Di jalur ini, terdapat dua terowongan buatan dalam negeri bernama Eka Bakti Karya dan Dwi Bakti Karya yang dibangun bersebelahan dengan Waduk Sutami pada tahun 1969, tepatnya di petak jalur antara Stasiun Sumberpucung dan Stasiun Pogajih.[1] Selain itu, terdapat pula Jembatan Lahor yang merupakan jembatan terpanjang di jalur tersebut.
Pada 24 Maret 1869, Menteri Kolonial Belanda, de Waal berkonsultasi dengan Kepala Eksploitasi Staatsspoorwegen Belanda, J.A. Kool dan seorang profesor dari Sekolah Politeknik Delft, N.H. Henket terkait lebar sepur yang dibutuhkan untuk jaringan rel di Hindia Belanda. Pada 20 September 1869, terbentuk rencana umum perkeretaapian yang berisi rekomendasi lebar sepur, rancangan awal untuk empat jalur, dan jalur-jalur penting yang harus dibangun, baik oleh pemerintah maupun pihak swasta Hindia Belanda. Jalur Kertosono–Blitar via Kediri dan Gempol–Blitar via Malang masuk ke dalam daftar jalur kereta api penting yang direkomendasikan untuk dibangun.[2]:25
Jalur kereta api lintas Bangil–Malang merupakan segmen pertama dari jalur kereta api ini. Segmen tersebut merupakan bagian dari program pengembangan jaringan kereta api Surabaya–Pasuruan–Malang. Pembangunan segmen tersebut dipimpin oleh rekayasawan Belanda bernama Maarschalk dengan "durasi pengerjaan yang masuk akal dan tanpa pembengkakan biaya." Segmen Bangil–Sengon selesai dibangun pada 1 November 1878, kurang dari enam bulan setelah selesainya segmen Surabaya–Pasuruan. Segmen Sengon–Lawang menyusul dioperasikan pada 1 Mei 1879. Segmen terakhir yang dioperasikan ialah Lawang–Malang, yakni pada 20 Juli 1879.[2]:34
Sebelum lintas Bangil–Malang beroperasi, Maarschalk telah merancang rencana jalur kereta api Sidoarjo–Solo beserta percabangan dari Kertosono menuju Blitar melalui Kediri. Rancangan tersebut kemudian dikirimkan melalui pemerintah kepada kementerian.[2]:35 Usulan tersebut kemudian mulai didiskusikan pada 14 Mei 1878 dan persetujuannya diundangkan dalam Staatsblad Nomor 93 yang terbit pada 6 Juli 1878.[2]:36 Maarschalk pensiun pada 15 November 1880, sebelum segmen pertama di lintas Kertosono–Blitar selesai, dan digantikan oleh H.G. Derx.[2]:37
Pembangunan lintas Kertosono–Blitar dan dibagi menjadi tiga tahapan segmen. Tiap segmen dibangun dengan durasi yang relatif singkat. Pembangunan untuk segmen Kertosono–Kediri selesai pada 13 Agustus 1881, segmen Kediri–Tulungagung selesai pada 2 Juni 1883, dan segmen Tulungagung–Blitar selesai pada 16 Juni 1884.[2]:36-37
Pada 1893, pemerintah memerintahkan pembangunan jalur kereta api untuk menghubungkan Malang dan Blitar. Segmen Malang–Kepanjen selesai dibangun pada 5 Januari 1896, disusul oleh segmen Blitar–Wlingi lima hari kemudian pada 10 Januari 1896. Jalur antara Blitar dan Malang resmi terhubung pada 30 Januari 1897 dengan selesainya pembangunan segmen Wlingi–Kepanjen.[2]:54
Pada akhir tahun 1961, dilakukan pengerjaan Bendungan Karangkates untuk keperluan pembangkit listrik, pengendalian banjir, dan irigasi. Area waduk dari bendungan tersebut direncanakan menggenangi jalur kereta api antara Sumberpucung dan Pogajih. Oleh karena itu, pemerintah harus merelokasi trase jalur kereta api ke utara bendungan. Trase baru ini memerlukan dua terowongan.[3]
Pembuatan terowongan baru dimulai pada Februari 1965. Namun karena kendala biaya, proyek terhenti dan baru dilanjutkan pada 1967. Relokasi jalur kereta api beserta kedua terowongannya diresmikan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik serta Menteri Perhubungan pada 1 April 1970 dengan nama Terowongan Eka Bakti Karya dan Dwi Bakti Karya.[3] Nama kedua terowongan tersebut kemudian diubah menjadi Karangkates I dan Karangkates II.
Profil jalur
Segmen
Jenis rel
Bantalan
Laju maksimum
Bangil–Malang
R54
Beton
70 km/jam
Malang–Malang Kotalama
50 km/jam
Malang Kotalama–Wlingi
80 km/jam (di tikungan tajam dan terowongan dibatasi hingga 60 km/jam)
Wlingi–Blitar
80 km/jam (di tikungan tajam dibatasi antara 60–70 km/jam)
Blitar–Kertosono
120 km/jam (di tikungan dibatasi antara 90–110 km/jam)
^Subdirektorat Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).Parameter |link= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Perusahaan Umum Kereta Api (1992). Ikhtisar Lintas Jawa.