Share to:

 

Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala

Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
Logo resmi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
center
Lokasi Museum Dirgantara Mandala di Kabupaten Bantul
center
Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Daerah Istimewa Yogyakarta)
center
Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Jawa)
Didirikan4 April 1969
LokasiKomplek TNI AU Lanud Adisutjipto, Jl Raya Solo, Kec. Banguntapan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Indonesia
Koordinat7°47′24″S 110°24′56″E / 7.789935°S 110.415675°E / -7.789935; 110.415675
JenisMuseum Militer
KoleksiBenda-benda yang berkaitan dengan TNI Angkatan Udara
Ukuran koleksi1.159
PemilikTNI Angkatan Udara
Situs webSitus Web Resmi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala

Museum Pusat TNI AU "Dirgantara Mandala" adalah museum yang digagas oleh TNI Angkatan Udara yang berisikan benda-benda koleksi sejarah, dimana sebagian besarnya berupa pesawat terbang yang pernah mengabdikan diri di lingkungan TNI AU.[1] Museum ini berlokasi kurang lebih 6 kilometer arah timur dari pusat Kota Yogyakarta, yaitu di kompleks Pangkalan Udara Adi Sutjipto, Kec. Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Museum ini sebelumnya berada berada di Jalan Tanah Abang Bukit, Jakarta dan diresmikan pada 4 April 1969 oleh Panglima AU Laksamana Roesmin Noerjadin lalu dipindahkan ke Yogyakarta pada 29 Juli 1978.[2]

Sejarah

Latar Belakang

Museum ini didirikan dengan berdasarkan dua hal utama yaitu:

  • Mendokumentasikan segala kegiatan dan peristiwa bersejarah dalam bertumbuhnya TNI Angkatan Udara
  • Nilai-nilai luhur perjuangan 1945, yang bisa diwariskan kepada para anak cucu negeri ini.

Berdasarkan dua hal tersebut, dituangkan dalam Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara Nomor 491 tanggal 6 Agustus 1960 tentang dokumentasi, sejarah dan museum Angkatan Udara Republik Indonesia, yang baru bisa diwujudkan dalam bentuk embrio pada tanggal 21 April 1967 dan dibawah pembinaan Asisten Direktorat Hubungan Masyarakat Angkatan Udara Republik Indonesia.[3] Dalam bentuk embrio ini, ia sudah memiliki tiga bagian yaitu:

  • Bagian pembinaan benda-benda
  • Bagian administrasi dan deskripsi
  • Bagian dokumentasi dan pameran

dengan kegiatan yang masih terbatas.

Mulai ada kegiatan lebih berarti setelah adanya Instruksi Menteri/Panglima Angkatan Udara Nomor 2 tahun 1967 tanggal 30 Juli 1967 tentang peningkatan kegiatan bidang sejarah, budaya dan museum Angkatan Udara. Pada tanggal 4 April 1969, museum ini diresmikan oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana Roesmin Noerjadin, dengan nama Museum Pusat Angkatan Udara Republik Indonesia. Dalam peresmiannya turut dihadiri oleh beberapa tokoh penting TNI AU, antara lain:

Awalnya, museum berada kawasan Markas Komando Wilayah Udara V (Makowilu V) di Jalan Tanah Abang Bukit, Jakarta. Dan pada saat bersamaan berdiri juga Museum Pendidikan/Karbol di Lembaga Pendidikan AKABRI Bagian Udara, Yogyakarta atau sekarang dikenal dengan nama AAU, sehingga muncul ide untuk penyatuan kedua, selain juga untuk menampung koleksi alat utama sistem senjata TNI AU yang kian terus berkembang sehingga dibutuhkan tempat yang lebih luas.

1978 - 1982

Penentuan lokasi museum ada di Yogyakarta didasarkan atas pemikiran sebagai berikut:

Atas dasar itulah maka Kepala Staf TNI AU mengeluarkan keputusan No. Kep/11/IV/1978 tertanggal 17 April 1978 yang menetapkan bahwa Museum Pusat AURI dipindahkan ke Yogyakarta dan disinergikan dengan Museum Pendidikan Pendidikan/Karbol menjadi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.

1982 - Sekarang

Pimpinan TNI-AU kemudian menunjuk gedung bekas pabrik gula di Wonocatur Lanud Adisutjipto yang pada masa pendudukan Jepang digunakan sebagai gudang logisitik sebagai Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala. Pada tanggal 17 Desember 1982, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menandatangani sebuah prasasti. Hal ini diperkuat dengan surat perintah Kepala Staf TNI-AU No.Sprin/05/IV/1984 tanggal 11 April 1984 tentang rehabilitasi gedung ini untuk dipersiapkan sebagai gedung permanen Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala. Dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal 29 Juli 1984 Kepala Staf TNI-AU Marsekal TNI Sukardi meresmikan penggunaan gedung yang sudah direnovasi tersebut sebagai gedung Museum Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala” dengan luas area museum seluruhnya kurang lebih 4,2 Ha. Luas bangunan seluruhnya yang digunakan 8.765 m2.[4]

Museum dan isinya

Akses

Ada beberapa cara untuk menuju ke lokasi museum ini, yaitu sebagai berikut:

  1. Mempergunakan kendaraan pribadi. Untuk menuju ke museum ini bisa langsung ke Lanud Adisutjipto dengan cek point yaitu SD Angkasa Lanud Adisutjipto yang berada di tepi jalan raya Janti.[5]
  2. Mempergunakan kendaraan umum, bus atau kereta api. Untuk menuju ke museum ini bisa dengan menaiki bus Trans Jogya dan turun di halte "Jembatan Layang Janti".[5]
  3. Dengan pesawat udara. Mendarat di Lanud Adisutjipto, Yogyakarta dan menuju ke arah Barat, kurang lebih 3 kilometer dengan cek point SD Angkasa.[5]

Ruangan Museum

Pelbagai koleksi maupun benda bersejarah TNI AU dipamerkan dalam ruangan berbeda dengan nama sebagai berikut:

Pesawat C-130B Hercules T 301

Koleksi Memorabilia TNI-AU

Museum ini menyimpan sejumlah foto tokoh-tokoh sejarah serta diorama peristiwa sejarah Angkatan Udara Indonesia.

Ruang Alutsista I dan II

Ruangan ini menyimpan sejumlah pesawat tempur dan replikayang kebanyakan berasal dari masa Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan, diantaranya:

  • Pesawat A-4 Skyhawk
Pesawat A-4 Skyhawk TNI AU di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala

Pesawat ini merupakan buatan dari pabrik Douglas Aircraft Company, Amerika Serikat dan mulai dioperasikan oleh TNI AU sejak Mei 1980. Ia memiliki beberapa julukan diantaranya : "Scooter", "Bantan Bomber", "Tinker Toy Bomber", Heinemann Hot Red" dan di kalangan para penerbang TNI AU ia lebih dikenal sebagai "Si Bongkok". Ia merupakan pesawat yang tangguh, dirancang untuk dioperasikan di kalangan Angkatan Laut Amerika Serikat dengan ditenagai oleh satu mesin turbojet Pratt & Whitney J52-P8A, dengan daya dorong 9.200 lbs dan bisa membawa beban seberat 4,5 ton di luar badannya sendiri dan memiliki kecepatan melesat 420 Knots pada ketinggian kurang dari 500 kaki.

Karena dirancang untuk keperluan Angkatan Laut Amerika Serikat, maka ia juga memiliki tingkat keamanan yang tinggi bagi awak pesawatnya karena dilengkapi dengan kursi lontar "zero zero ejection seat", dimana kursi lontarnya bisa dioperasikan pada ketinggian 0 meter serta kecepatan pesawatnya 0 knot, bahkan bisa melontarkan penerbangnya dengan aman, walau pesawatnya sudah masuk ke laut. Pesawat ini juga dilengkapi dengan sistem belly landing, yaitu ia dapat mendarat dengan aman walau tanpa mengeluarkan roda pendaratan. Dalam pengoperasiannya di Indonesia, pesawat ini mengalami beberapa modifikasi, antara lain:[6]

  • Pemasangan kamera pengintai VICON 70 Camera
  • Radio Komunikasi dengan frekuensi standard TNI ARC 182 (VHF-UHV-AMFM)
  • Doppler Antena
  • TANS Computer
  • Sistem pemandu senjata WDNS (Weapon Delivery Navigation Systems)
  • Pembidik senjata Ferranti Gun Sight, dan
  • Front Mounting Gun
  • Pesawat F-5E/F Tiger II
Pesawat F-5E/F Tiger II TNI AU

Pesawat ini buatan pabrik Northrop F-5, Amerika Serikat ini memiliki ketangguhan yang bagus karena dipergunakan selama Perang Vietnam oleh Amerika Serikat. Bentuknya yang panjang dan runcing, supersonik (kecepatan maksimumnya hingga 1,6 Mach) dan bisa dipersenjatai dengan sepasang Canon M.39, rudal udara ke udara AIM-9 P-2 Sidewinder (salah satu rudal terbaik kala itu di kelasnya). TNI AU memiliki tidak kurang 16 unit pesawat ini dimana 12 unitnya merupakan varian kursi tunggal (F-5E) dan sisanya kursi ganda (F-5F), ditempatkan di Skadron Udara 14, Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur. Pesawat ini dijuluki "Sang Macan" oleh para penerbang TNI AU dan menjadi tulang punggung dari dekade 1980-an hingga tahun 2016, dimana oleh pabrikannya ia diberi julukan "Freedom Frighter". Ia bisa melesat dengan kecepatan 1,4 Mach di ketinggian jelajah 36.000 kaki karena didorong sepasang mesin J85-GE-13 Turbo Jet buatan pabrik General Electric dan mampu menjangkau ketinggian terbang hingga 50.500 kaki. Apabila dengan tanki penuh, ia bisa menjangkau jarak hingga 1.387 mil dan dengan perlengkapan penuh ia memiliki radius tempur 195 mil, atau dengan tangki penuh dan dua bom di sayap, ia memiliki radius 558 mil.[7]

Koleksi Pesawat

Daftar koleksi di Museum Dirgantara Mandala

Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala baru-baru ini mendapat tambahan koleksi berupa Prototype Bom sejumlah 9 buah buatan Dislitbangau yang bekerjasama dengan PT. Pindad dan PT. Sari Bahari. Bom-bom tersebut merupakan bom latih (BLA/BLP) dan bom tajam (BT) yang memiliki daya ledak tinggi (high explosive), sebagai amunisi Pesawat Sukhoi Su-30, F-16, Super Tucano dll.[8]

Galeri

Referensi

  1. ^ Sudarno 2015, hlm. 1.
  2. ^ Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
  3. ^ Sudarno 2015, hlm. 2.
  4. ^ "Tentang Museum"
  5. ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :0
  6. ^ Saragih 2018, hlm. 8 - 26.
  7. ^ Saragih 2018, hlm. 27 - 46.
  8. ^ "Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala Tambah Koleksi Alutsista 9 Buah Prototype Bom Buatan Dislitbangau" website tni-au.mil.id

Daftar Pustaka

  • Sudarno, Kolonel Drs. (2015). Panduan Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala. Yogyakarta: Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala. hlm. 1. 
  • Saragih, Maylina (2018). 18 Pesawat Warnai Muspusdirla Yogyakarta. Jakarta: Dinas Penerangan TNI AU. 
Kembali kehalaman sebelumnya