Share to:

 

Leang Burung I

Leang Burung I
Gua Burung I, Gua Burung 1, Leang Burung 1
Tampak depan Leang Burung I
Lua error in Modul:Location_map at line 423: Kesalahan format nilai koordinat.
LokasiKelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia
Koordinat05°00'11.9"S 119°39'17.9"E[1]
Rentang tinggi45 meter
Geologikarst / batu kapur / batu gamping
Situs webvisit.maroskab.go.id
cagarbudaya.kemdikbud.go.id
kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/
Wisata Gua Prasejarah
Leang Burung I
Informasi
Lokasi Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan
Negara  Indonesia
Pemilik
Pembukaan Setiap hari pukul 08.00–16.00 WITA
Jenis objek wisata Edukasi arkeologi dan gua prasejarah
Situs web visit.maroskab.go.id
Situs Cagar Budaya Leang Burung I
Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya
Cagar budaya Indonesia
PeringkatKabupaten
KategoriSitus
Lokasi
keberadaan
Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia
Pemilik Indonesia
PengelolaDinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Maros

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan

Leang Burung I atau Gua Burung I (Inggris: Cave of Bird I ) adalah sebuah gua di kawasan Karst Maros-Pangkep, Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Gua ini terletak pada titik koordinat 05°00'11,9" LS dan 119°39'17,9" BT dan secara administratif berada di wilayah Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia. Gua ini berada pada ketinggian 45 mdpl dan berjarak dengan Leang Burung II tidak lebih dari 30 meter. Gua ini termasuk gua prasejarah, tempat ditemukannya beberapa cetakan tangan manusia purba Budaya Toala Sulawesi Selatan di dalamnya. Tinggalan arkeologi, selain lukisan di dinding gua berbentuk gambar cap telapak tangan, terdapat pelbagai alat batu microlith, mata panah berdasar bundar, mata panah berdasar bergerigi, lancipan muduk, tembikar, serta sampah dapur. Gua ini termasuk gua yang bertipe lingkungan lembah. Berdasarkan struktur geologisnya, Leang Burung I termasuk gua kekar lembaran.[2][3][1]

Hendrik Robbert van Heekeren mengklasifikasikan lapisan Budaya Toala dalam 3 lapisan, yaitu Toala III, Toala II, dan Toala I. Ian C. Glover menerapkan radiokarbon untuk mengetahui kurun waktu hunian di gua. Klasifikasi masa hunian pada gua didasari atas jenis temuan yang terkandung pada gua sebagai unsur lapisan budaya yang bersangkutan, yaitu Toala III sampai dengan Toala I. Berdasarkan kajian klasifikasi lapisan Budaya Toala masa hunian oleh Hendrik Robbert van Heekeren dan kajian hasil analisis radiokarbon dengan sistem penanggalan radiokarbon oleh Ian C. Glover, Situs Leang Burung I masuk pada klasifikasi lapisan Budaya Toala I. Pertanggalan Toala I didasarkan pada umur Toala I yang menunjukkan kekhususan yang berkembang paling muda dalam industri serpih bilah, yaitu tembikar. Unsur tembikar tertua yang ditemukan di situs-situs Budaya Toala merupakan tembikar polos dan berhias. Tembikar berhias yang ditemukan di Leang Burung I merupakan tembikar berhias unsur tradisi Kalanay. Berdasarkan temuan tersebut diperkirakan lapisan Toala I ini bertahan sampai dengan 700-400 SM.[4] [5] [6]

Penelitian

Hendrik Robbert van Heekeren dalam karyanya The Stone Age of Indonesia (1972), meneliti dan memetakan Leang Burung I serta memasukannya ke klasifikasi situs gua prasejarah peninggalan Budaya Toala. Kehidupan penghuni gua Budaya Toala berlangsung sejak kala Pasca Plestosen hingga awal Masehi. Kehidupan Budaya Toala ini berlangsung cukup lama dan mampu bertahan beratus-ratus tahun lamanya. Kehidupan budaya tersebut masih sangat bergantung pada potensi ekologi sumber alam sekitarnya.[4][6]

Galeri

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Tim Direktori Maros-Pangkep (2007). Direktori Potensi Wisata Budaya Di Kawasan Karst Maros-Pangkep Sulawesi Selatan Indonesia (PDF). Makassar: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar. hlm. 46. ISBN 978-979-17021-0-2. 
  2. ^ Ahmad, Amran; A. Siady Hamzah (2016). Database Karst Sulawesi Selatan 2016 (PDF). Makassar: Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. hlm. 43. 
  3. ^ Nur, Muhammad (Oktober 2017). "Analisis Nilai Penting 40 Gua Prasejarah Di Maros, Sulawesi Selatan (Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 11, Nomor 1)" (PDF). kebudayaan.kemdikbud.go.id. hlm. 64-73. Diakses tanggal 2 Mei 2021. 
  4. ^ a b Nurani, Indah Asikin (1993). "Pola Adaptasi Penghuni Gua Budaya Toala (Berkala Arkeologi Vol. 13 No. 2)" (PDF). berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id. hlm. 1-17. Diakses tanggal 19 Mei 2021. [pranala nonaktif permanen]
  5. ^ Glover, Ian C.; Bernnet Bronson, C. (1984). "Archaeological Radiocarbon Dates from Indonesia: A First List (Indonesia Circle No. 34, June 1984)". hlm. 37-44. 
  6. ^ a b Heekeren, van H.R. (1972). "The Stone Age of Indonesia (Second rev. ed., VKI No. LXI)". The Hague-Martinus Nijhoof. 
Kembali kehalaman sebelumnya