Ekonomi sirkularEkonomi sirkular, ekonomi berdaur, atau ekonomi melingkar adalah sebuah alternatif untuk ekonomi linier tradisional (buat, gunakan, buang) di mana pelaku ekonomi menjaga agar sumber daya dapat dipakai selama mungkin, menggali nilai maksimum dari penggunaan, kemudian memulihkan dan meregenerasi produk dan bahan pada setiap akhir umur layanan.[1][2] Ekonomi sirkular merupakan sistem industri yang bersifat restoratif dan regeneratif dengan suatu desain yang menggantikan konsep 'akhir hidup' produk ke arah penggunaan energi yang terbarukan, menghilangkan penggunaan bahan kimia beracun, serta bertujuan untuk penghapusan limbah melalui desain unggul bahan, produk, sistem, dan model bisnis.[3] Pada sistem ekonomi sirkular, penggunaan sumber daya, sampah, emisi, dan energi terbuang diminimalisir dengan menutup siklus produksi-konsumsi dengan memperpanjang umur produk, inovasi desain, pemeliharaan, penggunaan kembali, remanufaktur, daur ulang ke produk semula (recycling), dan daur ulang menjadi produk lain (upcycling). Dalam konteks keberlanjutan produk plastik, konsep ekonomi sirkular dapat diterapkan melalui beberapa cara misalnya: recycling plastik, upcycling plastik sebagai campuran aspal, mengubah plastik bernilai ekonomi rendah menjadi bahan bakar atau energi, dan sebagainya.[4] Selain itu, konsep ekonomi sirkuler adalah mengubah limbah menjadi keuntungan. Diharapkan dengan menggunakan konsep ekonomi sirkuler, pendapatan global pada tahun 2030 mencapai $4.5 triliun dan meninggkat hingga $40 triliun pada tahun 2050. Ekonomi sirkular terdiri dari tiga prinsip utama, yakni mengurangi sampah dan polusi, menggunakan produk atau bahan secara terus-menerus, dan memperbarui sistem alam. Hal ini didasarkan atas meningkatnya penggunaan energi terbarukan yang semakin dipercepat oleh adanya inovasi digital. Ekonomi sirkular merupakan model ekonomi yang tangguh, distributif, beragam, dan inklusif. Ekonomi sirkular adalah pengejawantahan konsep ekonomi yang menggabungkan pembangunan berkelanjutan dan pengimplementasian ekonomi hijau. Prinsip ekonomi sirkularForum Ekonomi Dunia menyatakan bahwa beberapa prinsip ekonomi sirkular antara lain bertujuan untuk merancang keluarnya limbah karena produk yang dioptimalkan untuk dapat dibongkar dan digunakan kembali. Lalu, sirkularitas memperkenalkan pada diferensiasi antara komponen habis pakai dan tahan lama pada suatu produk. Selain itu, energi yang diperlukan untu siklus ini harus terbarukan oleh alam agar dapat mengurangi ketergantungan sumber daya dan meningkatkan sistem ketahanan (seperti guncangan minyak).[3] Faktor Pendorong Ekonomi SirkularLima faktor yang teridentifikasi dapat menjadi katalisator dalam implementasi ekonomi sirkular di antaranya adalah (1) teknologi digital, (2) investasi berbasis dampak, (3) komitmen manajemen, (4) infrastruktur, dan (5) kebijakan pemerintah [6] Dampak Positif Ekonomi SirkularBerdasarkan Hasil Studi Manfaat Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan dari Ekonomi Sirkular di Indonesia tahun 2021 yang dilakukan oleh Bappenas bersama United Nations Development Programme (UNDP) dan didukung oleh Pemerintah Kerajaan Denmark menunjukkan adanya dampak positif pada lima sektor industri, yaitu makanan dan minuman, konstruksi, elektronik, tekstil, dan retail yang berfokus pada kemasan plastik sebagai berikut:[7]
Manfaat Penerapan Ekonomi SirkularBeberapa manfaat dari adanya penerapan ekonomi sirkular sebagai berikut [8]
Aplikasi Ekonomi SirkularIndustri KonstruksiMaterial sisa yang digunakan pada konstruksi dapat digunakan kembali atau diolah kembali dalam bentuk lain (Recycle) sebagai berikut:[9]
Industri Agri-PanganLimbah dalam jumlah besar yang dihasilkan dari industri agri-pangan dapat digunakan untuk produk makanan, obat-obatan, dan perawatan kulit dengan mengekstraksi senyawa bioaktif. Biji, kulit buah, dan sereal dapat diolah menjadi tepung dengan penerimaan konsumen sebesar 90 hingga 100%. Kulit buah dapat menjadi sumber pewarna dengan kemampuan antioksidan dan anti-inflamasi sehingga berpotensi untuk pengembangan makanan fungsional baru. Selain itu, kulit buah menjadi substrat yang sangat baik penghasil enzim bromelain yang sangat diminati di tingkat industri. Senyawa fenolik yang ada dalam residu buah jeruk memiliki aktivitas obat yang luas, meningkatkan kapasitas perlindungan terhadap penyakit kronis seperti kanker berkat sifat antioksidan, antiinflamasi, dan antibakterinya. Di sisi lain, tangeretin, nobiletin, dan hesperidin ternyata merupakan penghambat antigen yang melawan virus pernapasan dan hati dalam aplikasi farmasi.[10] Industri FarmasiMakroalgaAda sejumlah besar dan beragam metabolit baru yang dapat diperoleh dari makroalga dan berbagai aplikasinya; organisme ini dapat dianggap sebagai matriks yang menarik dan menjanjikan untuk mendapatkan bahan baku baru untuk perumusan produk kosmetik yang inovatif. Selain itu, mereka dapat dimasukkan ke dalam model ekonomi sirkular, menjadi sumber senyawa bioaktif yang berkelanjutan untuk aplikasi industri di masa depan. Senyawa makroalga dapat digunakan sebagai bahan tambahan, eksipien, bahan aktif formulasi kosmetik, bahan pengental atau pembentuk gel, tabir surya karena efeknya yang melindungi foto dan anti-fotografi, anti-penuaan dan pemutih kulit, produk perawatan anti-selulit, pengelupasan kulit dan pelangsingan, dan bahkan untuk perawatan rambut dan mulut, dengan hasil yang sangat menjanjikan.[11] Bulu BabiPasar bulu babi menarik dan penuh dengan potensi untuk dimanfaatkan. Pemanfaatan limbah bulu babi dalam model ekonomi sirkular, mampu menghasilkan keuntungan sehingga meningkatkan pengelolaan limbah makanan dan mempromosikan produk baru. Limbah bulu babi dapat dimanfaatkan kembali untuk inovasi baru di bidang biomedis, farmasi, dan kosmetik. Kolagen fibrilar bulu babi adalah biomaterial yang aman dan dapat diaplikasikan untuk regenerasi kulit yang rusak atau struktural seperti tulang rawan dan tendon. Manfaat lingkungan dan sosial yang diperoleh dari perusahaan yang memanen dan memproses bulu babi secara sirkuler dapat berupa beberapa hal. Produk inovatif yang dihasilkan dengan bahan bulu babi yang dibuang dapat berkontribusi untuk melindungi keanekaragaman hayati, sementara dari sudut pandang sosial, konversi industri ke ekonomi sirkular akan menjamin peluang kerja baru bagi masyarakat setempat dan kemungkinan untuk melatih karyawan melalui kursus pendidikan.[12] Referensi
Informasi yang berkaitan dengan Ekonomi sirkular |