Share to:

 

Konstantius Klorus

Infobox orangKonstantius Klorus

Edit nilai pada Wikidata
Nama dalam bahasa asli(la) Flavius Valerius Constantius Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran(la) Flavius Constantius Edit nilai pada Wikidata
k. 250 Edit nilai pada Wikidata
Dardani Edit nilai pada Wikidata
Kematian25 Juli 306 Edit nilai pada Wikidata (55/56 tahun)
Eboracum (Britannia) Edit nilai pada Wikidata
Kaisar Romawi
1r Mei 305 (Kalender Masehi Gregorius) – 25 Juli 306 (Kalender Masehi Gregorius)
Ancient Roman senator (en) Terjemahkan
Edit nilai pada Wikidata
Data pribadi
AgamaAgama di Romawi Kuno Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanpolitikus Edit nilai pada Wikidata
PeriodeLow Roman Empire (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
Lain-lain
Gelar bangsawanAugustus 305 (305) – {{{4}}} ({{{4}}})
Caesar Mei 293 (293-305) – {{{4}}} ({{{4}}}) Edit nilai pada Wikidata
KeluargaDinasti Konstantinian Edit nilai pada Wikidata
Pasangan nikahHelena
Flavia Maximiana Teodora Edit nilai pada Wikidata
AnakKonstantinus Agung
 ( Helena)
Flavius Iulius Constantius
 ( Flavia Maximiana Teodora)
Flavius Iulius Dalmatius
 ( Flavia Maximiana Teodora)
Eutropia (en) Terjemahkan
 ( Flavia Maximiana Teodora)
Flavia Yulia Konstantia
 ( Flavia Maximiana Teodora)
Anastasia (en) Terjemahkan
 ( Flavia Maximiana Teodora)
Flavius Hannibalianus (mul) Terjemahkan
 ( Flavia Maximiana Teodora) Edit nilai pada Wikidata
Orang tuaFlavius Eutropius (en) Terjemahkan dan Maximianus Edit nilai pada WikidataClaudia Crispina (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata


Konstantius I, yang lebih dikenal sebagai Konstantius Klorus (bahasa Latin: Constantius Chlorus), lahir pada 31 Maret sekitar tahun 250 dan meninggal pada 25 Juli 306, adalah Kaisar Romawi yang memerintah sebagai bagian dari sistem Tetrarki yang diperkenalkan oleh Diokletianus. Dia memegang gelar Caesar dari tahun 293 hingga 305 dan kemudian naik menjadi Augustus dari tahun 305 hingga kematiannya pada tahun 306. Konstantius terkenal sebagai ayah dari Konstantinus Agung, yang kelak akan mendirikan Konstantinopel dan mengubah agama Romawi ke Kristen.

Kehidupan Awal

Konstantius lahir dengan nama lengkap Flavius Valerius Constantius di daerah yang saat ini adalah Dardania, sebuah wilayah di Balkan. Ayahnya, Eutropius, adalah bangsawan kecil di wilayah itu, dan ibunya, Claudia, diduga memiliki hubungan keluarga dengan Kaisar Klaudius II Gothicus. Meskipun tidak berasal dari dinasti kerajaan yang kuat, latar belakang bangsawan kecilnya memberinya akses ke karir militer dan politik.

Karier Militer dan Politik

Karier militer Konstantius sangat sukses, dan dia dengan cepat naik pangkat di dalam hierarki Romawi. Dia menjadi gubernur Dalmatia sebelum akhirnya diangkat sebagai Caesar dalam sistem Tetrarki pada tahun 293 oleh Diokletianus, ketika sistem pemerintahan ini dibagi antara dua Augustus dan dua Caesar. Dalam pembagian kekuasaan tersebut, Konstantius memerintah wilayah barat Kekaisaran Romawi, yang mencakup Galia, Britannia, dan Hispania.

Sebagai bagian dari tanggung jawabnya, Konstantius diminta untuk menangani pemberontakan di Britannia yang dipimpin oleh usurper Karaucius dan penerusnya, Allectus. Pada tahun 296, Konstantius berhasil mengalahkan Allectus, mengembalikan Britannia ke dalam kekuasaan Kekaisaran Romawi.

Sebagai Augustus

Pada tahun 305, Diokletianus dan Augustus barat, Maximianus, mengundurkan diri dari jabatan mereka sebagai bagian dari perencanaan suksesi Tetrarki. Konstantius, yang saat itu adalah Caesar, diangkat menjadi Augustus di barat, sementara Galerius mengambil alih sebagai Augustus di timur. Namun, sebagai Augustus barat, Konstantius hanya memerintah selama setahun karena ia meninggal pada tahun 306 di kota Eboracum (sekarang York, Inggris) setelah kampanye militer melawan Pict di Skotlandia.

Sebelum kematiannya, Konstantius memanggil putranya, Konstantinus, untuk menemaninya dalam kampanye militernya. Saat kematiannya, pasukannya segera memproklamasikan Konstantinus sebagai Augustus, yang menyebabkan ketidakstabilan dalam sistem Tetrarki dan akhirnya mengarah pada perang saudara yang akan mengakhiri sistem ini.

Kebijakan dan Pemerintahan

Meskipun masa pemerintahannya singkat, Konstantius terkenal sebagai penguasa yang cakap dan moderat. Dia lebih toleran terhadap umat Kristen dibandingkan beberapa kaisar sezamannya. Meskipun dia tidak mengesahkan kebijakan pro-Kristen secara terbuka, dia tidak mengejar kebijakan penganiayaan umat Kristen secara agresif, terutama di wilayah barat yang dia kendalikan.

Konstantius juga berhasil mempertahankan keamanan di Galia dan Britannia, menjaga perbatasan utara Kekaisaran dari ancaman suku-suku barbar, terutama Franka dan Alemanni.

Keluarga

Konstantius awalnya menikah dengan Helena, seorang wanita yang tidak memiliki hubungan bangsawan tinggi tetapi yang kelak dikenal sebagai Santa Helena. Helena melahirkan putra mereka, Konstantinus, yang kemudian menjadi salah satu kaisar paling terkenal dalam sejarah Romawi. Namun, untuk memperkuat posisinya dalam sistem Tetrarki, Konstantius menceraikan Helena sekitar tahun 289 dan menikahi Theodora, putri tiri Maximianus. Dari pernikahan ini, Konstantius memiliki beberapa anak lain, termasuk Flavius Dalmatius dan Julius Konstantius.

Kematian dan Warisan

Konstantius meninggal pada 25 Juli 306 di Eboracum setelah penyakit singkat, saat tengah memimpin pasukannya dalam kampanye militer di utara Britannia. Kematian Konstantius menciptakan ketegangan dalam sistem Tetrarki, karena pasukannya memproklamasikan putranya, Konstantinus, sebagai Augustus, meskipun secara teknis Konstantinus seharusnya diangkat sebagai Caesar terlebih dahulu sesuai dengan sistem yang ditetapkan oleh Diokletianus.

Namun, dengan dukungan kuat dari pasukannya dan popularitas yang besar, Konstantinus mampu mempertahankan posisinya dan akhirnya menjadi penguasa tunggal Kekaisaran Romawi, memulai era yang dikenal sebagai Dominasi Konstantinus.

Dalam pandangan sejarah, meskipun Konstantius Klorus sering kali dibayangi oleh putranya, Konstantinus Agung, dia dianggap sebagai penguasa yang bijaksana dan moderat. Sikap tolerannya terhadap agama dan kemampuannya dalam menjaga stabilitas di wilayah barat Kekaisaran Romawi meninggalkan warisan yang signifikan dalam sejarah Kekaisaran Romawi.

Lihat Juga

Referensi

  1. Barnes, Timothy D. Constantine and Eusebius. Harvard University Press, 1981.
  2. Southern, Pat. The Roman Empire from Severus to Constantine. Routledge, 2001.
  3. Southern, Pat. The Roman Empire from Severus to Constantine. Routledge, 2001.


Kembali kehalaman sebelumnya