Bahasa Sogdi umumnya dikelompokkan dengan bahasa-bahasa Iran Timur Laut yang sebetulnya bukan sebuah rumpun namun sebuah sprachbund. Tidak ada bukti primer yang ditemukan mengenai versi awal dari bahasa Sogdi ("Sogdi Lama"), walaupun penyebutan area Sogdia telah ditemukan di naskah bahasa Persia Lama yang menunjukkan daerah Sogdia yang terpisah paling tidak sejak zaman Kekaisaran Akhemeniyah (559-323 SM).
Bahasa Sogdi seperti bahasa Khotan memiliki gramatika dan morfologi yang lebih konservatif daripada bahasa Persia Pertengahan. Sebuah bahasa Iran Timur modern yaitu Yaghnobi merupakan perkembangan dari sebuah dialek bahasa Sogdi yang digunakan kira-kira pada abad ke-8 di Ustrashana, sebuah wilayah di selatan Sogdia.
Kedudukan politik dan ekonomi bahasa Sogdi membuatnya dapat bertahan hingga beberapa abad setelah Penaklukan Islam di Sogdi di awal abad ke-8. Pada abad tersebut pula, sebuah dialek digunakan oleh masyarakat di Ustrashana (ibu kota di Bunjikat, kini di dekat Istaravshan, Tajikistan), sebuah wilayah di selatan Sogdi. Kini dialek Sogdi tersebut telah berkembang menjadi bahasa Yaghnobi[10] yang masih digunakan oleh masyarakat Yaghnobi.
Penemuan naskah-naskah bahasa Sogdi
Penemuan fragmen-fragmen naskah bahasa Sogdi di daerah Xinjiang, China memicu penelitian terhadap bahasa ini. Robert Gauthiot dan Paul Pelliot memulai penerjemahan naskah-naskah bahasa Sogdi yang telah Pelliot temukan dari penjelajahannya di Dunhuang. Gauthiot kemudian menerbitkan banyak artikel berdasarkan penelitiannya terhadap naskah-naskah Pelliot. Salah satu artikel ternama Gauthiot adalah sebuah glosarium naskah Sogdi, yang tengah dalam proses pengerjaan saat ia meninggal di Perang Dunia Pertama. Karyanya kemudian dilanjutkan oleh Émile Benveniste setelah kematian Gauthiot's .[11]
Berbagai naskah-naskah Sogdi telah ditemukan di koleksi naskah Turfan dari Ekspedisi Jerman yang dikelola oleh Museum Etnologi Berlin.[11] Naskah-naskah yang ditemukan hampir seluruhnya adalah naskah keagaamaan Maniisme dan Kristen. Kebanyakan dari naskah keagamaan bahasa Sogdi berasal dari abad ke-9 dan 10.[12]
Dunhuang dan Turfan merupakan dua situs utama yang memiliki koleksei naskah Mani, Buddha, dan Kristen dalam bahasa Sogdi terbesar. Naskah yang ditemukan di Sogdi sendiri berjumlah lebih sedikit. Naskah-naskah tersebut menuliskan hubungan ekonomi dari seorang raja kecil Sogdi bernama Divashtich. Naskah-naskah tersebut berasal dari masa penaklukkan Islam kira-kira pada tahun 700.[12]
Aksara
Seperti bahasa-bahasa Iran Pertengahan lainnya, aksara Sogdi merupakan pengembangan dari Abjad Aram. Seperti aksara Pahlavi, bahasa Sogdia ditulis dengan campuran logogram atau ideogram berupa kata-kata Aram yang ditulis sebagai lambang kata bahasa Sogdi. Aksara Sogdi merupakan asal dari aksara Uyghur Lama, yang kemudian menjadi asal aksara Mongolia.
Serupa dengan aksara Proto-Sinai lainnya, tidak ada tanda khusus untuk bunyi vokal. Huruf konsonan ’ y w seperti pada bahasa Aram dapat digunakan sebagai matres lectionis untuk bunyi vokal panjang [a: i: u:]. Akan tetapi, pada bahasa Sogdi, huruf konsonan juga terkadang dipakai untuk bunyi vokal pendek (yang terkadang juga tidak dipakai karena pada bahasa Aram, bunyi terebut merupakan bunyi bawaan/selalu ada).[13] Untuk membedakan vokal panjang dan pendek, huruf alif dapat ditulis sebelum huruf yang berbunyi panjang.[13]
Bahasa Sogdi juga ditulis dalam aksara Mani dengan huruf berjumlah 29 huruf.[14] Dalam transkripsi aksara Sogdi ke huruf Latin, ideogram Aram sering dilambangkan dengan huruf kapital.
^Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Sogdian". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.Pemeliharaan CS1: Tampilkan editors (link)