Standard Chartered
Standard Chartered plc adalah sebuah perusahaan jasa keuangan multinasional[3] yang berkantor pusat di London, Inggris. Perusahaan ini mengoperasikan lebih dari 1.200 kantor cabang dan gerai (termasuk anak usaha, asosiasi, dan joint venture) di lebih dari 70 negara dengan mempekerjakan sekitar 87.000 orang. Perusahaan ini adalah sebuah bank universal dengan bisnis di bidang perbankan konsumen, korporat, dan institusional, serta menyediakan jasa treasuri. Walaupun berkantor pusat di Britania Raya, perusahaan ini tidak menyediakan jasa perbankan ritel di Britania Raya, dan sekitar 90% laba perusahaan ini berasal dari Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Standard Chartered melantai di London Stock Exchange dan merupakan salah satu komponen dari Indeks FTSE 100. Selain itu, perusahaan ini juga melantai di Hong Kong Stock Exchange, National Stock Exchange of India, OTC Markets Group Pink. Pemegang saham terbesar dari perusahaan ini adalah Temasek Holdings milik Pemerintah Singapura.[4][5][6] Perusahaan ini juga dianggap sebagai sebuah lembaga keuangan berdampak sistemik oleh Financial Stability Board. José Viñals saat ini merupakan Chairman dari Standard Chartered.[7] Sementara Bill Winters saat ini menjabat sebagai CEO.[8] NamaNama Standard Chartered berasal dari nama dua bank yang bergabung untuk membentuk perusahaan ini pada tahun 1969, yakni The Chartered Bank of India, Australia and China dan Standard Bank of British South Africa.[9] SejarahPendahuluChartered BankChartered Bank memulai sejarahnya ketika Ratu Victoria memberi sebuah piagam kerajaan ke James Wilson pada tahun 1853. Chartered membuka cabang pertamanya di Mumbai, Kolkata, dan Shanghai pada tahun 1858, lalu di Hong Kong dan Singapura pada tahun 1859. Bank ini kemudian mulai menerbitkan uang kertas dari Dolar Hong Kong pada tahun 1862.[9] Standard BankStandard Bank adalah sebuah bank yang didirikan di Provinsi Cape, Afrika Selatan pada tahun 1862 oleh John Paterson.[10] Setelah mendirikan sejumlah kantor cabang, Standard menjadi yang terkemuka dalam mendanai pengembangan ladang berlian Kimberley mulai tahun 1867. Standard kemudian terus mengembangkan jaringannya ke Johannesburg saat emas ditemukan di sana pada tahun 1885. Separuh dari hasil ladang emas terbesar kedua di dunia tersebut pun dikirim melalui Standard Bank ke London. Standard kemudian berekspansi ke seantero Afrika, namun baru pada tahun 1883, bank ini resmi memakai nama Standard Bank of South Africa. Pada tahun 1962, bank ini mengubah namanya menjadi Standard Bank Ltd., dan bisnisnya di Afrika Selatan kemudian dipisah menjadi sebuah perusahaan tersendiri dengan nama Standard Bank of South Africa Ltd.[9] 1969 - 2000Pada tahun 1969, Chartered Bank dan Standard Bank memutuskan untuk bergabung dan menyeimbangkan jaringan kantor cabangnya dengan berekspansi ke Eropa dan Amerika Serikat, sembari tetap berekspansi di Asia dan Afrika.[9] Pada tahun 1986, Lloyds mengajukan tawaran pengambilalihan paksa untuk perusahaan ini.[11] Walaupun tawaran tersebut akhirnya gagal, Standard Chartered kemudian melakukan serangkaian perubahan, termasuk melakukan divestasi, terutama di Amerika Serikat dan Afrika Selatan. Union Bank dijual ke Bank of Tokyo dan United Bank of Arizona dijual ke Citicorp.[12] Pada tahun 1986, sebuah konsorsium bisnis membeli 35% saham perusahaan ini untuk menangkis Lloyds. Salah satu anggota konsorsium tersebut adalah Khoo Teck Puat asal Singapura, yang membeli 5% saham perusahaan ini, dan kemudian meningkatkannya menjadi 13,4%.[13] Pada tahun 1987, Standard Chartered menjual seluruh saham Standard Bank Group yang mereka pegang.[14] Pada tahun 1992, sebuah skandal mengemuka ketika regulator perbankan menuntut sejumlah pegawai Standard Chartered di Mumbai atas tuduhan secara ilegal mengalihkan dana simpanan untuk digunakan berspekulasi di pasar saham. Denda dari regulator di India dan penyisihan kerugian merugikan bank hampir £350 juta, atau sepertiga dari modal perusahaan ini pada saat itu.[15] Pada tahun 1994, Sunday Times memberitakan bahwa seorang pimpinan di divisi logam dari bank ini telah menyuap pejabat di Malaysia dan Filipina. Pada tanggal 18 Juli 1994, bank ini pun mengakui bahwa ada "perbedaan dalam klaim pengeluaran [yang] ... meliputi hadiah untuk orang di negara tertentu guna memfasilitasi bisnis, sebuah praktek yang berlawanan dengan aturan bank".[16] Pada tahun 1994, Securities and Futures Commission Hong Kong menemukan bahwa bisnis perbankan investasi dari Standard Chartered di Asia telah secara ilegal membantu mendukung secara artifisial harga saham baru yang mereka jamin untuk enam perusahaan mulai bulan Juli 1991 hingga Maret 1993. Bank inipun mengakui tuduhan tersebut, lalu meminta maaf dan mereorganisasi unit kepialangannya. Komisi tersebut kemudian melarang bank ini untuk melakukan penjaminan emisi di Hong Kong selama sembilan bulan.[17] Pada tahun 1997, Standard Chartered menjual divisi logamnya, yakni Mocatta Bullion dan Base Metals, ke Scotiabank asal Toronto dengan harga US$26 juta.[18] Pasca dilarang melakukan penjaminan emisi selama sembilan bulan, bisnis perbankan investasi dari Standard Chartered di Asia tidak dapat pulih, sehingga pada tahun 2000, bisnis tersebut akhirnya ditutup.[19] 2000 - 2010Pada tahun 2000, Standard Chartered mengakuisisi Grindlays Bank milik ANZ, sehingga meningkatkan eksistensi bank ini di bisnis perbankan privat dan meningkatkan eksistensi bank ini di India dan Pakistan. Standard Chartered pun tetap mempertahankan bisnis perbankan privat dari Grindlays di London dan Luxembourg, serta anak usaha Grindlays di Jersey, yang mana semuanya diintegrasikan ke bisnis bank privat dari Standard Chartered. Semua bisnis tersebut kini melayani nasabah high-net-worth di Hong Kong, Dubai, dan Johannesburg dengan nama Standard Chartered Grindlays Offshore Financial Services.[20] Setelah Standard Chartered (Hong Kong) dibentuk pada tanggal 1 Juli 2004, Dewan Legislatif Hong Kong pun mengamandemen Ordonansi Penerbitan Uang Kertas Resmi. Amandemen tersebut menggantikan Standard Chartered Bank dengan Standard Chartered Bank (Hong Kong) Ltd, sebagai salah satu bank penerbit uang di Hong Kong.[21] Pada tahun yang sama, Standard Chartered Bank dan Astra International (anak usaha Jardine Matheson) mengambil alih PermataBank, dan pada tahun 2006, keduanya meningkatkan kepemilikan sahamnya di PermataBank menjadi 89,01%. Dengan 276 kantor cabang dan 549 ATM di 55 kota di seantero Indonesia, PermataBank merupakan bank dengan jumlah kantor cabang terbanyak kedua di lingkungan Standard Chartered.[22] Pada tanggal 15 April 2005, bank ini mengakuisisi Korea First Bank, setelah mengalahkan tawaran dari HSBC.[23] Nama dagang bank tersebut pun diubah menjadi SC First Bank. Pada bulan Oktober 2005, Standard Chartered mengintegrasikan kantor cabangnya di Bangkok dengan Standard Chartered Nakornthon Bank, dan mengubah namanya menjadi Standard Chartered Bank (Thailand).[24] Standard Chartered juga membentuk aliansi strategis dengan Fleming Family & Partners untuk mengembangkan bisnis manajemen kekayaan privatnya di Asia dan Timur Tengah, serta mengakuisisi sejumlah saham ACB Vietnam, Travelex, American Express Bank (Bangladesh), dan Bohai Bank (Tiongkok). Khoo Teck Puat kemudian meninggal pada tahun 2004, dan pada tanggal 28 Maret 2006, Temasek resmi membeli 11,55% saham perusahaan ini yang sebelumnya dipegang oleh Khoo Teck Puat.[4][5][6] Pada tanggal 9 Agustus 2006, Standard Chartered mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi 81% saham Union Bank of Pakistan dengan harga sekitar $511 juta. Akuisisi tersebut pun menjadi akuisisi pertama yang dilakukan oleh perusahaan asing atas sebuah bank di Pakistan. Standard Chartered Bank (Pakistan) kini merupakan bank terbesar keenam di Pakistan.[25] Pada tanggal 22 Oktober 2006, Standard Chartered mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi lebih dari 51% saham Hsinchu International Bank yang didirikan pada tahun 1948 di Hsinchu, Taiwan.[26] Pada tahun 2007, Standard Chartered membuka kantor pusat untuk bisnis perbankan privatnya di Singapura.[27] 2010 - sekarangPada tanggal 12 Desember 2019, Standard Chartered Bank melepaskan sahamnya di PermataBank ke Bangkok Bank.[28] Pada tanggal 17 April 2023, diumumkan bahwa Bank Danamon akan mengakuisisi Pinjaman Ritel Konvensional Standard Chartered Bank Indonesia. Nasabah yang terdampak adalah nasabah kartu kredit, kredit pemilikan rumah, kredit tanpa agunan, dan kredit kendaraan bermotor. Peralihan portofolio keempat hal tersebut dari Standard Chartered Bank Indonesia ke Bank Danamon telah selesai pada tanggal 9 Desember 2023, dan semua kartu kredit Standard Chartered berubah menjadi kartu kredit Danamon.[29] Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Standard Chartered Bank. |