Penyakit virus Ebola
Penyakit virus ebola (EVD) atau demam berdarah Ebola (EHF) adalah penyakit pada manusia yang disebabkan oleh virus Ebola. Masa inkubasi biasanya dimulai dua hari hingga tiga minggu setelah terjangkit virus, dengan adanya demam, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan sakit kepala. Gejala ini biasanya diikuti dengan mual, muntah, dan diare, serta menurunnya fungsi liver dan ginjal. Pada kondisi tersebut, orang yang terpapar virus Ebola mulai mengalami masalah pendarahan.[1] Tanda-tanda dan gejalanyaMasa inkubasi antara 2 sampai 21 hari.[1][2] Paling sering antara 4 sampai 10 hari.[3] Walaupun begitu ada 5 persen masa inkubasi yang mencapai lebih dari 21 hari.[4] Gejalanya biasanya dimulai dengan influenza yang tiba-tiba di mana penderita merasa lemas, demam, lemah (weakness), tidak suka makan (anorexia), nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), sakit kepala, dan sakit tenggorokan.[1][3][5][6] Demam biasanya lebih tinggi dari 38,3 °C (100,9 °F).[7] Sering diikuti muntah-muntah, diare, dan sakit perut bagian atas dan bawah.[6] Kemudian, napas menjadi pendek, dada sakit, juga pembengkakan (edema), dan kesadaran berkurang (confusion).[6] Sekitar separuh kasus, penderita mengalami 'maculopapular rash' pada kulit yang terjadi 5 sampai 7 hari, setelah gejala pertama terjadi.[3][7] Pada beberapa kasus, pendarahan dalam dan luar dapat saja terjadi, 5 sampai 7 hari, setelah gejala pertama terjadi.[1][8] Semua penderita yang terinfeksi menderita kesulitan pembekuan darah.[7] Pendarahan dari selaput mulut, hidung dan tenggorokan, serta dari bekas lubang suntikan terjadi pada 40–50 persen kasus.[9] Hal ini menyebabkan muntah darah, batuk darah, dan berak darah.[10] Pendarahan pada kulit menyebabkan petechiae, purpura, ecchymoses or hematomas (terutama sekitar tempat injeksi).[11] Mata menjadi merah karena pendarahan dapat juga terjadi. Pendarahan berat jarang terjadi, dan jika terjadi biasanya terlokalisasi di saluran pencernaan.[7][12] Kesembuhan (recovery) mulai terjadi antara 7 sampai 14 hari, setelah gejala pertama terjadi.[6] Kematian, jika ini terjadi, biasanya antara 6 sampai 16 hari, setelah gejala pertama terjadi, dan sering kali, karena 'syok' tekanan darah rendah akibat akibat kekurangan cairan.[13] Pada umumnya, pendarahan sering kali menunjukkan hal yang buruk, kehilangan darah dapat menyebabkan kematian.[5] Seringkali penderita mengalami koma, sebelum kematiannya.[6] Penderita yang selamat sering kali mengalami sakit otot dan sendi secara terus menerus, pembengkakan hati, berkurangnya pendengaran, dan mungkin mengalami hal-hal sebagai berikut: merasa capai, lemas berkelanjutan, berkurangnya nafsu makan, dan kesulitan mencapai berat semula sebelum sakit.[6][14] Antibodi terbentuk untuk sekurangnya 10 tahun, tetapi belum jelas apakah penderita yang selamat akan kebal terhadap infeksi berulang.[15] Dan seseorang yang telah sembuh tidak akan menyebarkan penyakit lagi.[15] Penyebab dan diagnosisVirus mungkin ditularkan melalui kontak melalui darah atau cairan tubuh hewan yang terinfeksi (biasanya monyet atau kelelawar).[1] Penyebaran lewat udara belum pernah tercatat dalam lingkungan alami.[16] Kelelawar buah diyakini dapat membawa dan menyebarkan virus tanpa terjangkit. Begitu terjadi infeksi pada manusia, penyakit ini dapat menyebar pada orang lain di sekitar. Pria yang selamat dari penyakit ini dapat menularkannya lewat sperma selama hampir dua bulan. Pada proses diagnosis, biasanya penyakit lain dengan gejala serupa, seperti malaria, kolera, dan demam berdarah virus lainnya harus dikecualikan terlebih dahulu. Untuk memastikan diagnosis, sampel darah diuji untuk antibodi virus, RNA virus, atau virus itu sendiri.[1] PencegahanPencegahan penularan ebola meliputi upaya mengurangi penyebaran penyakit dari monyet dan babi yang terinfeksi ke manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan memeriksa hewan tersebut terhadap infeksi, serta membunuh dan membuang hewan yang terpapar virus ebola. Memasak daging dengan benar dan mengenakan pakaian pelindung ketika mengolah daging juga mungkin berguna, Penggunaan pakaian pelindung dan mencuci tangan ketika berada di sekitar orang yang menderita penyakit ebola merupakan pencegahan penyebaran dari sesama manusia. Sampel cairan dan jaringan tubuh dari penderita penyakit harus ditangani dengan sangat hati-hati.[1] Belum ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, upaya untuk membantu orang yang terjangkit meliputi pemberian terapi rehidrasi oral (air yang sedikit manis dan asin untuk diminum) atau cairan intravena.[1] Penyakit ini memiliki tingkat kematian yang tinggi: sering kali menewaskan antara 50% hingga 90% orang yang terinfeksi virus.[1][17] EVD pertama kali diidentifikasi di Sudan dan Republik Demokratik Kongo. Penyakit ini biasanya mewabah di wilayah tropis Afrika Sub-Sahara.[1] Sejak tahun 1976 (ketika pertama kali diidentifikasi) hingga 2013, kurang dari 1.000 orang per tahun telah terinfeksi.[1][18] Wabah terbesar hingga saat ini adalah wabah Ebola Afrika Barat 2014 yang sedang terjadi, dan melanda Guyana, Sierra Leone, Liberia, dan kemungkinan Nigeria.[19][20] Hingga bulan Agustus 2014, lebih dari 1600 kasus telah diidentifikasi.[21] Upaya sedang dilakukan untuk mengembangkan vaksin, namun belum membuahkan hasil.[1] Referensi
Pranala luar
|