "petualangan picaresque".[66] Sementara beberapa kritikus mengeklaim bahwa bukunya merupakan salah satu karya fiksi ilmiah pertama,[67] tidak terdapat persetujuan umum bahwa The Man in the Moone termasuk bahkan ke dalam "proto-fiksi ilmiah".[66] Komentator-komentator awal mengakui bahwa buku ini merupakan sejenis novel picaresque, dan perbandingan antara The Man in the Moone dengan Don Quixote telah diajukan sejak tahun 1638. Struktur dan konten buku ini agak menyeruapi novela awanama Spanyol yang bertajuk Lazarillo de Tormes (1554); kedua buku dibuka dengan suatu genealogi dan bermula dari Salamanca, menampilkan seorang pria yang berkelana dari majikan yang satu ke majikan yang lain utnuk mencari nafkah. Namun, kebanyakan kritikus sepakat bahwa gaya picaresque tidak dilanjutkan hingga sepanjang bukunya, dan bahwa Godwin sengaja mencapai "transformasi generik".[68] Buku Godwin menuruti suatu tradisi terhormat dalam sastra perjalanan yang memadukan keseruan pengembaraan menuju tempat-tempat asing dengan refleksi utopis; Utopia karya More dikutip sebagai salah satu prekursor, demikian pula kisah Amerigo Vespucci. Godwin dapat mempergunakan suatu himpunan besar karya-karya yang mendeskripsikan perjalanan protagonisnya, layaknya buku-buku Hakluyt dan Jan Huygen van Linschoten, serta narasi-narasi yang berasal dari misi Yesuit di Beijing.[69] Sambutan dan pengaruhThe Man in the Moone terbit lima bulan menyusul The Discovery of a World in the Moone karya John Wilkins, yang kemudian menjadi Uskup Chester. Wilkins pernah sekali menyebutkan Godwin dalam sebuah diskusi mengenai kawah di Bulan, tetapi tidak pernah menyebut buku Godwin.[70] Bagaimanapun, dalam edisi ketiga The Discovery (1640), Wilkins memberikan sebuah ikhtisar dari buku Godwin, dan kemudian dalam Mercury (1641) ia bekomentar mengenai The Man in the Moone dan Nuncius Inanimatus, mengatakan bahwa "teks yang lebih awal bisa digunakan untuk membuka rahasia teks yang selanjutnya".[71] The Man in the Moone lekas menjadi "sumber humor dan parodi" internasional: Cyrano de Bergerac, menggunakan terjemahan tahun 1648 oleh Baudoin, memarodikan buku ini dalam L'Autre monde ou les États et empires de la Lune (1657);[72] pengembara Cyrano bertemu dengan Gonsales yang masih berada di Bulan, "direndahkan menuju status seekor monyet piaraan".[73] Buku ini merupakan inspirasi bagi apa yang disebut-sebut teks fiksi ilmiah pertama di benua Amerika, Sizigias[k] tahun 1775 karya Manuel Antonio de Rivas.[75] Bahasa Laputan, sebagaimana digambarkan dalam satire Gulliver's Travels (1726), ciptaan Jonathan Swift, yang merupakan seorang saudara jauh Godwin, mungkin telah terpengaruh oleh The Man in the Moone, baik secara langsung ataupun melalui Cyrano de Bergerac.[76] The Man in the Moone menjadi sumber populer untuk "drama dan opera jenaka yang kerap dipentaskan secara berlebihan", termasuk The Emperor of the Moon karya Aphra Behn,[77] drama tahun 1687 yang terinspirasi oleh edisi ketiga The Man in the Moone dan terjemahan bahasa Inggris dari karya Cryano;[66] dan The World in the Moon (1697) karya Elkanah Settle.[78] Wonders in the Sun, or the Kingdom of the Birds (1706) karya Thomas D'Urfey "sesungguhnya merupakan sebuah sekuel, menampilkan Domingo dan Diego".[77] Kemasyhuran bukunya tidak terbatas dalam bahasa Inggris saja; suatu farce bahasa Belanda, Don Domingo Gonzales of de Man in de maan, awalnya dianggap ditulis oleh Maria de Wilde, terbit pada tahun 1755.[79] Pengaruh The Man in the Moone berlanjut memasuki abad ke‑19. Edgar Allan Poe menyebut bukunya sebagai "buku kecil yang tunggal dan agak terampil" dalam apendiks cerpen "The Unparalleled Adventure of One Hans Pfaall".[80] Poe berasumsi bahwa pengarang kisahnya adalah orang Prancis, begitu pula Jules Verne dalam From the Earth to the Moon, mengindikasikan bahwa mereka mungkin menggunakan terjemahan Baudoin.[81] The First Men in the Moon (1901) karya H. G. Wells memiliki sejumlah analogi dengan fantasi Godwin, termasuk penggunaan batu untuk meringankan beban seseorang.[82] Meskipun demikian, The Man in the Moone hanya menerima "pertimbangan rata-rata dalam sejarah berbeda kesastraan Inggris",[66] dan signifikasinya pun dilemahkan dalam kajian-kajian sastra utopis. Utopian Thought in the Western World karya Frank E. Manuel dan Fritzie P. Manuel hanya menyebutkannya sekelebat, mengatakan bahwa Godwin "memperlakukan utamanya mekanika penerbangan dengan bantuan kru burung", dan bahwa The Man in the Moone, layaknya buku-buku Bergerac dan Wilkins, kekurangan "keseriusan tinggi dan tujuan moral yang satu".[83] Burung-burung pemikul beban Gonsales juga telah meninggalkan jejak. Entri edisi pertama Oxford English Dictionary tahun 1901 untuk ganza berbunyi: "Salah satu burung (juga disebut 'angsa liar') yang menarik Domingo Gonsales menuju Bulan dalam roman karya Uskup F. Godwin." Untuk etimologinya, kamus tersebut mengajukan ganzæ, yang ditemukan dalam terjemahan Philemon Holland tahun 1601 dari Naturalis Historia karya Plinius Tua, sebagai asal katanya.[84] Michael van Langren, astronom dan kartograf abad‑19 Belanda, menamai sebuah kawah Bulan menurut para burung, Gansii, sebelum diganti namanya menjadi Halley.[85] Catatan
Rujukan
Daftar pustaka
Pranala luar
|