Stasiun Jurnatan6°58′14″S 110°25′51″E / 6.970427°S 110.430861°E
Stasiun Jurnatan (dahulu bernama Stasiun Semarang Centraal) adalah stasiun kereta api nonaktif yang terletak di Purwodinatan, Semarang Tengah, Semarang. Stasiun ini termasuk dalam Wilayah Penjagaan Aset IV Semarang. Stasiun ini dahulu adalah stasiun besar yang memiliki jalur kereta api yang banyak, depo lokomotif, depo gerbong, serta bengkel dan gudang. Stasiun ini terletak di Kota Tua Semarang dan berada beberapa ratus meter sebelah selatan Stasiun Semarang Tawang SejarahStasiun ini dahulu dibangun pada tahun 1882 oleh Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), perusahaan kereta api Hindia Belanda. Stasiun ini dahulu melayani pemberangkatan kereta api tujuan Demak, Kudus, Pati, Rembang, Blora, dan lain-lain. Selain melayani jalur ini, Stasiun Jurnatan merupakan pusat jaringan trem uap kota Semarang. Trem kota ini selain menghubungkan stasiun Jurnatan dengan stasiun Samarang NIS di Tambaksari dan Pelabuhan Semarang juga menempuh rute Jurnatan–Bulu dan Jurnatan–Jomblang. Jalur Jurnatan–Bulu berada di sisi Jalan Bojong (Jalan Pemuda) sedangkan jalur Jurnatan–Jomblang melintas sepanjang jalan yang sekarang dikenal sebagai Jalan MT Haryono. Jalur trem ini ditutup pada tahun 1940 karena kurang menguntungkan dan semua sisa lokomotif dan gerbong dipindahkan ke Surabaya.[3][4][5][6][7] Pada Pertempuran Lima Hari, stasiun ini menjadi daerah perangkap oleh satuan-satuan tentara Jepang yang bersiap menghadang pasukan-pasukan pemuda yang memasuki daerah Karang Tempel. Bahkan, pemuda juga menyiapkan penjara Jurnatan dan Bulu untuk menahan tawanan Jepang. Peristiwa ini melibatkan pastor dan uskup Semarang yang dipimpin oleh Mgr. Albertus Soegijapranata.[8] Stasiun Jurnatan ditutup pada tahun 1974 begitu menurut keterangan dari Indonesian Railway Preservation Society (IRPS). Semua kereta api yang tadinya melayani di stasiun ini dialihkan ke Stasiun Semarang Tawang. Tak lama kemudian seluruh jaringan kereta api eks-SJS ditutup karena tidak mampu bersaing dengan moda transportasi darat lainnya. Stasiun megah ini sempat telantar tetapi kemudian dimanfaatkan sebagai terminal bus antar kota. Tetapi ini juga tidak berlangsung lama. Pada awal 1980-an bangunan stasiun Jurnatan dibongkar dan tempatnya sekarang berdiri sebuah kompleks pertokoan.[3][9] Pada awalnya stasiun Jurnatan berupa bangunan kayu sederhana. Namun pada tahun 1913 stasiun kecil itu dibongkar dan digantikan oleh sebuah bangunan baru yang besar dan megah dengan konstruksi atap dari baja dan kaca. Meski stasiun berada di akhir jaringan SJS, bangunan baru itu tidak dirancang sebagai stasiun ujung/terminus (Bld.: kopestation), tetapi sebagai stasiun paralel, yaitu dengan satu sisi memanjang sebagai pintu masuk utama sedangkan di sisi seberangnya terdapat sejumlah peron. Galeri
Referensi
Pranala luar
|