Jalur kereta api Surabaya–Bangil–Kalisat
Jalur kereta api Surabaya–Bangil–Kalisat adalah jalur rel yang menghubungkan Stasiun Wonokromo di Daop VIII Surabaya dan Stasiun Kalisat di Daop IX Jember. Jalur ini termasuk dalam Daerah Operasi VIII Surabaya di segmen Wonokromo–Bangil dan Daerah Operasi IX Jember di segmen Bangil–Pasuruan. Jalur ini dilintasi kereta api dari barat menuju ke timur maupun sebaliknya. Jalur ini merupakan jalur kereta api pertama yang dimiliki oleh Staatsspoorwegen (SS). Di sepanjang jalur petak Tanggulangin–Porong, terdapat tanggul penahan banjir lumpur panas Sidoarjo di sisi timur rel. Sementara di Stasiun Waru, terdapat terminal peti kemas yang kini telah tidak digunakan karena aktivitas bongkar muat telah dipindahkan ke Stasiun Kalimas.[1][2] Meskipun panjang jalur ini tergolong jauh, jalur ini bukanlah jalur padat karena setiap harinya hanya ada 18 sampai dengan 26 perjalanan kereta api reguler ditambah 4 perjalanan kereta api fakultatif yang melintasi jalur ini. Jalur ini dimiliki oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. SejarahStaatsspoorwegen (SS) mendapat penugasan dari Pemerintah Hindia Belanda untuk membangun jalur kereta api yang menghubungkan kota-kota penting di Jawa, yakni Batavia, Bandung, dan Surabaya dan tersambung dengan jalur Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).[3] Pabrik-pabrik gula yang mulai bermunculan di kawasan Sidoarjo dan Pasuruan diharapkan dapat menumbuhkan perekonomian masyarakat seiring peningkatan dalam mengonsumsi gula di Hindia Belanda maupun di Eropa.[4] Jalur kereta api Surabaya–Pasuruan merupakan jalur kereta api pertama SS yang selesai pada tanggal 16 Mei 1878.[5] Jalur ini melewati Bangil dan Sidoarjo, menghubungkan pabrik-pabrik gula di Sidoarjo dan Pasuruan dengan pelabuhan di Surabaya. Pembangunan dipimpin oleh seorang rekayasawan Belanda bernama Maarschalk yang melaksanakan pembangunan dengan "durasi yang masuk akal dan tanpa pembengkakan biaya."[6] Sebelum pensiun pada 15 November 1880, Maarschalk menyurvei secara langsung rencana perpanjangan jalur menuju Probolinggo untuk menghubungkan jalur ini ke Pelabuhan Tanjung Tembaga. Usulan pembangunan tersebut kemudian disetujui pada 11 Desember 1881. Pada 3 Mei 1884, SS menyelesaikan pembangunan untuk lintas Pasuruan–Probolinggo.[6] Berdasarkan pada Staatsblad Nomor 214 yang terbit pada 23 Juni 1893, Staatspoorwegen kembali melakukan perluasan jaringan dengan membangun jalur kereta api Probolinggo–Jember–Panarukan. Segmen Probolinggo–Klakah sepanjang 34 kilometer selesai pada 1 Juli 1895. Pada 1 Juni 1897, jalur Klakah–Jember sepanjang 62 kilometer selesai dibangun. Segmen terakhir, yakni Jember–Kalisat hingga Panarukan beserta jalur-jalur cabangnya dioperasikan pada 1 Oktober 1897.[7][6] Karena jalur trem Pasuruan–Warungdowo–Winongan, jalur kereta api Probolinggo–Paiton, percabangan menuju Pelabuhan Tanjung Tembaga, Klakah–Lumajang, dan Rambipuji–Balung sudah tidak aktif, maka jalur kereta api Bangil–Pasuruan, Pasuruan–Probolinggo, Probolinggo–Klakah, Klakah–Rambipuji, dan Rambipuji–Kalisat menyatu dan membentuk segmen besar jalur kereta api Bangil–Kalisat. Walaupun demikian, percabangan ke arah Panarukan juga nonaktif dan menanti diaktifkan kembali melalui Perpres 80 Tahun 2019,[8] sehingga terhubung dengan jalur ke arah Banyuwangi menjadi jalur kereta api Bangil–Ketapang. Profil jalur
Jalur terhubungLintas aktifLintas non aktif
Layanan kereta apiAntarkota
Lokal dan komuter
Barang
Daftar stasiun
Referensi
Peta rute: Attached KML Galat: Berkas KML tidak ditemukan
Informasi yang berkaitan dengan Jalur kereta api Surabaya–Bangil–Kalisat |