Eddie Jordan
Edmund Patrick Jordan, kerap disapa EJ (lahir 30 Maret 1948), adalah seorang pengusaha, pembawa acara televisi, dan mantan pembalap mobil asal Republik Irlandia. Ia dikenal luas sebagai pendiri dan pemilik tim Jordan Grand Prix yang pernah turun di arena balap Formula Satu dari musim 1991 sampai 2005. ProfilMasa mudaPada masa mudanya (sekitar tahun 1963), sebelum ia kuliah di kedokteran gigi, EJ sempat tertarik untuk menjadi seorang pendeta. Bahkan kedua orang tuanya pun sangat mendukung Eddie untuk menjadi pendeta. Namun niatnya itu berubah pada 1965 saat ia memutuskan untuk kuliah di Universitas Dublin, jurusan kedokteran gigi. Tahun berikutnya, Eddie kemudian memilih mengundurkan diri dari kampusnya dan mengambil kursus akuntansi selama enam minggu di College of Commerce, Dublin.[1] Setelah menyelesaikan kursus tersebut, Eddie memulai kariernya sebagai karyawan untuk Bank Irlandia cabang Mullingar. Setelah empat tahun di sana, Eddie kemudian dimutasikan ke cabang Camden Street, Dublin.[2] Saat krisis perbankan melanda Irlandia pada tahun 1970, Eddie memilih mengundurkan diri dari Bank Irlandia untuk bergabung dengan Jersey Electricity Company sebagai akuntan. Ia juga bekerja sampingan pada malam hari dengan menjadi pramutama bar.[3] Pada tahun ini juga Eddie kemudian mulai mengenal olahraga balap saat ia menyaksikan sebuah perlombaan gokar di Bouley Bay Hill Climb.[4] Karier balapPada 1971 ia kembali lagi ke Dublin, dan mengikuti ajang karting Irlandia. Ia kemudian menjadi juara nasional di akhir musim. Pada 1974, EJ pindah ke ajang Formula Ford. Namun ia mengalami sebuah kecelakaan hebat di musim itu, dan terpaksa absen satu musim untuk memulihkan kesehatan dirinya. Lalu pada 1976 EJ pindah ke ajang Formula Atlantic (yang juga mengorbitkan Gilles Villeneuve). Di musim 1978 ia memenangi kejuaraan nasional Irlandia untuk Formula Atlantic dengan mobil Chevron B29. EJ kemudian menikah dengan Marie McCarthy pada Januari 1979, dan pasangan ini kemudian pindah ke Inggris untuk tinggal didekat sirkuit Silverstone. Bos timPada 1980 ia pensiun dari ajang kebut-kebutan, dan kemudian mencoba peruntungannya sebagai pengusaha dengan mendirikan Eddie Jordan Racing. Tim ini kemudian turun di ajang F3 Inggris. Sesekali, Eddie turun dalam balapan tersebut. Pembalap yang sukses dibina oleh Eddie adalah Martin Brundle, di mana pada tahun 1983 Martin sukses menjadi runner up dibawah sang juara Ayrton Senna. Pada 1985, Eddie memperluas daerah jajahannya dengan turun diajang F3000. Dalam ajang ini ia bekerjasama dengan Reynard Racing dari AS. Dan duet EJ-Reynard ini menuai sukses saat Johnny Herbert meraih gelar juara F3 Inggris pada 1987, dan disusul kesuksesan Jean Alesi menjadi juara F3000 pada 1989. Jordan F1 TeamLompatan terbesar Eddie adalah pada musim 1990, saat ia memutuskan untuk turun diajang Formula 1 dengan modal hanya 2,5 juta poundsterling. Ia saat itu dianggap gila oleh teman-temannya, karena idenya tersebut. Namun EJ tak patah semangat, dengan bantuan Gary Anderson sebagai perancang mobil, dan Bernard Ferguson dari Cosworth di bagian mesin, jadilah EJ191 meluncur di balapan Phoenix, Amerika Serikat, pada musim 1991. Pembalapnya saat itu adalah Bertrand Gachot (Belgia) dan Andrea de Cesaris (Italia). Untuk urusan sponsorship, EJ sukses menarik Fuji Film dan 7Up sebagai sponsor utama. Pada GP Belgia 1991, datanglah momen yang akan mengubah F1 selamanya. Diawali oleh ulah Bertrand Gachot yang menyemprot seorang sopir taksi di Inggris dengan gas CS, Eddie akhirnya menarik seorang anak muda Jerman yang sebelumnya turun di ajang SportsCar. Ialah Michael Schumacher, dan dua minggu kemudian, EJ sukses menjual anak muda tersebut ke tim Benetton, di mana kelak ia akan menjadi salah satu legenda Formula 1. Pada 1992 dengan hutang yang mencapai 7 juta pounds, Eddie mengambil langkah tepat dengan memakai mesin gratisan dari Yamaha. Namun hasilnya buruk karena hanya satu poin saja yang berhasil diraih tim Jordan sepanjang musim. Pada 1993 Eddie sukses membuat deal dengan perusahaan pembuat mesin balap asal Inggris, Brian Hart untuk memakai mesin V10 buatannya. Sekali lagi Eddie membuat cerita dengan merekrut pembalap temperamental asal Irlandia Utara, Eddie Irvine untuk turun di GP Jepang, di mana selama balapan Irvine menghalangi jalan Ayrton Senna dan ketika finish mereka berdua berkelahi. Pada 1995 EJ mendapat deal mesin baru dengan Peugeot. Kontrak berdurasi tiga tahun tersebut merupakan peralihan kontrak, sebab Peugeot baru saja bercerai dengan tim McLaren yang sempat memakai mesin tersebut pada tahun 1994. Pada 1998 EJ mendapat suntikan tenaga baru dengan masuknya mesin Mugen Honda, dan mantan juara dunia Damon Hill. Sukses tim Jordan dimusim tersebut adalah saat Damon Hill dan Ralf Schumacher finish 1-2 di GP Belgia 1998. Tahun berikutnya, Ralf Schumacher diganti oleh Heinz-Harald Frentzen, di mana ia juga sukses memberikan kemenangan bagi tim di GP Prancis dan Italia. Musim 2000 merupakan awal dari sebuah paceklik bagi Jordan GP, di mana pada tahun tersebut, tim gagal tampil kompetitif. Pada musim 2001, EJ berhasil menarik pabrikan mesin Honda untuk memasok mesin pada timnya, tetapi selama dua tahun berjalan (2001-02) tim kembali gagal tampil kompetitif. Pada 2003 tim berganti mesin ke mesin Ford. Dengan pembalap Giancarlo Fisichella, tim Jordan berhasil menjadi juara secara unik di GP Brazil 2003. Saat itu balapan dihentikan karena kecelakaan antara Fernando Alonso dan Mark Webber, dan menurut computer yang dinyatakan sebagai pemenang adalah Kimi Räikkönen dari McLaren. Namun Eddie dengan sifat kerasnya tidak menerima hasil tersebut dan membawanya ke Dewan Motorsport Dunia di Paris. Akhirnya lima hari kemudian, melalui sebuah sidang banding, tim Jordan melalui pembalap Giancarlo Fisichella dinyatakan sebagai juara GP Brazil secara sah. Pada 2004 tim memasuki fase tidak menentu akibat kurangnya dana sponsor. Hal itu akhirnya membuat Eddie Jordan berencana untuk menjual timnya. Dan jutawan Rusia bernama Alex Shnaider akhirnya membeli tim ini pada akhir 2004, tetapi ternyata ia malah menjualnya kembali pada Agustus 2006 kepada Michiel Mol dari Belanda, dan kemudian kepada jutawan India, Vijjay Mallya. Dan kini bekas tim Jordan tersebut dinamai sebagai tim Force India oleh sang jutawan India tersebut Eddie Jordan sempat berencana kembali ke F1 saat ia mengikuti tender biding tim F1 2008 pada Maret 2006, tetapi disaat akhir ia kalah oleh Prodrive yang dipimpin oleh David Richards. Sejak itu, EJ lebih berkonsentrasi di ajang balapan amatir dan junior. Sesekali ia juga menulis beragam kolom di media cetak, salah satunya adalah di majalah F1 Racing. Referensi
Pranala luar |