PupienusMarcus Clodius Pupienus Maximus (lahir sekitar tahun 178 – meninggal 29 Juli 238) adalah seorang kaisar Romawi yang memerintah pada tahun 238 bersama dengan Balbinus. Pemerintahan mereka dikenal sebagai periode "Tahun Enam Kaisar," suatu masa singkat namun penuh gejolak dalam sejarah Kekaisaran Romawi. Pupienus dan Balbinus ditunjuk oleh Senat Romawi untuk menggantikan Kaisar Maximinus Thrax, yang dianggap sebagai tiran. Namun, masa pemerintahan mereka hanya berlangsung beberapa bulan sebelum mereka dibunuh oleh Garda Praetoria. Latar BelakangPupienus berasal dari keluarga kelas menengah dan memiliki latar belakang militer yang kuat. Ia dianggap sebagai seorang tokoh yang berkemampuan tinggi dan memiliki reputasi sebagai administrator yang tegas. Selama kariernya, Pupienus pernah menjabat sebagai wali kota (prefek) di Roma, gubernur di berbagai provinsi, serta komandan militer. Sebagai seorang tokoh yang loyal kepada Kekaisaran Romawi, ia dihormati oleh Senat dan dianggap mampu memulihkan stabilitas dalam kekaisaran. Kenaikan TahtaPada awal 238, terjadi pemberontakan di provinsi Afrika, di mana Gaius Gordianus I dan putranya, Gordianus II, diproklamasikan sebagai kaisar. Namun, setelah kekalahan dan kematian Gordianus II dalam pertempuran, Senat Romawi khawatir akan tindakan balas dendam dari Maximinus Thrax, yang merupakan kaisar saat itu. Sebagai respon, Senat menunjuk Pupienus dan Balbinus sebagai kaisar bersama pada bulan April 238, untuk menggantikan Maximinus Thrax yang sedang berusaha menyerang Roma. Pupienus dan Balbinus, meskipun bekerja sama dalam posisi kekaisaran, memiliki karakter dan latar belakang yang berbeda. Pupienus, yang memiliki pengalaman militer, bertanggung jawab atas pertahanan Roma dan memimpin pasukan untuk melawan Maximinus. Sementara itu, Balbinus, yang lebih berpengalaman dalam bidang administrasi, bertanggung jawab atas urusan sipil dan stabilitas dalam kota. Masa PemerintahanMasa pemerintahan Pupienus dan Balbinus berlangsung singkat dan penuh ketegangan. Keduanya tidak berhasil mendapatkan dukungan penuh dari rakyat Romawi maupun dari Garda Praetoria, yang lebih memilih untuk mendukung cucu Gaius Gordianus I, yakni Gordianus III. Ketegangan antara Pupienus dan Balbinus semakin meningkat ketika mereka saling mencurigai satu sama lain, karena perbedaan latar belakang dan pandangan mengenai pemerintahan. Di bawah ancaman dari Maximinus Thrax yang mendekati Roma dengan pasukannya, Pupienus melakukan persiapan militer yang ekstensif untuk mempertahankan kota. Namun, sebelum terjadi pertempuran, Maximinus terbunuh oleh para prajuritnya sendiri di Aquileia. Hal ini memberi kesempatan bagi Pupienus dan Balbinus untuk memperkuat kedudukan mereka. Namun, perselisihan antara kedua kaisar terus berlanjut, yang menimbulkan ketidakpuasan di kalangan Garda Praetoria. Pembunuhan oleh Garda PraetoriaKetegangan antara Pupienus dan Balbinus mencapai puncaknya pada musim panas tahun 238. Garda Praetoria, yang merasa tidak puas dengan keduanya, akhirnya mengambil tindakan drastis. Pada tanggal 29 Juli 238, mereka menyerbu istana dan membunuh kedua kaisar. Pembunuhan ini menandai akhir dari pemerintahan singkat Pupienus dan Balbinus. Setelah kematian mereka, Gordianus III, yang saat itu masih remaja, diangkat sebagai kaisar oleh Garda Praetoria dan Senat. Pemerintahan Pupienus dan Balbinus pun berakhir secara tragis, dan mereka dikenang sebagai pemimpin yang tidak mampu mengatasi ketidakstabilan dalam kekaisaran. Warisan dan Penilaian SejarahPupienus dikenang dalam sejarah Romawi sebagai seorang pemimpin dengan karakter tegas dan berani, meskipun ia hanya memerintah dalam waktu yang sangat singkat. Masa pemerintahannya bersama Balbinus mencerminkan krisis kepemimpinan yang melanda Kekaisaran Romawi pada abad ke-3. Meskipun upaya mereka untuk menggulingkan Maximinus Thrax berhasil, kegagalan dalam mencapai kesepakatan dan kurangnya dukungan dari Garda Praetoria membuat mereka tidak dapat bertahan lama di tampuk kekuasaan. Rujukan
|