Share to:

 

Mataiwoi, Loea, Kolaka Timur

4°05′52″S 121°52′52″E / 4.09777364°S 121.88097824°E / -4.09777364; 121.88097824

Mataiwoi
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Tenggara
KabupatenKolaka Timur
KecamatanLoea
Kode pos
93574
Kode Kemendagri74.11.02.2007 Edit nilai pada Wikidata
Luas12,71 Km²
Jumlah penduduk676 jiwa
Kepadatan53 jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 4°5′51.98510″S 121°52′51.52166″E / 4.0977736389°S 121.8809782389°E / -4.0977736389; 121.8809782389


Kolaka Timur, Thn 2024

Mataiwoi [1]adalah desa berkoordinat 4°05'51.6"S 121°52'52.1"E di kecamatan Loea, Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, Indonesia.



Pelantikan kepala desa di Kabupaten Kolaka Timur pada 6 Februari 2023 menghasilkan sejumlah pemimpin baru, termasuk Putu Endra Ariyana yang kini menjabat sebagai Kepala Desa Mataiwoi. Dalam sambutannya, Bupati Kolaka Timur menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bagi kemajuan desa. Putu Endra Ariyana, bersama dengan kepala desa terpilih lainnya, diharapkan dapat membawa perubahan positif bagi masyarakat di masing-masing desa.[2]



Struktur penduduk

Dengan jumlah penduduk 940 jiwa dan 129 kepala keluarga, Struktur penduduk Mataiwoi pun cukup beragam, dengan 45 keluarga memiliki balita, 49 keluarga memiliki remaja, dan 10 keluarga memiliki lansia. Adanya 49 remaja di desa ini menunjukkan potensi generasi muda sebagai penerus estafet pembangunan desa. Terdapat 55 KK yang telah mengikuti program Keluarga Berencana, menggunakan berbagai metode kontrasepsi seperti IUD, MOW, MOP, kondom, implan, suntik, dan pil. Namun, masih terdapat 25 KK yang belum berpartisipasi dalam program Keluarga Berencana. Untuk mendukung kesejahteraan keluarga, Desa Mataiwoi telah menyediakan BKB, BKR, dan BKL guna membina keluarga balita, remaja, dan lansia. Selain itu, terdapat UPPKA untuk meningkatkan pendapatan keluarga, PIK R sebagai pusat informasi bagi remaja, Sekretariat KKB sebagai pusat koordinasi program KB, serta Rumah Dataku sebagai pusat data kependudukan.

Posyandu Balita

Posyandu Balita di Desa Mataiwoi berperan penting dalam membangun komunitas yang peduli terhadap kesehatan anak. Kegiatan rutin di Posyandu tidak hanya bermanfaat bagi tumbuh kembang anak, tetapi juga mempererat hubungan antarwarga, terutama para orang tua muda. Hal ini membuat Desa Mataiwoi semakin menarik bagi keluarga muda yang ingin tinggal di lingkungan yang harmonis dan saling mendukung.

Kegiatan ini bertujuan untuk Meningkatkan kesadaran orang tua balita untuk mengontrol tumbuh kembang Anak, yang dihadiri oleh Balita yg didampingi orang tua,

Setelah mengikuti kegiatan ini peserta menjadi paham pentingnya mengontrol tumbuh kembang anak setiap bulannya.

Kegiatan ini terlaksana dikarenakan usaha yang dilakukan oleh Kepala Desa, UPTD PP dan KB[3] Loea serta Serta UPTD PUSKESMAS LOEA dalam mengadvokasi/membuat proposal/mengajak masyarakat dan pihak-terkait, sehingga dengan bantuan/fasilitasi Pemerintah Setempat

Kegiatan ini terlaksanan dengan antusias peserta cukup baik.

Sekolah Lansia

Sumber pendanaan puskesmas terdiri dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan sumber- sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

Berkat kerja sama antara pemerintah desa, UPTD PP dan KB Loea, UPTD Puskesmas Loea, serta partisipasi aktif masyarakat, Desa Mataiwoi telah berhasil menyelenggarakan Sekolah Lansia. Program ini merupakan wujud nyata kepedulian terhadap kesejahteraan lansia dan upaya untuk menciptakan lingkungan yang ramah lansia.

Mencegah stunting sejak dini

Desa Mataiwoi telah berhasil melibatkan seluruh pasangan usia subur (PUS) yang berencana keluarga dalam program pengukuran dan penimbangan bayi, balita, dan ibu hamil. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah desa dalam mencegah stunting sejak dini. Dengan melibatkan PUS secara aktif, diharapkan dapat meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan reproduksi dan mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga pertumbuhan anak dapat optimal.

Desa Mataiwoi telah mencapai suatu prestasi yang signifikan dalam upaya pencegahan stunting. Melalui program pengukuran dan penimbangan yang melibatkan seluruh pasangan usia subur (PUS), desa ini menunjukkan komitmen yang kuat terhadap kesehatan ibu dan anak. Dengan melibatkan seluruh PUS, Desa Mataiwoi berhasil:

Mendeteksi dini kasus stunting: Dengan melakukan pengukuran dan penimbangan secara rutin, kasus stunting dapat terdeteksi sejak dini. Hal ini memungkinkan pemberian intervensi yang tepat dan cepat sehingga pertumbuhan anak dapat kembali normal.

Meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan: Program ini memberikan akses yang lebih mudah bagi seluruh PUS terhadap layanan kesehatan, termasuk konseling gizi, imunisasi, dan pemeriksaan kehamilan.

Mendorong partisipasi masyarakat: Partisipasi aktif seluruh PUS dalam program ini menunjukkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan anak dan peran mereka dalam mencegah stunting.

Membangun kerjasama lintas sektor: Program ini tidak dapat berjalan dengan sukses tanpa adanya kerjasama yang baik antara pemerintah desa, petugas kesehatan, dan masyarakat.

Implikasi keberhasilan program:

Keberhasilan Desa Mataiwoi dalam melibatkan seluruh PUS memiliki implikasi yang sangat positif, antara lain:

Peningkatan kualitas hidup masyarakat: Dengan menurunnya angka stunting, kualitas hidup masyarakat akan meningkat karena anak-anak dapat tumbuh kembang secara optimal dan memiliki potensi yang lebih baik di masa depan.

Penghematan biaya kesehatan: Deteksi dini dan intervensi yang tepat dapat mencegah terjadinya komplikasi akibat stunting, sehingga biaya kesehatan masyarakat dapat ditekan.

Menjadi contoh bagi desa lain: Keberhasilan Desa Mataiwoi dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lain untuk melaksanakan program serupa dan mencapai hasil yang sama.

Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan program:

Beberapa faktor yang mungkin mendukung keberhasilan program di Desa Mataiwoi antara lain:

Kepemimpinan yang kuat: Kepemimpinan kepala desa yang visioner dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat sangat penting dalam mendorong keberhasilan program.

Keterlibatan masyarakat: Partisipasi aktif masyarakat, terutama para kader dan tokoh masyarakat, sangat krusial dalam menyukseskan program ini.

Dukungan dari berbagai pihak: Dukungan dari pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta juga sangat penting dalam menyediakan sumber daya yang dibutuhkan.

Sistem pemantauan dan evaluasi yang baik: Adanya sistem pemantauan dan evaluasi yang efektif memungkinkan program ini terus ditingkatkan dan disesuaikan dengan kebutuhan.

Keberhasilan Desa Mataiwoi dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Indonesia. Beberapa pelajaran penting yang dapat diambil dari keberhasilan ini adalah:

Pentingnya Partisipasi Masyarakat: Melibatkan seluruh masyarakat, terutama ibu-ibu, dalam program kesehatan sangat penting.

Deteksi Dini Adalah Kunci: Deteksi dini kasus stunting memungkinkan intervensi yang tepat dan efektif.

Kolaborasi Multisektor: Kerjasama antara berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta, sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal.

Langkah Selanjutnya

Untuk mempertahankan keberhasilan program ini, Desa Mataiwoi perlu terus melakukan upaya-upaya berikut:

Peningkatan Kapasitas: Melakukan pelatihan bagi kader dan petugas kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka.

Pemantauan dan Evaluasi: Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk mengukur keberhasilan program dan melakukan perbaikan jika diperlukan.

Inovasi: Terus mencari inovasi-inovasi baru untuk meningkatkan efektivitas program.

Dengan terus berupaya, Desa Mataiwoi dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam upaya pencegahan stunting dan mewujudkan generasi emas Indonesia.


Pembinaan dan pemberdayaan kepemudaan, olahraga dan seni budaya

Majelis Utama Desa Adat dan Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Sultra mengapresiasi dan mendukung langkah Turnamen Bola Mini Dwitawana Cup I

Penjabat Bupati Kolaka Timur, Ir. H. Sulwan Aboenawas, M.Si.[4], secara resmi membuka Turnamen Bola Mini Dwitawana Cup I pada Senin sore, 6 Juni 2022. Acara yang berlangsung di Lapangan Sepak Bola Desa Mataiwoi, Kecamatan Loea, ini diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan dan menjadi momen penting dalam upaya pemerintah daerah untuk mendorong semangat sportivitas dan menjunjung tinggi nilai-nilai positif di kalangan generasi muda.

Pemerintah Kabupaten Kolaka Timur menunjukkan komitmennya dalam pembinaan dan pemberdayaan kepemudaan melalui penyelenggaraan Turnamen Bola Mini Dwitawana Cup I pada Juni 2022. Acara ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk menyalurkan minat dan bakat di bidang olahraga, sekaligus menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas.


Keluarga Berencana

Mataiwoi menunjukkan pertumbuhan yang stabil dalam beberapa tahun terakhir. Adanya 80 Keluarga Berencana juga mengindikasikan adanya upaya untuk mengembangkan perekonomian desa. Sejalan dengan nilai gotong royong yang dijunjung tinggi dalam hukum Desa Adat Dwitawana. Hukum perasaan yang mendasari kehidupan masyarakat Mataiwoi menjadi perekat sosial yang kuat, mendorong warga untuk saling membantu dan bergotong royong dalam membangun desa.

Hukum Adat Dwitawana: Menambahkan frasa ini menegaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan desa Mataiwoi tidak terlepas dari sistem hukum adat yang berlaku. Hukum adat dwitawana, dengan prinsip-prinsip gotong royong dan musyawarah mufakat, menjadi landasan bagi masyarakat dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.

Hukum Perasaan: Konsep "hukum perasaan[5]" dalam konteks ini merujuk pada pentingnya nilai-nilai sosial, moral, dan etika dalam mengatur kehidupan masyarakat. Hukum perasaan mendorong masyarakat untuk bertindak berdasarkan hati nurani dan mempertimbangkan dampak tindakan mereka terhadap orang lain.

Kaitan dengan Pusat Usaha Kecil Setempat: Pertumbuhan pusat usaha kecil setempat menunjukkan bahwa masyarakat Mataiwoi tidak hanya fokus pada pertanian atau sektor primer, tetapi juga aktif mengembangkan sektor ekonomi lainnya. Hal ini sejalan dengan semangat gotong royong dan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan bersama.


Daya Tarik Wisata Embung Desa dengan Nuansa Bali

1. Ritual Keagamaan di Pinggir Embung[6]:

Melasti: Ajak wisatawan untuk menyaksikan atau bahkan berpartisipasi dalam upacara Melasti di sekitar embung. Jelaskan makna spiritual dari upacara ini dan bagaimana masyarakat Bali menyucikan diri dan alam.

Manusa Yadnya: Jika ada upacara Manusa Yadnya (upacara kematian) yang melibatkan prosesi di sekitar embung, informasikan kepada wisatawan. Ini bisa menjadi pengalaman unik untuk mengenal tradisi kematian dalam budaya Bali.

Upacara Panca Yajna: Jelaskan berbagai upacara Panca Yajna yang sering dilakukan di sekitar embung, seperti Pitra Yajna (untuk menghormati leluhur) atau Bhuta Yada (untuk menenangkan roh-roh jahat).

2. Kegiatan Adat dan Budaya:

Tari dan Gamelan: Adakan pertunjukan tari dan gamelan Bali di sekitar embung, terutama saat di adakan acara odalan. Wisatawan dapat menikmati keindahan seni pertunjukan Bali sambil menikmati suasana pedesaan.

Kerajinan Tangan: Ajak pengrajin lokal untuk memamerkan dan menjual hasil kerajinan mereka di sekitar embung. Ini bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin membawa oleh-oleh khas Bali.

Demo Memasak: Ajak ibu-ibu PKK untuk memberikan demo memasak makanan tradisional Bali. Wisatawan bisa belajar membuat makanan Bali dan mencicipinya langsung.

3. Potensi Wisata Alam:

Pemandangan Sawah: Manfaatkan pemandangan sawah terasering yang indah di sekitar embung sebagai latar belakang foto yang menarik.

Trekking Ringan: Kawasan jalur trekking ringan di sekitar embung agar wisatawan bisa menikmati keindahan alam sambil berolahraga.

Berkemah: Fasilitasi area berkemah bagi wisatawan yang ingin menginap semalam di sekitar embung.

4. Edukasi Budaya:

Museum Mini Desa: Kawasan museum mini yang berisi benda-benda pusaka, pakaian adat, dan alat-alat pertanian tradisional.

Pembangunan Pagar Pura Dalem Adat Dwitawana

Tur Budaya: Adakan tur budaya yang dipandu oleh penduduk lokal untuk memperkenalkan lebih jauh tentang sejarah, adat istiadat, dan kehidupan masyarakat Bali.

5. Pengembangan Infrastruktur:

Gazebo dan Tempat Istirahat: Tersedia gazebo atau tempat istirahat dengan pemandangan embung yang indah.

Toilet Umum: Pastikan sudah menggunakan toilet umum yang bersih dan nyaman.

Tempat Sampah: Tersedi tempat sampah yang cukup dan atur sistem pengelolaan sampah yang baik.

"Rasakan kedamaian Bali di Embung Mataiwoi. Saksikan keindahan alam, nikmati sajian budaya, dan rasakan keramahan masyarakat Bali. Jangan lewatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam upacara Melasti dan belajar membuat makanan tradisional Bali!"

"Embung Mataiwoi adalah perpaduan sempurna antara keindahan alam dan kekayaan budaya Bali. Jelajahi desa, nikmati suasana pedesaan yang tenang, dan rasakan kearifan lokal masyarakat Bali."


Desa Mataiwoi Bersatu dalam Ngaben Massal Dwitawana

Desa Mataiwoi telah menunjukkan semangat gotong royong dan kepedulian terhadap adat istiadat dengan ikut serta dalam ngaben massal yang diselenggarakan oleh Desa Adat Dwitawana. Kegiatan sakral ini tidak hanya menjadi momen untuk menghormati leluhur, tetapi juga mempererat tali persaudaraan antarwarga.

Tujuan dan Pelaksanaan

Ngaben massal ini bertujuan untuk melaksanakan upacara keagamaan secara bersama-sama, sehingga lebih efisien dan khidmat. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh masyarakat Desa Mataiwoi yang turut serta dalam prosesi upacara. Setelah mengikuti rangkaian upacara, para peserta kemudian melakukan persembahyangan bersama sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada leluhur.


Dukungan Pemerintah dan Masyarakat

Keberhasilan pelaksanaan ngaben massal ini tidak lepas dari dukungan penuh pemerintah desa. Pemerintah telah berperan aktif dalam mengkoordinasikan kegiatan, membuat proposal, serta mengajak masyarakat untuk berpartisipasi. Dengan adanya dukungan dan fasilitasi dari pemerintah, pelaksanaan upacara dapat berjalan lancar dan sukses.

Ngaben Massal yang digelar di Kabupaten Kolaka Timur pada tahun 2022[7] menjadi momentum penting bagi umat Hindu setempat. Acara yang diselenggarakan secara rutin lima tahunan ini tidak hanya sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai ajang untuk memperkuat persaudaraan antar umat Hindu. Melalui Ngaben Massal, masyarakat Hindu di Kolaka Timur dapat saling berbagi dan bahu-membahu dalam menjalankan upacara sakral ini.


Antusiasme Masyarakat

Antusiasme masyarakat Desa Mataiwoi dalam mengikuti ngaben massal ini sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai adat istiadat masih sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat. Partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan ini juga memperkuat rasa kebersamaan dan kekeluargaan di antara warga.


Manfaat Ngaben Massal

Selain sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, ngaben massal[7] juga memiliki beberapa manfaat lainnya, antara lain:

Mempererat tali persaudaraan: Kegiatan ini menjadi ajang untuk mempererat hubungan antarwarga dan memperkuat rasa kebersamaan.

Melestarikan budaya: Ngaben massal merupakan salah satu cara untuk melestarikan budaya dan tradisi leluhur.

Menanamkan nilai-nilai agama: Melalui upacara ngaben, masyarakat diajarkan tentang nilai-nilai keagamaan dan pentingnya menghormati kehidupan setelah kematian.


Berdasarkan data tahun 2020

Desa Mataiwoi di Kecamatan Loea tidak memiliki:

  1. Sistem Peringatan Dini Bencana Alam: Desa Mataiwoi tidak dilengkapi dengan infrastruktur atau sistem yang memungkinkan deteksi dan peringatan dini akan terjadinya bencana alam.
  2. Sistem Peringatan Dini Bencana Alam Khusus Tsunami: Meskipun bukan wilayah potensi tsunami, Desa Mataiwoi juga tidak memiliki sistem peringatan dini khusus untuk mendeteksi dan memperingatkan masyarakat akan bahaya tsunami.
  3. Perlengkapan Keselamatan: Tidak tersedia informasi terkait keberadaan perlengkapan keselamatan, seperti alat pemadam kebakaran, pelampung, atau peralatan evakuasi di Desa Mataiwoi.
  4. Sistem Peringatan Dini Bencana Alam: Desa Mataiwoi tidak dilengkapi dengan infrastruktur atau sistem yang memungkinkan deteksi dan peringatan dini akan terjadinya bencana alam.
  5. Sistem Peringatan Dini Bencana Alam Khusus Tsunami: Meskipun bukan wilayah potensi tsunami, Desa Mataiwoi juga tidak memiliki sistem peringatan dini khusus untuk mendeteksi dan memperingatkan masyarakat akan bahaya tsunami.
  6. Perlengkapan Keselamatan: Tidak tersedia informasi terkait keberadaan perlengkapan keselamatan, seperti alat pemadam kebakaran, pelampung, atau peralatan evakuasi di Desa Mataiwoi.
  7. Rambu-rambu dan Jalur Evakuasi Bencana: Desa Mataiwoi tidak memiliki rambu-rambu dan jalur evakuasi yang memadai untuk membantu masyarakat dalam evakuasi saat terjadi bencana alam.
  8. Fasilitas Mitigasi Bencana: Tidak ada informasi terkait keberadaan fasilitas mitigasi bencana, seperti sungai, kanal, tanggul, parit, drainase, waduk, atau pantai yang dibangun atau dirawat untuk meminimalkan risiko bencana di Desa Mataiwoi.
  9. Jumlah Keluarga: Sebanyak 216[1] keluarga yang tinggal di Desa Mataiwoi.
  10. Jenis Pengguna Listrik: Listrik pemerintah merupakan sumber penerangan jalan utama di Desa Mataiwoi. Informasi ini menunjukkan bahwa Desa Mataiwoi telah mendapatkan akses listrik untuk penerangan jalan. Hal ini merupakan langkah positif dalam meningkatkan infrastruktur desa dan kualitas hidup masyarakat.
  11. Tidak terdapat pangkalan minyak tanah. Hanya terdapat pangkalan LPG yang melayani kebutuhan masyarakat desa untuk bahan bakar memasak.
  12. Terdapat 4 Toko/Warung Kelontong di Desa Mataiwoi, Kecamatan Loea. Keberadaan toko/warung kelontong ini penting untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat desa. Namun, perlu digali lebih dalam terkait jenis barang yang dijual, harga barang, dan aksesibilitas toko/warung kelontong bagi masyarakat desa.
  13. Hanya terdapat 1 koperasi resmi. Keberadaan koperasi ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat desa dengan menyediakan berbagai layanan, seperti simpan pinjam, usaha bersama, dan edukasi ekonomi.
  14. Akses transportasi didominasi oleh jalur darat. Meskipun terdapat angkutan umum dengan trayek tetap, mayoritas masyarakat desa menggunakan kendaraan pribadi untuk mobilitas.
  15. Kondisi jalan darat antar desa/kelurahan di Desa Mataiwoi, Kecamatan Loea, adalah sebagai berikut:
    • Jenis Permukaan: Perkeras
    • Kondisi: Dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih
    • Ketersediaan: Sepanjang tahun
  16. Terdapat 2 operator layanan komunikasi telepon seluler yang menjangkau Desa Mataiwoi, Kecamatan Loea. Kondisi sinyal telepon seluler di sebagian besar wilayah desa adalah kuat. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat desa memiliki akses yang cukup baik terhadap jaringan seluler untuk berkomunikasi dan mengakses informasi.
  17. Tidak terdapat Kantor Pos/Pos Pembantu/Rumah Pos. Selain itu, tidak ada cabang langsung Perusahaan/Agen Jasa Ekspedisi Swasta yang beroperasi di desa tersebut.




Referensi

  1. ^ a b Kolaka Timur, BPS Kabupaten (2021-09-24). "Kecamatan Loea Dalam Angka 2021". Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka Timur. Diakses tanggal 07 juli 2024. 
  2. ^ "Bupati Koltim Ingatkan Kades Baru Utamakan Persatuan Ditengah Warganya". 
  3. ^ author, Admin (2018-11-14). "Intervensi Desa Mataiwoi". Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Diakses tanggal 2024-08-30. 
  4. ^ Sukadana, Wayan (2022-06-07). "Buka Turnamen Dwitawana Cup I, Ini Harapan Pj Bupati". Pemerintah Kabupaten Kolaka Timur. Diakses tanggal 2024-08-30. 
  5. ^ Dharma Laksana, S.H., M.Kn, I Gusti Ngurah (2017). BUKU AJAR SOSIOLOGI HUKUM (PDF). Tabanan, Bali: Pustaka Ekspresi. hlm. 53. ISBN 978-602-5408-02-1. 
  6. ^ author, Admin (2022-03-26). "Desa Wisata Embung Telaga Biru Teposua". KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF / BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Diakses tanggal 2024-08-30. 
  7. ^ a b author, Naslim (2022-04-19). "Ngaben Massal di Kolaka Timur Media Silaturahim Antara Keluarga Hindu". Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia. Diakses tanggal 2024-08-30. 





  1. ^ "Pastikan Tahapan Berjalan Sesuai Agenda". 
Kembali kehalaman sebelumnya