Di bawah ini adalah daftar kota-kota yang masih ada dan terus dihuni sampai saat ini sebagai sebuah kota. Klaim usia yang tercantum pada umumnya masih disengketakan. Perbedaan pendapat mengenai definisi "kota" serta "tempat tinggal terus-menerus" dan bukti sejarah sering diperdebatkan. Sumber untuk validitas setiap klaim dibahas di kolom "Catatan".
Terlepas dari kepercayaan populer bahwa Jakarta (Jayakarta) didirikan oleh Kesultanan Demak pada 1527,[2]Jakarta merupakan kota tertua dan terbesar di wilayah Asia Tenggara. Wilayah Jakarta Utara di sekitar kawasan Tugu telah dihuni setidaknya sejak awal abad ke-5. Prasasti Tugu (kemungkinan ditulis sekitar 417) ditemukan di kampung Batu Tumbuh, Kampung Tugu, Koja, Jakarta Utara, menyebutkan bahwa Raja Purnawarman dari Tarumanagara melakukan proyek hidrolik berupa irigasi dan drainase air dari sungai Chandrabhaga dan sungai Gomati di dekat ibu kotanya.[1]
Pertama kali disebut dengan nama Tống Bình pada 454, benteng Lai La dibangun tahun 767 pada masa pemerintahan Kaisar Daizong dari Tang, kemudian Ly Cong Uan menamainya Thăng Long pada 1010.
Wilayah bersejarah Mataram wilayah Jawa Tengah bagian selatan yang sekarang merupakan wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, berakar dari Kerajaan Mataram abad ke-8. Menurut prasasti Canggal tahun 732, daerah yang secara tradisional dikenal sebagai "Mataram" menjadi ibu kota Kerajaan Medang, diidentifikasi sebagai Mdang i Bhumi Mataram yang didirikan oleh Raja Sanjaya.[4] Kota itu dibangun kembali sebagai ibu kota Kesultanan Mataram pada 1587 dan Kesultanan Yogyakarta pada 1755.
Seiring dengan perubahan nama, pada dasarnya Kediri adalah gabungan dari dua ibu kota Kerajaan Panjalu dan Janggala. Permukiman selalu bermunculan di sepanjang kedua tepi Sungai Brantas. Secara administratif, Pemerintah Indonesia membagi Kediri menjadi dua entitas politik, Kabupaten Kediri dan Kota Kediri yang terletak di tengah-tengah kabupaten. Namun demikian, sisa-sisa arkeologis banyak terdapat di luar batas administratif dan pemukiman sering menyebar melewati batas administratif antara kedua entitas.
Yangon didirikan dengan nama Dagon pada awal abad ke-11 (sekitar 1028-1043) oleh Mon tetapi namanya diganti menjadi "Yangon" setelah Raja Alaungpaya menaklukkan Dagon.
Kota pelabuhan Janggala atau Hujung Galuh adalah salah satu dari dua ibu kota Jawa yang terbentuk ketika Airlangga turun takhta pada 1045 demi kedua putranya.[13]:147 Kerajaan Janggala terdiri dari bagian timur laut Kerajaan Kahuripan. Kerajaan lainnya adalah Kerajaan Kadiri. Namanya diambil dari kata "suro" (hiu) dan "boyo" (buaya), dua makhluk yang ada dalam mitos lokal.[14]
Kota kuno yang didirikan oleh pangeran Sri Rajahmura Lumaya atau Sri Lumay, setengah pangeran Tamil Chola.[18] Sekarang bagian dari Barangay Mabolo di distrik utara Kota Cebu.[16][17]
Sebuah permukiman di wilayah Manila yang sudah ada sejak 1258, diperintah oleh Rajah Avirjirkaya disebut sebagai "Majapahit Suzerain". Permukiman ini diserang oleh seorang komandan Brunei bernama Rajah Ahmad, yang berhasil mengalahkan Avirjirkaya dan menjadikan Manila sebagai "kerajaan Muslim".[19] Pada 1570, ketika Hindia Timur Spanyol yang dipimpin oleh Miguel López de Legazpi tiba, permukiman ini masih dihuni dan dipimpin oleh setidaknya satu Lakan dan beberapa Rajah.
Namanya berasal dari kota suci Hindu Ayodhya, tempat kelahiran Dewa Rama dan menjadi latar epikRamayana. Ayutthaya adalah ibu kota Siam dari 1351 hingga 1767.
Zijue (gelar kebangsawanan Tiongkok setara dengan Viscount) Lu diminta untuk mendirikan ibu kota kediamannya di Luyi (庐邑) (sekarang bernama kota Hefei).
Dihuni pada awal abad ke-6 sampai ke-5 SM dan menjadi kota pelabuhan selama periode Kofun, sempat juga menjadi ibu kota Jepang sementara dari 645 hingga 655.
Megasthenes kemungkinan telah mengunjungi Madurai pada abad ke-3 SM dan ditulis "Methora" dalam catatannya.[32] Masih diperdebatkan oleh beberapa sarjana yang percaya bahwa "Methora" mengacu kepada kota Mathura di India utara bukan Madurai, karena Mathura merupakan kota besar dan sudah mapan pada masa Kekaisaran Maurya.[33]
^"History of Jakarta". BeritaJakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-20.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abCoedès, George (1968). Walter F. Vella, ed. The Indianized States of Southeast Asia. trans.Susan Brown Cowing. University of Hawaii Press. ISBN978-0-8248-0368-1.
^History for Brunei Darussalam: Sharing our Past. Curriculum Development Department, Ministry of Education. 2009. ISBN978-99917-2-372-3.
^"Timeline of history". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-11-23. Diakses tanggal 2009-10-09.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Scott, WilliamPrehispanic Source Materials: For the Study of Philippine History, p. 66
^Bullough, Nigel (1995). Mujiyono PH, ed. Historic East Java: Remains in Stone (edisi ke-Indonesian 50th independence day commemorative). Jakarta: ADLine Communications. hlm. 19.
^Founded during the reign of King Pontarika, per Charles James Forbes Smith-Forbes (1882). Legendary History of Burma and Arakan. The Government Press. hlm. 20.; the king's reign was 1028 to 1043 per Harvey, G. E. (1925). History of Burma: From the Earliest Times to 10 March 1824. London: Frank Cass & Co. Ltd. hlm. 368.
^ ab"Early Cebu History". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-05-04. Diakses tanggal 2018-05-03.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Ouano-Savellon, Romola (11 August 2018). ""Aginid Bayok Sa Atong Tawarik": Archaic Cebuano and Historicity in a Folk Narrative". Philippine Quarterly of Culture and Society. 42 (3/4): 189–220. JSTOR44512020.
^ abHenson, Mariano A (1955). The Province of Pampanga and its towns (A.D. 1300–1955) with the genealogy of the rulers of central Luzon. Manila: Villanueva Books.
^The story is recorded in JMBRAS magazine, October 1935, Volume XIII Part 2, pp. 15–16.