Pupuk Kalimantan Timur
PT Pupuk Kalimantan Timur (biasa disingkat menjadi Pupuk Kaltim atau PKT) adalah anak usaha Pupuk Indonesia yang bergerak di bidang produksi pupuk dan amonia. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga akhir tahun 2021, perusahaan ini memiliki enam unit pabrik di Bontang, serta kantor perwakilan di Balikpapan dan Jakarta.[3][4] Sejarah1970-an hingga 1980-anPerusahaan ini memulai sejarahnya pada dekade 1970-an saat cadangan gas alam ditemukan di Muara Badak yang terletak sekitar 60 kilometer dari Bontang. Gas alam merupakan bahan baku utama dalam pembuatan pupuk. Pemerintah lalu berencana untuk membangun pabrik pupuk terapung untuk memanfaatkan cadangan gas alam tersebut. Pemerintah kemudian menunjuk Pertamina untuk membangun pabrik pupuk terapung tersebut. Karena sejumlah pertimbangan teknis, pemerintah lalu memutuskan untuk membangun pabrik pupuk tersebut di darat. Pemerintah pun menugaskan Menteri Perindustrian untuk membangun pabrik pupuk tersebut.[3] Lahan seluas 443 hektar di Bontang kemudian disiapkan sebagai lokasi pembangunan pabrik pupuk tersebut, dengan gas alam akan dialirkan ke sana melalui pipa. Pada bulan Desember 1977, perusahaan ini resmi didirikan.[5] Pabrik 1 lalu mulai dibangun pada tahun 1979, dan dilanjutkan dengan Pabrik 2 yang mulai dibangun pada tahun 1982. Dua pabrik tersebut kemudian diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 29 Oktober 1984. Pabrik 3 lalu mulai dibangun pada tahun 1986 dan diresmikan pada tanggal 4 April 1989. Selain itu, juga dibangun unit produksi urea formaldehida (UFC-85) berkapasitas 13.000 ton per tahun untuk meningkatkan kualitas pupuk urea yang dihasilkan oleh perusahaan ini.[3] 1990-an hingga 2015Pada tahun 1997, pemerintah resmi menyerahkan mayoritas saham perusahaan ini ke Pupuk Sriwidjaja sebagai bagian dari upaya untuk membentuk holding BUMN yang bergerak di bidang produksi pupuk.[6] Pada tahun 1999, melalui Proyek Optimasi Kaltim (POPKA), perusahaan ini mulai mengoptimasi Pabrik 1, sehingga pabrik tersebut menjadi pabrik urea granul pertama di Indonesia, dengan kapasitas produksi sebesar 570.000 ton per tahun. Pabrik tersebut lalu diresmikan pada tanggal 6 Juli 2000 bersamaan dengan pemancangan tiang pertama pembangunan Pabrik 4. Unit Urea dari Pabrik 4 yang berkapasitas produksi sebesar 570.000 ton per tahun kemudian diresmikan pada tanggal 3 Juli 2002, sementara Unit Amoniak dari Pabrik 4 yang berkapasitas produksi sebesar 330.000 ton per tahun menyusul diresmikan pada tanggal 28 Juni 2004. Pada tahun 2007, perusahaan ini mulai mengoperasikan pabrik pupuk NPK blending untuk dapat memproduksi pupuk NPK, dengan fosfatnya diimpor dari Maroko. Perusahaan ini juga membangun dua pabrik NPK Fusion yang mulai beroperasi pada tahun 2010 dengan total investasi sebesar US$ 14,2 juta.[7] Pada tahun 2011, perusahaan ini mulai membangun Pabrik 5 dengan biaya sebesar US$ 576 juta. Pabrik tersebut direncanakan dapat memproduksi amonia sebanyak 825 ribu ton per tahun dan urea sebanyak 1.155.000 ton per tahun. Pada tahun 2013, perusahaan ini mulai mengoperasikan pendidih batu bara. Pada tahun 2013 juga, perusahaan ini mengambil alih pabrik amonia milik PT Kaltim Pasifik Amoniak.[8] Pabrik amonia tersebut lalu digabung dengan pabrik hasil POPKA dan disebut sebagai Pabrik 1A. Pada tanggal 19 November 2015, Pabrik 5 diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Pabrik 5 dimaksudkan untuk menggantikan Pabrik 1 yang ditutup karena sudah berumur dan kurang efisien.[9] 2016 - sekarangPada tahun 2016, perusahaan ini menyelesaikan pembangunan pendidih batu bara berkapasitas 30.000 ton untuk memenuhi kebutuhan uapnya. Perusahaan ini juga menyelesaikan pemasangan Rail-Mounted Harbour Crane (RMHC) berkapasitas 500 MTPH untuk mempercepat proses bongkar muat di Dermaga 4. Pada tahun 2017, perusahaan ini menyelesaikan pembangunan Urea Bulk Storage (UBS) VI berkapasitas 100.000 ton yang dilengkapi dengan sistem konveyor. Bersama PT Dahana Investama, perusahaan ini kemudian mendirikan PT Kaltim Amonium Nitrat. Pada bulan Desember 2019, PT Kaltim Amonium Nitrat meneken kontrak pembangunan pabrik asam nitrat berkapasitas 60.000 MTPY dan pabrik amonium nitrat berkapasitas 75.000 MTPY di Kaltim Industrial Estate dengan biaya sebesar Rp 1,1 triliun.[10] Pada tahun 2020, melalui PT Kalimantan Agro Nusantara yang didirikan bersama PTPN XIII, perusahaan ini mulai mengoperasikan sebuah pabrik kelapa sawit berkapasitas 30 ton tandan buah segar per jam di Rantau Pulung, Kutai Timur, yang dapat menghasilkan minyak sawit sebanyak 40.000 ton per tahun. Perusahaan ini juga mulai membangun gudang berkapasitas 45.000 ton untuk menyimpan bahan baku curah pupuk NPK.[3][4] Unit ProduksiSaat ini Pupuk Kaltim memiliki lima buah pabrik pupuk Urea dengan kapasitas total sebanyak 3,43 juta ton urea per tahun serta lima buah pabrik amonia dengan kapasitas total sebanyak 2,98 juta ton amonia per tahun.[11] Sementara produksi pupuk NPK adalah sebanyak 350.000 ton per tahun dengan pabriknya ada di tiga kota, yaitu: Bontang, Semarang, dan Surabaya.
Produk-produkProduk-produk yang dihasilkan Pupuk Kaltim adalah sebagai berikut:
Akreditasi, Penghargaan, dan SertifikasiBeberapa penghargaan nasional yang telah diterima Pupuk Kaltim pada tahun 1999 adalah:
Pupuk Kaltim juga telah menerima beberapa penghargaan internasional sebagai berikut:
Selain itu, akreditasi yang telah didapatkan oleh Pupuk Kaltim adalah sebagai berikut:
Referensi
Pranala luar
|